Senin 01 Oct 2012 11:15 WIB

Dilema Karyawan yang Berbisnis Online

Bisnis online (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Bisnis online (ilustrasi).

 

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya adalah karyawan swasta di salah satu perusahaan otomotif ternama. Saya sudah bekerja di perusahaan tersebut hampir 15 tahun dan karir saya biasa saja, tidak ada peningkatan.

Belakangan ini tepatnya 2 tahun yg lalu, saya memulai bisnis online alat kesehatan dan omzetnya lumayan melebihi gaji saya sebagai karyawan. Gaji saya sebagai karyawan hanya 3,5 juta, sedangkan penghasilan saya dari bisnis online pernah mencapai 10 s/d 15 juta. Dari bisnis online tersebut saya bisa membeli mobil, menyisihkan uang untuk ditabung, serta bisa menyisihkan 2,5% untuk anak yatim, dan juga bisa membagi orang tua dan mertua. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah saya harus fokus di salah satunya atau saya jalani saja keduanya?

Burhanudin Burhan

Jawaban:

Wa'alaikumsalam Wr. Wb.

Pak Burhan yang sungguh luar biasa, dengan status transisi seperti ini tentu Anda mulai merasakan nuansa dunia yang berbeda antara bekerja sebagai pegawai dan pengusaha. Hal yang sudah dilakukan selama 2 tahun bukan waktu sebentar, tapi juga belum bisa dijadikan ukuran bagi pengembangan diri Pak Burhan.

Beberapa pertanyaan yang serupa mampir ke kami, tentunya hal yang paling dasar perlu diyakinkan pada diri sendiri adalah kemantapan dan keteguhan hati untuk melakukan pilihan. Menjadi pengusaha adalah persoalan mental, karena usaha selalu akan berada dalam kondisi yang fluktuatif. Yang menentukan kelangsungan dalam usaha tersebut adalah kemauan serta kemampuan diri kita sendiri.

Alhamdulillah bila kemudian usaha sampingan yang dijalankan saat ini, memberi dampak positif bagi kehidupan Anda. Tentu saja kita semua berharap hal tersebut terus tetap terjadi. Namun, memang terkadang fokus dan konsentrasi terpecah, manakala kemudian kita berhadapan dengan dua pekerjaan bersamaan dalam tempo yang sama, karena akhirnya aktivitas yang dilakukan kurang optimal.

Nah, dalam posisi seperti itu saran saya, kumpulkan mental yang kukuh, beritahu keluarga terdekat pendamping hidup Anda. Sebelumnya, buat kalkulasi yang terukur akan bisnis yang akan dijalani. Tidak hanya dalam aspek yang optimistik, tapi juga siapkan strategi pula secara pesimistik sehingga bila gagal dalam berusaha kita tidak mencari kesalahan.

Proses ini tentu tidak sebentar, termasuk bila kemudian Anda terjun fulltime di dunia usaha toh sudah harus dilakukan penyisihan terhadap kebutuhan rutin konsumsi dan belanja keluarga. Sehingga bisa punya cadangan yang cukup, bila bisnis tidak berkembang sesuai rencana.

Terakhir, pertanyaan ini berpulang ke diri bapak sendiri, Sudah SIAPKAH saya? Nilai atas ukuran yang disebutkan di atas, menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tentunya. Nah silakan ditimbang, Pak. Terima kasih, semoga dapat membantu menjelaskan. Salam Entrepreneur. (EK)

 

Ery Kasman, SE, MSi  

Direktur Entrepreneur Institute

 

Rubrik konsultasi ini bekerja sama dengan Entrepreneur Institute.

Kirimkan pertanyaan ke: [email protected]

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement