Pondok Pesantren Darus Sunnah International Institute For Hadith Sciences menyelenggarakan Wisuda Sarjana Angkatan ke-12. Sebanyak 59 mahasiswa dan mahasiswi dinyatakan lulus sarjana pada Ahad (8/6).
Pondok Pesantren yang juga terintegrasi dengan perguruan tinggi ini diasuh Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA. Berbeda dari biasanya, wisuda kali ini dihadiri tamu undangan Dubes Paraguay yang menjadi mualaf Cecar Estebon Grillion beserta istri Yulie Setyohadi Nasution.
Proses wisuda pun dilakukan dengan khidmat dan para wisudawan diberikan ijazah oleh Cecar dan kain sorban yang disampirkan di pundak oleh Kiai Ali Mustafa.
Tiga orang wisudawan berhasil menjadi yang terbaik di antara 59 wisudawan. Mereka diberikan hadiah berupa umrah. Wisuda angkatan ke-12 ini merupakan angkatan terbanyak yang lulus. Biasanya, Darus Sunnah meluluskan 10 hingga 30 orang setiap angkatan.
Kiai Ali Mustafa mengatakan, mahasiswa Darus Sunnah memang digembleng menjadi dai selama empat tahun. Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga berpesan agar wisudawan tak berhenti menuntut ilmu. "Ini bukanlah akhir dari proses belajar, melainkan justru awal dari belajar yang serius dan bertanggung jawab," ujar dia.
Tradisi menggeluti kitab kuning yang telah dilakukan selama empat tahun di Darus Sunnah juga harus terus dijaga. Menurut dia, orang yang sukses dalam dunia ilmu adalah mereka yang mampu mengembangkan ilmunya.
Dia juga mengingatkan dalam mengembangkan ilmu dapat dilakukan dengan mengajar, mengamalkan, dan menuliskannya dalam buku. "Saat ini, dunia akademik sangat dominan dengan menulis. Teruslah melatih menulis yang belum menulis dan lanjutkan tulisanmu yang telah menulis," ujar dia.
Darus Sunnah merupakan pesantren khusus yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan institusi dalam pengkajian studi hadis di Indonesia. Karena, saat ini studi hadis di Indonesia masih jarang bahkan sangat langka.
Sehingga, menimbulkan persoalan tentang penggunaan hadis-hadis palsu atau mengklaim hal-hal yang bukan hadis sebagai hadis. "Di Indonesia, juga sulit menemukan orang yang dikenal dengan muhaddis," ujar dia.
Padahal, hadis merupakan sumber otoritas kedua dalam Islam setelah Alquran. Sehingga, setiap Muslim semestinya mengetahui dan memahami hadis secara benar dan tepat.
Darus Sunnah berdiri sejak 1997. Ketika itu, tiga murid Kiai Ali Mustafa mengikuti pengajian di rumahnya. Melihat semangat belajar mereka, Kiai Mustafa memutuskan, harus ada pesantren yang berfungsi sebagai tempat belajar mengajar dan bisa tinggal untuk fokus mengaji tanpa harus terhalang panas dan hujan.
Darus Sunnah difokuskan bagai mereka yang telah menginjak usia mahasiswa. Karena, ilmu tersebut terlalu berat untuk diajarkan bagi usia SMP dan SMA.
Mahasiswa yang boleh nyantri di Darus Sunnah harus memenuhi syarat. Persyaratan tersebut, antara lain, harus lulus tes tulis, seperti profesiensi bahasa Arab, pengetahuan dasar ilmu hadis, ilmu akidah, wawasan sejarah, serta pengetahuan Islam.
Setelah lulus tes, mereka harus melewati tahapan selanjutnya, yakni tes lisan, meliputi pembacaan kitab berbahasa Arab, memahamai isi teks Arab, sekaligus mampu menerangkannya, nahwu dan sharaf, wawasan ilmu hadis, penguasaan bahasa Arab-Inggris, dan psikotes.
Setelah lulus tes, ada dua gelar yang diberikan bagi mereka yang lulus dan tidak lulus. Bagi mahasantri muntadzim, mereka lulus dalam kedua tes. Sedangkan, mahasantri muntazib adalah mahasantri yang tinggal di luar asrama. Tetapi, keduanya tetap mendapatkan pelajaran yang sama.
Pada tahun ajaran mendatang akan ada perubahan dalam penggunaan bahasa pengantar. Biasanya, mereka hanya menggunakan bahasa Arab, tetapi tahun depan akan digunakan dua bahasa, yaitu Arab dan Inggris. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany