Senin 18 Aug 2014 14:30 WIB

Panas Menuju Delapan Besar

Red:

JAKARTA -- Persaingan kompetisi Liga Super Indonesia makin memanas. Para kontestan saling jegal demi meraih tiket delapan besar dalam pertandingan tersisa. Di klasemen wilayah barat, jatah untuk ke delapan besar tinggal menyisakan dua tiket.

Ini setelah Semen Padang memastikan menemani Arema Cronus ke babak selanjutnya setelah memetik kemenangan 3-1 saat menjamu Persib Bandung, Jumat (15/8) malam. "Kami bersyukur bisa memenuhi target ke delapan besar," ungkap pelatih Semen Padang, Jafri Sastra.

Semen Padang mengantongi 36 poin. Angka ini sudah cukup membuat Semen Padang finis di posisi empat besar yang merupakan syarat menuju babak delapan besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:ARI BOWO SUCIPTO/ANTARAFOTO

Pesepakbola Arema Indonesi Cronous, Samsul Arif (kanan) berebut bola dengan pesepakbola Barito Putra, Faturrahman (kiri) dalam pertandingan Indonesia Super League (ISL) di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Jumat (21/2).

 

Kini, dua tiket tersisa dari wilayah barat sedang menjadi rebutan Persija Jakarta, Persib Bandung, Pelita Bandung Raya, dan Sriwijaya FC. Keempat tim itu masih bersaing ketat dan sama-sama memiliki peluang menuju delapan besar.

Sayangnya, panasnya persaingan tersebut diwarnai dengan kejadian-kejadian kontroversial di lapangan. Indikasi kecurangan pun bermunculan. Polemik terbaru terjadi pada laga Persija Jakarta saat menjamu Pelita Bandung Raya di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (14/8).

Pelatih PBR Dejan Antonic bahkan sampai menangis di ruang konferensi pers seusai pertandingan. Dejan menangis bukan semata lantaran skor pertandingan, melainkan karena merasa sepak bola Indonesia begitu kejam.

PBR lebih dulu unggul pada menit ke-66 lewat gol sundulan Bambang Pamungkas. Kemenangan sudah ada di depan mata PBR ketika Persija tak kunjung mencetak gol hingga menit 90. Tapi, kemenangan PBR sirna setelah wasit memberikan hadiah penalti kepada Persija. Bukan hanya itu, pada pertengahan babak kedua, wasit Prasetyo Hadi yang memimpin pertandingan pun mengusir salah satu pemain PBR karena dianggap melakukan protes keras.

"Saya orang yang jujur dan bersih, kalau tim lebih bagus, saya akan menjabat tangan tim lawan. Wasit bikin ekstra time enam menit, tambah penalti, dan tambah kartu merah. Apa kalian merasa pertandingan ini fairplay," ucap Dejan sambil berlinang air mata. Gara-gara hasil imbang itu, langkah PBR untuk masuk ke empat besar kian berat. Sementara, Persija berhak naik ke posisi tiga dengan tamban satu poin tersebut.

Ketua Hooligan PBR—julukan suporter PBR—Rizky Triawan berharap, PSSI mau mengusut adanya indikasi kecurangan yang terjadi dalam laga Persija kontra PBR. Apalagi, PSSI baru saja menggandeng lembaga riset asing, Sport Radar, dalam upayanya memerangi tindakan pengaturan skor.

"PSSI tidak boleh diam. Harus melakukan investigasi. Jangan sampai ada kecurangan lagi, apalagi ini sedang menuju babak delapan besar, lagi panas-panasnya,"  kata Rizky. Bukan hanya PBR yang merasa dizalimi. PSM Makassar yang bertanding di wilayah timur, juga merasakan pahitnya takluk 1-2 dalam laga di kandang Perseru Serui pada 11 Agustus.

Pelatih PSM Makassar Nil Maizar mengeluhkan kepemimpinan wasit yang mengesahkan gol pertama Perseru pada menit ke-49 yang dicetak Yoksan Ama. "Keputusan wasit agak janggal. Gol pertama harusnya tidak sah karena bola belum melewati garis gawang," ungkap Nil. rep:satra kartika yudha ed: israr itah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement