INCHEON -- Kontingen atletik Indonesia gagal menambah pundi-pundi medali pada Asian Games ke-17 Incheon, Korea Selatan. Hal itu setelah Dedeh Erawati dan Maria Natalia Londa sama-sama gagal, masing-masing pada nomor lari gawang 100 meter dan nomor lompat jangkit.
Pelari senior Dedeh Erawati hanya menjadi juru kunci pada cabang atletik yang digelar di Stadion Utama Asiad, Incheon, Rabu (1/10) petang. Dedeh, yang diproyeksikan bakal meraih medali emas, berada di urutan kedelapan dan bahkan terkena diskualifikasi pada nomor lari gawang 100 meter putri.
Medali emas direbut pelari Cina Wu Shujiao dengan catatan waktu 12,72 detik. Sedangkan, perak direbut atlet Cina lainnya, Sun Yawei, dengan catatan waktu 13,05 detik, disusul Ayako Kimura dari Jepang yang mendapat perunggu dengan waktu 13,25 detik.
Namun, catatan waktu dari Wu Shujiao masih belum bisa memecahkan rekor lama yang dibuat atlet Kazakhstan Olga Shishigina dengan catatan waktu 12,63 detik yang dibuatnya pada Asian Games ke-13 di Bangkok tahun 1998 silam.
Sedangkan, Maria Natalia Londa, yang baru saja mendulang emas pada nomor lompat jauh, juga gagal pada nomor lompat jangkit yang digelar di Gyeyang Gymnasium. Atlet asal Bali berusia 23 tahun itu hanya berada di peringkat ke-10 setelah mencatatkan lompatan terjauh 13,39 meter.
Medali emas diraih atlet Kazakhstan Olga Rypakova yang mencatatkan lompatan sejauh 14,32 meter. Meski demikian, peraih emas Olimpiade 2012 itu tidak mampu melampaui rekor atas namanya sendiri pada Piala Continental 2010, di mana ia melompat sejauh 15,25 meter. Rypakova juga merupakan peraih emas pada Asian Games empat tahun lalu di Guangzhou.
Adapun medali perak diraih Aleksandra Kotlyarova yang melompat sejauh 14,05 meter. Sedangkan, perunggu diraih atlet Kazakhstan Irina Ektova yang melakukan lompatan sejauh 13,77 meter.
Sementara itu, atlet andalan putri Indonesia di cabang balap sepeda nomor BMX Elga Kharisma Novanda gagal mencapai target medali setelah hanya berada di urutan keempat dengan total poin 11 dalam kompetisi empat putaran.
Ia kalah bersaing dengan atlet Thailand Amanda Mildred Carr yang merebut emas dengan total poin 3. Sedangkan, atlet Cina Lu Yan meraih perak dengan poin 7. Ia disusul rekan senegaranya, Peng Na, yang mengumpulkan 9 poin dan meraih perunggu.
"Kelemahan kami karena kami hanya menurunkan satu atlet, sedangkan pesaing kami rata-rata dua atlet di satu nomor," kata pelatih BMX Dadang Haries Poernomo, di Ganghwa Asiad BMX Track, kemarin.
Dadang mengungkapkan sudah memperkirakan Elga akan dihalangi oleh pesaingnya yang menurunkan dua atlet. "Mereka sengaja memasang strategi dua atlet untuk itu, dan yang satunya tinggal melaju," tambahnya.
Ia menambahkan, trek BMX di Incheon ini sempit sehingga memungkinkan lawan melakukan hal seperti itu. "Lihat saja atlet Cina yang satunya berbelok masuk jalur pendek untuk menghalangi Elga," tuturnya.
Sementara itu, Toni Syarifudin yang turun di nomor putra juga tidak bisa berbuat banyak ketika harus puas di posisi kelima dengan total 13 poin. Atlet Filipina Daniel Patrick Caluag meraih emas dengan total 3 poin, disusul atlet Jepang dengan 7 poin yang merebut perak, dan perunggu direbut atlet Cina Zhu Yan dengan 10 poin.
Soft Tennis raih medali kedua
Satu-satunya cabang yang meraih medali kemarin adalah soft tennis lewat ganda campuran Maya Rosa Ariana Stefanie/Prima Simpatiaji. Pasangan itu meraih perunggu setelah ditaklukkan pasangan ganda campuran Cina, Zhou Mo/Chen Hui dengan 2-4, 0-4, 4-0, 0-4, 4-1,5-3, 4-0, 6-4 (5-3).
Sedangkan, pasangan tuan rumah Kim Aekyung/Kim Beomjun meraih medali emas setelah di final mengalahkan Zhou Mo/Chen Hui dengan 4-2, 8-6, 1-4, 4-2, 4-2, dan 4-0 (5-1). Zhou Mo/Chen Hui pun harus puas dengan medali perak. Pasangan Korsel lainnya, Kim Jiveon/Park Kruceol, juga berhak meraih perunggu setelah kalah dari Kim Aekyung/Kim Beomjun pada semifinal. ed: fernan rahadi