SURABAYA — Pemerintah menyatakan ketidaksetujuannya jika ekskavasi (penggalian) untuk penelitian situs Megalitikum Gunung Padang di Kabupaten Cianjur dihentikan. Karena, penelitian itu jika berhasil, menjadi kebanggaan rakyat Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengakui memang masih ada beberapa perbedaan cara pandang antara kelompok peneliti. Satu kelompok beranggapan bahwa situs tersebut tidak lebih dari sebuah gunung purba. Kelompok tersebut juga mengganggap proses penelitian situs tidak sesuai prosedur dan berpotensi merusak peninggalan sejarah itu.
Meski begitu, mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tersebut berpendapat, hal itu bukan berarti proses penelitian harus dihentikan. "Prinsip saya, model ijtihad (fatwa ulama Islam), kalau salah dapat satu, benar dapat dua. Yang tidak dapat itu yang diam saja. Oleh karena itu, kalau ada yang keberatan, ayo ikut," ujar Nuh di kampus ITS Surabaya, Rabu (8/10).
Nuh mengatakan, sejak lama banyak peneliti luar negeri yang juga tertarik meneliti Situs Gunung Padang. Namun, Nuh menekankan, penelitian situs tersebut harus menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia sendiri. "Meskipun banyak orang asing yang kepingin tapi yang menjadi leader orang Indonesia," ujarnya.
Menurut Nuh, sejumlah hasil penelitian menunjukkan, Situs Gunung Padang telah ada sejak beberapa abad sebelum Masehi. "Penelitian carbon dating menunjulkan, (Situs Gunung Padang) ini 3.500 tahun sebelum Masehi. Luar biasa, kan?" kata Nuh.
Sejumlah arkeolog dan geolog meminta ekskavasi situs Gunung Padang dimoratorium (penghentian sementara). Kegiatan untuk penelitian tersebut dinilai telah melanggar Undang-Undang Cagar Budaya.
Guru Besar Departemen Ilmu Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Nina Herlina Lubis mengatakan, ekskavasi yang dilakukan di situs tersebut telah merusak salah satu cagar budaya di Indonesia. Perusakan tersebut tidak dapat dikembalikan lagi. "Oleh karena itu, harus dilakukan moratorium," ujar Nina seusai seminar "Gunung Padang dan Permasalahannya" di Universitas Padjadjaran, Selasa (7/10).
Situs tersebut merupakan sisa gunung purba yang telah mati dan dipergunakan oleh masyarakat prasejarah di Cianjur untuk keperluan ritual. Hal itulah yang membuatnya seperti punden berundak-undak. "Gunung Padang tidak dibangun seluruhnya oleh manusia di Cianjur," kata Nina. Meskipun tidak "istimewa", Gunung Padang tetap menjadi situs yang berharga. Pasalnya, Gunung Padang merupakan punden berundak-undak terbesar di Jawa Barat.
Proses ekskavasi di kawasan situs Megalitikum Gunung Padang telah dilakukan sejak September lalu. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Tim Nasional (Timnas) Peneliti Gunung Padang dari Jakarta dengan bantuan prajurit TNI. Sejumlah kalangan tidak setuju terhadap metode TNI yang menggali lapisan tanah dengan cangkul atau pacul yang dinilai menyimpang dari kaidah penggalian arkeologis.
Namun, Ketua Timnas Gunung Padang Bidang Geologi Danny Hilman Natawidjaja menjamin tidak ada yang rusak dengan teknik ekskavasi tersebut. "Saya jamin tidak ada artefak yang rusak," ujarnya waktu itu. Menurut penjelasan ahli dari LIPI tersebut, ekskavasi yang digelar merupakan bagian dari proses penelitian pendahuluan.
Pekan lalu, penelitian permulaan eskavasi Gunung Padang yang dilakukan Tim Nasional Gunung Padang dihentikan. Tim berencana untuk memaparkan hasil penelitian langsung kepada Mendikbud. rep:c54 ed: muhammad hafil