Selasa 08 Jul 2014 21:16 WIB

Puasa Bagi Penderita Hipertensi

Pemeriksaan penderita hipertensi.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pemeriksaan penderita hipertensi.

Diasuh oleh Prof dr Zubairi Djoerban

Spesialis penyakit dalam, konsultan hematologi dan onkologi medik

Assalamu’alaikum wr wb

Dok, saya penderita darah tinggi. Tekanan darah saya 160, bawahnya 100, umur saya 71 tahun. Sampai hari ini saya masih aktif mengajar di universitas, walaupun resminya sudah pensiun. Apakah saya boleh puasa? Hal apa saja yang harus diperhatikan saat berpuasa pada bulan Ramadhan? Adakah manfaat shaum bagi penderita penyakit darah tinggi? terima kasih.

Umar-Yogyakarta

Wa’alaikumussalam wr wb

Saya ikut senang mendengar bahwa Mas Umar masih rutin mengajar pada usia 71 tahun walaupun mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi). Untuk diketahui, pengobatan tekanan darah tinggi mencakup minum obat teratur dari dokter, olahraga ringan, diet, dan tetap aktif.

Sebuah penelitian yang dikerjakan di RS Cipto Mangunkusumo pada 1998 oleh dr Suksmono Haricahyo, pada pasien geriatri (usia 60-79 tahun) menyimpulkan justru perbaikan fungsi ginjal setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Dari 43 pasien geriatri yang ia teliti, sebanyak 74,41 persen di antaranya menderita tekanan darah tinggi, seperti yang dialami Mas Umar. Bahkan, sepertiga di antaranya sakit jantung dan 32,56 persen sakit diabetes serta yang pernah stroke 13.95 persen.

Mereka mampu menjalani puasa dengan baik, bahkan seperti saya kemukakan di atas, ditemukan perbaikan fungsi ginjal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa puasa tidak berbahaya untuk klirens ginjal >25 cc/menit, artinya walaupun ada penurunan fungsi ginjal, masih diperbolehkan puasa selama klirens lebih dari 25 ml per menit. Klirens ginjal adalah satuan kuantitatif untuk mengukur fungsi ginjal.

Jadi, silahkan Mas Umar berpuasa. Insya Allah mendapatkan manfaat, tekanan darah lebih mudah terkontrol dan fungsi ginjal membaik. Yang perlu diperhatikan, antara lain, perlu minum cukup, paling sedikit dua liter setiap hari. Jangan sampai tidak sahur.

Sebaiknya makan sahur menjelang imsak. Konsumsi sayur tiga kali sehari, demikian pula buah tiga kali sehari. Jenis buah dan sayur terserah Mas Umar. Olahraga ringan tetap perlu dijalankan, naik sepeda ataupun sepeda statis atau olahraga yang lain.

Pada hari tidak olahraga, silakan berjalan cepat setengah jam. Saya sarankan olahraga pada sore hari menjelang buka puasa.

Mas Umar tidak merokok, kan? Kalau merokok, ya sudah waktunya berhenti merokok. Yakinlah pada bulan puasa menghentikan kebiasaan merokok menjadi lebih mudah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement