Jumat 19 Sep 2014 13:00 WIB

Daerah Butuh Guru SM3T

Red:

JAKARTA -- Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) sudah berjalan tiga tahun. Program tersebut dinilai efektif sebagai solusi pemenuhan guru bermutu di wilayah tersebut.

Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Kristian Soholait, mengungkapkan betapa berartinya kehadiran guru SM3T di daerahnya. Ia menceritakan, pada awalnya daerah memiliki  380 guru. Itu pun secara fisik yang ada hanya 80 karena berbagai sebab.

"Maka, ketika tahun lalu datang 65 orang guru SM3T yang tidak hanya mengajar di sekolah, tapi mendatangi anak-anak agar mau belajar ke sekolah, kami sangat terbantu," kata Kristian dalam acara Silaturahim Nasional SM3T yang berlangsung di Jakarta, Kamis (18/9).

Menurutnya, meskipun daerahnya dalam beberapa waktu terakhir rawan konflik karena  beberapa kali terjadi kontak senjata, pihaknya menjamin guru-guru SM3T aman. Apalagi, mereka dibutuhkan oleh siapa saja. Itulah mengapa ketika mereka pulang setelah setahun mengabdi, anak-anak menangis lebih dari kehilangan orang tua.

Karena itu, Kristian berharap program ini berlanjut. "Pemerintahan boleh berganti, tapi kalau program SM3T dihentikan, anak-anak kami yang sudah mulai giat ke sekolah bagaimana," ujarnya.

Mendikbud Mohammad Nuh yang hadir pada acara itu menyampaikan hal serupa. Menurutnya, sebenarnya sebanyak 3.000 orang per tahun yang selama ini diterjunkan masih perlu ditambah. Namun, jika program ini terus berlanjut, 15-20 tahun mendatang, sentuhan kemanusiaan yang dilakukan SM3T akan dapat dipetik buahnya secara lebih nyata.

Nuh menilai, apa yang dilakukan para peserta SM3T terhadap anak-anak usia sekolah di daerah pelosok itu sebagai sentuhan kemanusiaan. Ia mencontohkan, ketika seorang SM3T berjilbab memeluk erat anak sekolah Injil yang menangis karena mendengar kabar akan ditinggalkan, tidak ada lagi sekat agama dan adat istiadat.

"Tetapi, yang ada adalah sentuhan kemanusiaan seorang pendidik muda terhadap sesama anak bangsa," katanya.

Nuh mengungkapkan, sebagai upaya untuk merawat masa depan SM3T, lewat koordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB) pihaknya mulai tahun ini melakukan seleksi guru pegawai negeri sipil (PNS) dengan jatah khusus untuk alumni SM3T melalui sistem tersendiri. "Selain itu, tersedia beasiswa bagi alumni SM3T untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang magister dan doktor," kata Nuh.

Program SM3T diterjunkan kali pertama dengan 2.400 peserta pada November 2011 ke berbagai pelosok negeri. Kini, SM3T telah memasuki angkatan ke-4. Diseleksi dan dibekali di 21 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK).

Mereka diterjunkan dan mengabdi di wilayah tersebut selama setahun, setelah itu kembali ke LPTK mengikuti PPG berasrama selama dua semester. Selama mengabdi di daerah 3T dan menjalankan PPG, mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Nuh menyebutkan, SM3T merupakan solusi sementara terhadap persoalan kekurangan guru di daerah 3T. Pada saat yang bersamaan, Kemendikbud menyelanggarakan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) dengan merekrut dan menyiapkan lulusan SMA/SMK dari daerah 3T untuk dididik selama lima tahun di LPTK.

Setelah lulus bertugas sebagai guru, mereka membangun daerah masing-masing. Kombinasi solusi sementara (SM3T) dan solusi permanen (PPGT) ini dipayungi oleh program Maju Bersama Mencerdasakan Indonesia (MBMI).

Wakil Presiden Boediono yang juga hadir pada acara itu menambahkan, pendidikan adalah hak asasi setiap anak Indonesia. Karena itu, negara wajib menyediakan pendidikan bagi seluruh warga negara, terutama generasi muda yang akan datang.

Soal kekurangan guru, akhirnya tecermin pada ketertinggalan anak-anak dalam belajar. Ini masalah serius yang harus segera diatasi.

rep:dyah ratna meta novia  ed: muhammad hafil

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement