Senin 30 Dec 2013 09:02 WIB

Hadapi 2014 Tanpa Bangkrut

Dinar Emas PT Aneka Tambang Foto: Yogi Ardhi/Republika
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Dinar Emas PT Aneka Tambang Foto: Yogi Ardhi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah tahun politik saat ini, menyongsong akhir tahun 2013 dan situasi panas di tahun 2014, apa yang harusnya kami lakukan untuk menghadapinya dari Perspektif Motivasi Keuangan?

Yang kedua, apakah harga emas akan menunjukkan trend menurun atau malah menaik di tahun 2014? Mohon solusinya!

Andrian

Jakarta

 

Jawaban WF 19

Pagi juga Pak Andrian.

Sebelum saya menjawab tentang apa yang mestinya kita lakukan di tahun 2014 dari Perspektif Motivasi Keuangan, saya jawab dahulu pertanyaan terakhir Anda.

Di akhir tahun 2012 dan masuknya ke tahun 2013, ketika emas masih menunjukkan trend positif, kita dikejutkan dengan terjun bebasnya harga emas.  Satu hal yang bisa kita potret adalah banyak ‘terbongkarnya’ investasi bodong dengan emas sebagai alatnya.

Bagaimana tidak, rata-rata imbal hasil emas (logam mulia) per tahun berkisar 15-20%, tiba-tiba ada yang menawarkan imbal hasil 25-35% dengan tanpa menyertakan fisik emasnya. Dan menariknya, si Owner atau Direktur Utamanya, lari dengan membawa uang nasabah.

Hikmah yang terlihat jelas adalah bila emas naik terus seperti yang terjadi antara kurun waktu 2007-2011, kemungkinan besar spekulasi akan meningkat dan bisa mengganggu perputaran ekonomi di sektor riil. Lihat saja produk-produk berbasis emas dunia perbankan syariah yang sempat menjadi primadona produk mereka di tahun 2011.

Bahwasanya emas atau Dinar Emas hanyalah salah satu alat untuk mempertahankan nilai (hedging) dan melindungi jerih payah kita dari gerusan inflasi.  Bagi yang sudah mampu mengelolanya untuk memutar di sektor riil, Insya Allah inilah yang terbaik.

Bagi yang belum memiliki emas atau dinar emas, tidak usah panik dengan menjual pada saat harga yang saat ini jatuh (rendah).  Sebaliknya menjadi momentum kesempatan untuk mengejar ketinggalan bagi yang belum mengenal emas atau Dinar Emas. 

Anda bisa bayangkan jika harga emas atau Dinar Emas naik terus, pengenalannya belum sempat luas (baik sebagai alat investasi atau mata uang) sudah menjadi terlalu mahal, karena tidak akan terkejar oleh rata-rata kenaikan penghasilan kita.

Insya Allah Pak Andrian tidak ketinggalan kereta untuk membeli emas dan dinar emas, apakah buat investasi atau mata uang syar’i yang sangat-sangat likuid.

Jadi trend naik atau turunnya harga emas, tidak akan terlalu signifkan jika Anda berinvestasi dalam jangka menengah atau jangka panjang, karena pada dasarnya, Anda bukanlah spekulan emas dan emas yang Anda beli atau tukarkan dengan uang rupiah Anda berfungsi sebagai lindung nilai (hedging) dari mata uang rupiah yang Anda gunakan hari ini (baca : inflasi). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement