Ahad 21 Sep 2014 13:02 WIB
Asian Games Ke-17

Bahasa ‘Tarzan’ dan Keramahan Incheon

Red: operator

Oleh Reja Irfa Widodo(Wartawan Republika) dari Incheon, Korea Selatan -- Tidak bisa dimungkiri, setiap bepergian ke luar negeri, salah satu kendala terbesar adalah berkomunikasi dengan penduduk lokal. Ini pula yang terjadi pada saat saya pertama kali menjejakkan kaki di Incheon, Korea Selatan.

Kendala ini begitu terasa saat saya harus berbahasa `'tarzan'' dengan sopir taksi yang mengantarkan saya dari bandara ke penginapan. Tidak berhenti sampai di situ, saya juga ma sih kesulitan saat menemui pemilik penginapan tempat saya menginap selama di Incheon. Bahkan, pe milik penginapan itu sampai harus menghubungi salah satu temannya yang memang bisa berbahasa Inggris.

Dengan dibantu temannya, yang harus berbicara melalui pengeras suara telepon, saya akhirnya bisa menyelesaikan semua masalah administrasi di penginapan tersebut.

Pun saat saya menuju Songdo-Dong, lokasi Main Press Center (MPC) berada. Dari lima orang yang saya temui, kelima orang itu benar-benar tidak bisa berbahasa Inggris.

Bahkan, saya harus menuliskan ke selembar kertas arah tujuan saya agar warga-warga Incheon itu bisa tahu maksud dari pertanyaan saya.

Alhasil, sekali lagi, bahasa `'tarzan''memainkan peranan. Namun, satu hal yang saya dapatkan dari interaksi dengan warga-warga asli Incheon tersebut, semua begitu ramah dan tidak canggung terhadap orang asing.

Meski terkadang mereka tidak mengerti apa yang saya katakan, mereka tetap berusaha tersenyum di sepanjang interaksi saya dengan me reka. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha mengerti dengan apa yang saya maksud. Seperti saat sopir taksi yang telah memasuki usia paruh baya itu berusaha menjelaskan waktu yang kami tempuh dari bandara ke tempat penginapan.

Sembari menunjuk-nunjuk angka yang terpada di alat GPS yang terpasang di dashboardmobilnya, sopir taksi itu seolah begitu tertarik berinteraksi dengan saya dan memberi tahu bahwa kami akan menghabiskan waktu perjalanan selama 45 menit.

Perilaku yang sama juga ditunjukkan oleh warga yang saya temui di sepan jang jalan di luar penginapan.Bahkan, salah satu di antaranya yang mengaku bernama Jae dengan senang hati mengantarkan saya ke pos polisi terdekat agar saya bisa men dapatkan informasi lebih lanjut.

Barulah di pos polisi ini saya benarbe nar bisa mendapatkan informasi soal rute yang saya ambil saat menuju Songdo-Dong.

Perilaku warga-warga Incheon itu seolah mengajarkan satu hal. Kendala bahasa bisa diatasi dengan keramahtamahan dan perilaku positif kepa da orang lain. Saya pun yakin ke ramahan para warga Incheon itu bukan lantaran kotanya tengah menggelar pesta olah raga terbesar di Asia, Asian Games.

Pasalnya, di sepanjang interaksi saya dengan mereka, saya tidak mengaku sebagai peliput Asian Games 2014.Selain itu, jika melihat latar belakang kota mereka sebagai kota p labuhan, rasanya para warga Incheon sudah begitu jamak berhadapan dengan orang-orang asing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement