REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia terus memperkuat kerja sama perdagangan bilateral dengan sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor nontradisional. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ekspor dan menyokong pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
Salah satu negara yang menjadi sasaran Indonesia, yaitu Cile. Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo menyatakan, Indonesia dan Cile telah menandatangani kesepakatan dalam perundingan pertama Trade in Goods (TIG’s) akhir Mei lalu. Perundingan tersebut membahas Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
“Tujuan utamanya untuk meningkatkan target pasar di Amerika Tengah dan Selatan,” katanya, Senin (2/6). Iman mengungkapkan, perundingan akan dilakukan secara bertahap. TIGs nantinya akan dimulai dengan membahas layanan perdagangan, investasi, dispute settlement, hingga kerja sama lainnya.
Selain meraih target pasar yang lebih banyak, kerja sama ini diharapkan bisa meningkatkan target pasar jasa dan investasi Indonesia di Cile. Kedua negara juga sepakat bahwa substansi perjanjian harus sederhana dan mengacu pada ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Selain itu, menghindari pasal-pasal yang kontroversi dan mengubah peraturan perundang-undangan kedua negara.
Total komoditas ekspor Indonesia ke Cile pada 2012 tercatat sebanyak 622 komoditas dari 4.084 komoditas ekspor ke pasar dunia. Sedangkan, Cile hanya mengekspor sebanyak 91 komoditas ke Indonesia dari total 3.279 komoditas yang diekspor Cile ke pasar dunia. Indonesia berada pada posisi keempat sebagai pemasok terbesar di Cile setelah Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Selain sebagai negara tujuan ekspor nontradisional bagi Indonesia, Cile juga dapat dimanfatkan sebagai penghubung bagi negara-negara di kawasan Amerika Tengah dan Selatan. “Terlebih, ada fasilitas zona perdagangan bebas di Iqueque, Cile,” ujar Iman.
Indonesia juga membidik kerja sama dengan Pemerintah Pakistan. Hubungan dagang antara Pakistan dan Indonesia memiliki potensi besar untuk dilirik. Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Gatot Prasetyo Adji mengatakan, ekspor Indonesia ke Pakistan tahun lalu mengalami kenaikan 2,44 persen.
Ekspor Indonesia tertinggi ke negara tersebut, yakni minyak kelapa sawit (CPO). Indonesia telah berhasil merebut pasar CPO Malaysia sehingga kini pangsa pasar CPO nasional di Pakistan mencapai 44,01 persen.
Gatot sangat mendorong adanya peningkatan peluang ekspor itu. Menurutnya, Pakistan merupakan pintu masuk perdagangan Indonesia ke kawasan Asia Selatan. Pakistan juga dimanfaatkan sebagai pintu masuk untuk memasok CPO ke Eropa Timur. Untuk itu, kerja sama harus digiatkan dalam bentuk perjanjian perdagangan bilateral, investasi bergaransi, dan proses pembayaran melalui bank.
Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi menyatakan, Indonesia menargetkan ekspor bisa tumbuh 4,1 persen tahun ini atau senilai 190 miliar dolar AS. Untuk meningkatkan ekspor, Kemendag telah menyusun lima strategi utama. Strategi itu, katanya, promosi, pengamanan perdagangan, peningkatan daya saing dengan regulasi dan fasilitasi, peningkatan daya saing dengan hilirisasi, dan subsitusi impor. Sedangkan yang terakhir, peningkatan daya saing infrastruktur. n nora azizah ed: fitria andayani
Grafis :
Target Ekspor 2014
Nilai Pertumbuhan
Ekspor Produk Utama : 96,7-97,7 miliar dolar AS 5,5-6,5 persen
Ekspor Produk Prospektif : 17,1-17,3 miliar dolar AS 20 persen. n