Senin 01 Feb 2016 14:00 WIB

BINCANG BISNIS- Asmawi Syam, Direktur Utama BRI : Memanfaatkan Fenomena 2016

Red:

Dengan suku bunga yang mencapai angka sembilan persen, industri perbankan menghadapi momentum baru pada tahun ini. Bagi Bank Rakyat Indonesia (BRI), ini menjadi momentum emas. Mengandalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), bank milik pemerintah ini mencoba untuk mengejar target hingga angka Rp 21 triliun dalam satu tahun.   

Dengan suku bunga yang rendah, BRI mencoba meningkatkan penetrasi kredit kepada masyarakat yang belum bankable dan belum tersentuh sektor perbankan. Hingga akhir 2015, KUR telah disalurkan kepada 950 ribu nasabah. Jika satu usaha mikro minimal dua orang, BRI berharap bisa menjangkau 1,8 juta orang yang tidak bekerja untuk memiliki penghasilan sendiri.

Sebagai persiapan menghadapi era digitalisasi, BRI juga bakal meluncurkan satelit sendiri. Harapannya, selain agar lebih efisien, perusahaan juga ingin dapat lebih menjangkau yang belum terjangkau dan melayani yang belum terlayani.

Direktur Utama BRI Asmawi Syam juga menjelaskan, target perusahaan untuk membangun agen BRILink pada 2016-2017 yang ditarget bisa mencapai 75 ribu agen. Berikut hasil wawancara Asmawi dengan wartawan Republika, Binti Sholikah, mengenai target dan strategi perusahaan dalam menghadapi MEA yang telah dimulai pada tahun ini.

Bagaimana proyeksi bisnis pada 2016?

Di dunia perbankan pada 2016, ada satu fenomena, ada kredit yang diberikan dengan suku bunga sembilan persen. Dalam beberapa tahun, belum pernah ada suku bunga kredit satu digit. Ini harus dilihat seberapa besar dampaknya ke ekonomi Indonesia.

Suku bunga sudah turun menjadi sembilan persen dari sebelumnya 22-24 persen. Yang 13 persen sebenarnya masyarakat mampu bayar. Sehingga ada ekses uang yang dimiliki masyarakat, kita lihat nanti larinya ke mana. Apakah untuk memperbesar usahanya, ditabung, atau asuransi.

Dampaknya ke ekonomi, misalnya, seperti apa?

Misalnya dengan KUR, ini bisa diberikan ke nasabah yang belum bankable, bisa memberikan lapangan kerja baru yang belum tersentuh bank. Sampai akhir 2015, KUR disalurkan kepada 950 ribu nasabah. Kalau belum bankable itu semua belum tersentuh bank. Ini pengembangan usaha baru dan memberikan lapangan kerja baru. Jadi satu usaha mikro minimal dua orang. Kalau 950 nasabah dikali dua, bisa 1,8 juta orang yang tidak bekerja bisa berpenghasilan.

Ada kekhawatiran kreditnya menjadi NPL?

Sekarang dengan bunga sembilan persen, dampaknya adalah apakah dia mau nunggak? Jadi saya tidak apa-apa bocorin dikit, menurut saya, NPL bakal turun sedikit. Mengapa? Karena masyarakat menyadari ini momentum bagus. Dengan begitu, mereka tidak mau menjadi nasabah yang di-black list, jadi jangan sampai nunggak.

Kemudian, angka Rp 30 triliun pada 2015 akan naik menjadi Rp 100 triliun–Rp 120 triliun tahun ini. Kita evaluasi pada pertengahan tahun, apakah Rp 100 triliun bisa terserap? Kalau bisa, targetnya menjadi Rp 120 triliun. Ini menjadikan dunia bisnis menggeliat dengan bunga murah. Bisa menjadi bunga kompetitif, bukan hanya sesama pengusaha dalam negeri. Memasuki MEA, dengan bunga murah, pengusaha dalam negeri bisa berkompetisi dengan produk yang ekspor.

Realisasi penyaluran KUR 2015 oleh BRI seperti apa?

Pada 2015, dalam jangka waktu 4,5 bulan sejak 18 Agustus 2015 hingga 31 Desember 2015, kami menyalurkan Rp 16,2  triliun untuk hampir satu juta nasabah. Target kita Rp 21 triliun, itu target satu tahun, tapi baru dimulai Agustus.

Ekspansi bisnis BRI dengan peluncuran satelit tahun ini akan seperti apa?

Satelit ini akan diluncurkan karena di era digitalisasi, perbankan tidak bisa bertahan tanpa teknologi. Jadi satelit BRI ini bahasa umumnya adalah mempersatukan nusantara dengan satelit yang sama cepat dan baik.

Dia ingin menjangkau yang belum terjangkau dan melayani yang belum terlayani. Bagi kita, dengan membeli satelit bisa menjadi lebih efisien. Faktor pertama, masyarakat bisa dilayani. Faktor kedua, biaya operasional bisa lebih murah. Turunnya operating cost pasti akan mempengaruhi BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional).

Selain itu, kita akan bangun agen BRILink pada 2016-2017 sampai 75 ribu agen. Pada 2016 ini, kita ingin menjadi integrated banking solution. Semua integrasi ada di kita dengan teknologi satelit. Misalnya, SIM online atau e-SIM, e-KTP, dan data penerimaan negara bukan pajak.

Itu kita terlibat, akan kita integrasikan menjadi satu. Kita tidak pernah membayangkan orang Papua memperpanjang SIM di Jakarta kalau tidak ada SIM online. Sekarang bisa kita lakukan sehingga menjadi lebih murah. Yang namanya high cost economy, kita jaga supaya turun. Termasuk bunga KUR, ini menurunkan ongkos mereka, itu luar biasa.

Peluncuran satelit dampaknya bisa cepat tidak?

Kalau BOPO ini kan komponennya banyak, tidak hanya pembayaran satelit. Pasti ada, tapi jangan diharap akan turun signifikan. Sebelumnya, kami membayar biaya sewa Rp 535 miliar per tahun. Dengan membeli satelit seharga kira-kira Rp 3,4 triliun artinya dalam tujuh tahun cost satelit akan kembali.

Keuntungan agen BRILink seperti apa?

Nasabah kita yang menjadi agen ini omzet usahanya lebih besar, karena kita berbagi dua, separuh di kita separuh di dia. Sehingga antusiasme menjadi agen BRILink besar. Karena mereka tidak punya modal. Dengan warung yang ada, dia cukup punya rekening di bank.

Bahkan fakta di lapangan, dengan adanya agen BRILink, nasabah lebih senang bertransaksi di agen BRILink daripada di BRI itu sendiri. Karena mereka tidak antre dan bisa bertransaksi hingga pukul 22.00. Omzet warung mereka jadi lebih besar karena melayani dengan sepenuh hati dan jiwa. Inilah salah satu keberhasilan financial inclussion.

Setelah itu, akan masuk literasi keuangan yang akan mendidik agen menyisihkan uang untuk membeli premi asuransi BRI. Jadi tujuan memberikan asuransi supaya nasabah BRI melakukan literasi keuangan terhadap asuransi. Kalau misalnya meninggal dia bisa melunasi kredit dan membayar biaya pendidikan anak-anaknya. Jadi ini bagian dari memberdayakan ekonomi di desa karena kami ada di sana. Kami bertanggung jawab untuk itu, nanti impact-nya positif dikembalikan lagi ke BRI, dia akan menjadi nasabah BRI.

Risiko NPL ke depan apakah masih ada?

Semakin tinggi suku bunga semakin besar kemungkinan terjadinya NPL. Kalau bunganya semakin rendah kualitas pinjamannya semakin bagus.

Risiko kredit selain KUR?

Kalau kita kan 73 persen di UMKM. Makro ekonomi kita baik semua. Inflasi kita 3,3 persen, dan kalau kita lihat NPL semua bank tidak ada yang naik signifikan. Mungkin ada beberapa sektor yang mengalami tekanan, seperti komoditas karena harganya lagi turun. Secara keseluruhan, pada 2016 kita akan masuk satu era yang diawali dengan sesuatu yang kita tunggu-tunggu, yaitu Fed rate. Semua mempersiapkan.

Ada yang memprediksi 25 basis poin, 50 basis poin. Semua perbankan pasti melakukan stress test, jadi kita ambil maksimal. Kalau kita ambil maksimal dan terjadi minimal tidak ada masalah. Mungkin perbankan tidak memprediksi 0,25 persen, minimal 0,50 persen atau 100 basis poin. Ternyata naiknya tidak seperti yang dipersiapkan.

Kedua, ada kepastian kita menghitung bujet kita akan mengeluarkan berapa. Bujet nasabah juga seperti itu. Sehingga ini ada stabilisasi sektor perbankan, lalu ada penurunan suku bunga. Kemudian terkait belanja negara yang akan turun lebih cepat, ada kemudahan infrastruktur, ada BKPM untuk investor masuk. Ini semua akan terakumulasi dan menjadi stimulus untuk 2016.

Belum lagi kita berbicara mengenai persiapan MEA. Kita siap, BRI mempersiapkan bagaimana supaya nasabah kita jangan sampai kalah bersaing dengan negara lain. Kalau dulu kita kompetitif di antara mereka, sekarang kita ada kompetisi dengan negara lain, kita bersatu.

Penyaluran KUR 2016 strateginya seperti apa?

BRI mendapat porsi penyaluran KUR tahun ini Rp 67 triliun, itu akan disalurkan ke segmen mikro dan ritel. Untuk ritel Rp 6 triliun dan Rp 61 triliun untuk mikro. Kita harapkan dengan kredit mikro ini lapangan kerja baru akan bertambah. Sehingga daya beli masyarakat meningkat. Demand produk meningkat tentunya produksi naik, jadi tenaga kerja dibutuhkan. Ini akan menjadi siklus ekonomi yang positif.

NPL KUR targetnya berapa?

Jadi NPL relatif kecil karena KUR ini dijamin oleh asuransi sebesar 70 persen, risiko perbankan 30 persen. Jadi selama ini sesuai dengan pengamatan dan hasil analisis kita hampir tidak ada masalah. Dengan bunga murah ini, mereka cukup untuk bisnis, apalagi kalau turun menjadi sembilan persen. Diharapkan penurunan suku bunga ini akan berpengaruh positif terhadap NPL.

Strategi BRI meningkatkan aset untuk menyambut MEA?

Pengembangan aset pada 2017, BRI menargetkan mencapai Rp 1.000 triliun, kita harapkan lebih cepat lebih bagus. Terkait caranya, kita harus melakukan ekspansi kredit dan dana serta melakukan corporate action.

Itu kita lakukan bersama-sama dengan langkah lain yang bisa meningkatkan aset. Misalnya, membangun jaringan kerja tak hanya kantor, tapi juga tanpa kantor. Agen Laku Pandai ini bisa men-drive pertumbuhan simpanan dan pinjaman sebagai agen. Jadi memanfaatkan nasabah BRI yang sudah terseleksi sebagai agen. Agar dia menjadi referral orang pinjam kredit tidak perlu ke kantor BRI.

Strategi menghadapi MEA?

Pertama adalah persoalan kita tingkat suku bunga tinggi. Dengan kebijakan pemerintah menyubsidi bunga KUR, sehingga bisa disalurkan menjadi sembilan persen, ini meningkatkan daya saing terhadap persaingan di luar Indonesia. Dengan demikian, biaya produksi mereka turun. Dengan target penyaluran KUR Rp 100 triliun kita akan mendapatkan dampak ekonomi memasuki 2016 sebagai tahun pelaksanaan MEA.

Revaluasi aset BRI meningkatkan aset?

Aset kita bertambah Rp 7 triliun–Rp 8 triliun. Perseroan sudah membayar pajak kepada pemerintah sebesar tiga persennya.

Dampak penurunan giro wajib minimum loan to deposit ratio (GWM LDR) sudah terlihat?

Jadi dampaknya itu terhadap CAR. Dampaknya adalah memberikan kelonggaran, memberikan pinjaman 0,5 persen, jadi kita meminjamkan CAR lebih besar. Dengan adanya penurunan GWM ini, terasa pasti dampaknya.

Ada rencana buka cabang di Malaysia?

Sementara kita fokus di Timor Leste, setelah itu kita baru mencari alternatif berikutnya, jadi menunggu internal, kita mau bertahap. Kita juga akan evaluasi, kalau keluar kita diberikan statusnya apakah full branch atau representatif? Kalau Malaysia, kita belum ke sana.

Target pertumbuhan kredit tahun ini?

Angka 11 persen untuk korporasi secara keseluruhan. Untuk kredit secara umum di atas itu, karena ada KUR.  ed: Mansyur Faqih

***

Dan 6 Penggemar Pisang Goreng

Asmawi Syam telah berkiprah selama puluhan tahun di dunia perbankan. Pria kelahiran Ujungpandang tersebut telah berkiprah di BRI sejak 1980. Setelah diangkat sebagai direktur utama BRI, kesibukan pria ini semakin bertambah. Kini, ia justru mempunyai hobi baru, di luar hobinya berolahraga.

"Saya hobinya sudah beralih, biasanya suka travelling, kalau sekarang, hobinya kerja di kantor," ujar Asmawi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sebagai orang nomor satu di bank milik pemerintah ini, Asmawi kerap melakukan kerja lembur untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Namun, lulusan Magister Manajemen Universitas Padjadjaran ini tetap melatih fisiknya agar tetap bugar.

Di sela-sela kegiatan sebagai bankir, Asmawi masih menyempatkan diri melakukan aktivitas lain. Dia mengaku menggemari olahraga golf sejak menjadi bankir.

Sebelumnya, hobi olahraga Asmawi termasuk ekstrem. Sejak mahasiswa, dia mengikuti latihan karate dan kerap naik gunung. Saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar, ia telah mendaki beberapa gunung di Pulau Selebes tersebut. Terakhir, ia mendaki Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan.

Hobi karate tetap dijalaninya hingga kini. Asmawi telah meraih sabuk hitam dengan posisi Dan 6. Ia bukan lagi berlatih karate melainkan melatih karate sebulan dua kali di dojo-dojo sekitar Jakarta. "Soalnya kalau sudah Dan 6 terus tidak bisa gerak apa-apa kan malu juga," ucapnya.

Jabatan tinggi tak berarti seleranya selalu high class. Buktinya, Asmawi justru menggemari jajanan tradisional. Pisang goreng menjadi camilan favorit suami Ani Soemarmo tersebut. Terlebih pisang goreng yang dimasak istrinya. Jika tidak, ia kerap membeli pisang goreng di warung-warung pinggir jalan atau pisang goreng yang dijual di kantin kantor pusat BRI.

Sebelum dilantik menjadi direktur utama BRI, Asmawi sempat menjabat sebagai direktur BRI periode 2007-2014. Sebelumnya, ia menjabat sebagai kepala divisi bisnis umum BRI periode 2005-2007.  ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement