PARIS -- Servis ceroboh Novak Djokovic yang berujung double fault membuat Rafael Nadal langsung terduduk dan menutup kedua matanya Senin (9/6) di lapangan tanah liat Philippe Chatrier, Paris. Ia seolah tak percaya gelar turnamen grand slam Prancis Terbuka kembali ia raih untuk kali kelima berturut-turut.
Gelar turnamen yang sering disebut Roland Garros itu semakin mempertegas statusnya sebagai 'Raja Tanah Liat'. Itu juga menjadi gelarnya yang kesembilan, menobatkannya menjadi petenis tunggal putra dengan raihan gelar Prancis Terbuka terbanyak sejak open era.
Nadal pertama kalinya menjuarai Roland Garros pada 2005, yang saat itu merupakan gelar grand slam pertama petenis atas Spanyol tersebut. Ia kemudian memenangkan gelar tersebut empat kali berturut-turut sebelum rekornya kandas pada 2009. Saat itu, pria kelahiran Manacor itu dipaksa bertekuk lutut dari petenis asal Swedia, Robin Soderling, yang akhirnya menjadi runner-up setelah dikalahkan Roger Federer pada final.
Kekalahan atas Soderling menjadi satu-satunya kekalahan Nadal sejauh ini di Prancis Terbuka. Setelah tahun itu, petenis yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-28 itu tak terbendung. Ia meraih gelar turnamen yang pertama kali dipertandingkan pada 1891 tersebut lima kali berturut-turut, termasuk saat mengalahkan Djokovic kemarin.
Pada final kemarin, Djokovic mengalami deja vu karena harus menyerah dengan cara yang sama dari final tahun 2012, yakni melakukan double fault pada saat-saat kritis. Kemarin, petenis asal Serbia itu harus mengakui ketangguhan rivalnya tersebut lewat pertarungan empat set, yakni 6-3, 5-7, 2-6, dan 4-6. Hasil itu membuat petenis nomor dua dunia itu sama sekali belum mencicipi gelar Roland Garros.
"Bukan sesuatu yang mustahil. Akan tetapi, sangat sulit bertahan dari Rafa (Nadal) di lapangan ini," ujar Djokovic seusai pertandingan.
Ia mengungkapkan, performanya naik-turun selama pertandingan tersebut. Petenis berusia 27 tahun itu sempat berharap mampu membalikkan keadaan pada set keempat, namun dia kesulitan menemukan kembali performanya yang membuatnya unggul pada set pertama. Menurutnya, Nadal bermain lebih baik dibandingkan dirinya.
Meski menjadi unggulan pertama di Roland Garros, Nadal berangkat ke Prancis dengan sejumlah keraguan. Sebelum turnamen digelar, 'Sang Raja' memiliki catatan buruk di lapangan tanah liat tahun ini. Sebelumnya, Nadal sempat kalah di turnamen Monte Carlo, Barcelona, dan Roma. Petenis Spanyol itu hanya mampu menjuarai turnamen Madrid Terbuka akibat lawannya di final, Kei Nishikori, menyerah di tengah pertandingan final karena cedera punggung.
Nadal tidak mengalahkan Djokovic dengan mudah pada laga tersebut. Pelatih sekaligus pamannya, Toni Nadal, mengaku Djokovic sempat menguasai set pertama pertandingan. Menurutnya, anak asuhnya itu beberapa kali melakukan kesalahan. Namun, Djokovic gagal mempertahankan level permainannya. Di set selanjutnya, Nadal langsung merangkak naik mengejar ketertinggalan.
Menurut Toni, sulit untuk menyamakan laga final 2012 dan semifinal tahun lalu dengan final kali ini. Namun, ia mengakui final kali ini sangat ketat. Ia mengungkapkan, Nadal sempat mengeluh kram di sekujur tubuhnya pada akhir set keempat dan tak sanggup melanjutkan pertandingan lagi. Namun, ia terus berusaha menyemangati anak asuhnya itu untuk segera menutup set keempat dengan kemenangan.
"Jika kami kehilangan set keempat pasti kami akan kalah. Fisik Djokovic lebih kuat," kata Toni Nadal dalam laman resmi Prancis Terbuka.
Nadal justru memuji lawannya yang selalu membuatnya bermain pontang-panting. "Bermain melawan Novak (Djokovic) selalu menjadi tantangan karena saya selalu kalah melawannya dalam empat pertandingan terakhir," kata Nadal sebelum upacara penyerahan piala. rep:c71/reuters ed:fernan rahadi