Kamis 14 Dec 2017 14:59 WIB
MES Menjawab

Mengapa Boikot Produk AS?

Boikot
Boikot

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan saya Ahmad Zaki. Beberapa pekan ini masyarakat dikagetkan dengan pernyataan presiden Donald Trump terkait memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat untuk Israel ke Yerusalem. Hal ini membuat masyarakat dunia marah besar, terutama umat Islam. Kemarahan ini yang menimbulkan ajakan atau seruan untuk memboikot produk-produk Amerika Serikat dan Israel. Saya bisa memahami kalau produk-produk orang Yahudi, yang sebagian penghasilannya untuk Negara Israel, kita boikot. Ini mungkin adalah salah satu aksi nyata untuk berkontribusi memerangi orang-orang yahudi Zionis. Tetapi bagaimana dengan produk Amerika Serikat yang notabene bukan negara Israel, apakah ini bukan sekedar sikap emosional? dan terakhir bagaimana dampak terhadap perekonomian nasional mengingat peran penting AS terhadap Indonesia?

Ahmad Zaki, Yogyakarta

Jawaban:

Walaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih atas perhatiannya. Semoga saudara Ahmad Zaki selalu dalam lindungan Allah SWT. Seperti pembahasan pekan lalu bahwasannya pada dasarnya bermuamalah dengan orang nonmuslim adalah mu’bah atau boleh. Hal ini merujuk pada suatu hadis yang mengatakan “Yang halal adalah apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya, yang haram adalah yang Allah haramkan dalam kitab-Nya, dan apa saja yang di diamkan-Nya, maka itu termasuk yang dimaafkan.” (HR. At Tirmidzi)”. Hadist tersebut menjadi dasar bahwa bermuamalah dengan orang nonmuslim, salah satunya dengan orang yahudi,  adalah boleh. 

Bermuamalah dengan nonmuslim secara fiqh memang bebas, akan tetapi bukan berarti tidak memiliki batasan. Kebebasan ini bisa menjadi terbatas ketika menimbulkan dampak buruk. Seruan untuk memboikot produk Amerika Serikat dan Israel karena sebagian keuntungan disalurkan untuk Israel yang telah menjajah Palestina tidak bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang emosional. 

Kita merasa sedih melihat rakyat Palestina dan harus melakukan sesuatu semampu kita. Allah SWT memboikot orang-orang musyrik di dalam Surat At-Taubah yang berbunyi “Inilah pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasulnya yang dihadapkan kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian dengan mereka (kaum musyrikin) (At-Taubah: 9)”. 

Ayat ini bisa menjadi rujukan kita sebagai umat Islam kepada orang-orang nonmuslim. Apabila kepada nonmuslim yang jelas zalim terhadap umat Islam atau kafir harbi maka boikot ini adalah salah satu jihad di jalan Allah. Akan tetapi apabila dengan nonmuslim yang berdamai dengan umat Islam maka boikot ini tidak diperbolehkan. 

Gerakan boikot ini dapat disebut melawan musuh dengan cara tanpa kekerasan dan peperangan. Oleh karena itu saudara Ahmad Zaki, sebelum memutuskan boikot maka kita harus mencari informasi secara valid tentang perusahaan tersebut. Adakah perusahaan tersebut memberikan sebagian penghasilannya kepada Israel? Jika iya maka kita wajib memboikot, jika tidak maka pada dasarnya adalah boleh.

Bagaimana dengan dampak ekonominya, mengingat saat ini produk-produk Amerika telah menjamur di Indonesia? Sebenarnya ini adalah momentum bahwasanya kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ajakan boikot justru bisa menguatkan produk-produk lokal yang menjadi substitusi produk AS. Pembelian produk dalam negeri sangat dibutuhkan untuk menekan angka impor , bahkan mendorong ekspor, sehingga negara mengalami surplus. Ketergantungan tinggi terhadap impor, dan tentunya dengan dolar AS, bisa menjadi bom waktu bagi perekonomian kita. Jadi boikot justru dapat menjadi sesuatu yang sangat positif untuk perekonomian. 

Namun memang gerakan boikot ini bukan perkara mudah mengingat banyak produk-produk yang berasal dari AS atau negara sekutu Israel lainnya. Di saat yang sama kita belum menemukan produk buatan dalam negeri sebagai substitusi. Kalaupun ada terkadang kurang berkualitas. Oleh karenanya, agar sukses gerakan boikot ini maka harus ditumbuhkan kesadaran untuk mencintai produk dalam negeri dalam kerangka membangun kekuatan ekonomi nasional. 

Masyarakat harus disadarkan bahwa membeli produk dalam negeri berarti ikut membangun ekonomi nasional, meskipun terkadang harus mengeluarkan uang lebih banyak. Penutup untuk jawabaan ini adalah pepatah yang berasal dari orang arab “maa laa yudraku kulluhu laa yutraku julluhu”. Sesuatu yang tidak bisa didapat semuanya, tidak harus ditinggalkan semuanya. Demikian jawaban atas pertanyaan ini. Wallahu ‘alam.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement