JAKARTA -- Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memutuskan penambahan jam belajar siswa pada tahun ajaran baru 2014/2015. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, tambahan jam belajar untuk siswa SD dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu. Sedangkan, SMP dari 32 jam menjadi 30 jam per minggu.
Nuh mengatakan, penambahan jam belajar di sekolah akan memberikan dampak positif bagi siswa. ''Anak-anak yang sekolahnya full day, karakternya jauh lebih baik daripada yang hanya sekolah setengah hari,'' ujarnya, Kamis, (13/8).
Menurutnya, anak-anak yang sekolah full day, kegiatannya lebih terkontrol daripada yang setengah hari. Apalagi, lingkungan saat ini sudah berubah daripada lingkungan zaman dulu.
Ia mencontohkan, anak yang bersekolah setengah hari, saat pulang ke rumah ayah dan ibunya tidak ada karena masih sibuk bekerja, akibatnya anak tak ada yang mengawasi. Dengan demikian, mereka terkadang memilih bermain di luar rumah dan tidak terkontrol.
Penambahan jam belajar, kata Nuh, di antaranya dilakukan untuk jam pelajaran agama dan bahasa Indonesia. Tambahan jam belajar itu, menurut Nuh, tidak akan membebani siswa. Sebab, satu jam pelajaran bagi siswa SD hanya 35 sampai 40 menit, bukan 60 menit.
Jika membandingkan dengan jam belajar di negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), jam belajar di Indonesia belum ada apa-apanya. Nuh mengatakan, rata-rata lama jam sekolah siswa dari SD sampai SMP di Indonesia hanya 6.300 jam per tahun. Sedangkan di negara-negara OECD sekitar 7.000 jam per tahun.
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo mengatakan, beberapa negara, contohnya Swedia, jam belajarnya juga lama. ''Di beberapa negara waktu belajar juga lama. Tapi, karena yang dipelajari tepat, murid senang saja,'' katanya.
Di tempat terpisah, Inung salah satu orang tua siswa SDSN Mampang Prapatan 02 Jaksel, mengatakan, jika penambahan jam belajar diberlakukan dengan menambahkannya pada hari Sabtu, itu akan membebani anak. Sebab, hari Sabtu seharusnya hari bebas untuk anak dan keluarganya.
''Anak saya kalau Sabtu jadwalnya untuk berenang dan les lainnya. Kalau disuruh sekolah, malah kasihan,'' kata Inung.
Pendapat berbeda disampaikan Rini, orang tua siswa SMPN 1 Bogor. Ia mengaku senang kalau anaknya sekolah full day sebab ia sering bekerja sampai sore. "Saya malah senang, anak sekolah sampai sore karena sekolah lebih aman dan nyaman. Daripada di rumah, anak hanya menonton TV yang tayangannya kadang tidak bagus,'' katanya. rep:dyah ratna meta novia ed: andi nur aminah