JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mewaspadai dampak turunan kenaikan harga yang dilakukan pemerintah. Ancaman El Nino juga dikhawatirkan dapat menaikan harga komoditas. Hal tersebut akan mengerek inflasi jika tidak diantisipasi.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengatakan, faktor risiko yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi adalah cakupan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang lebih luas dari pembahasan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) Perubahan 2014. Kelompok rumah tangga golongan 1.300-5.500 VA akan mengalami kenaikan pada Juli.
"Itu menyumbang tambahan inflasi 0,3 persen untuk seluruh tahun," ujarnya, Kamis (26/6). Angka tersebut belum menghitung kenaikan TTL pada perusahaan yang nonterbuka. Jika menghitung kenaikan pada sektor tersebut, tambahan pada inflasi sebesar 0,5 persen. Kenaikan harga TTL dikhawatirkan dapat menaikan harga pangan. Tapi, menurut dia, jika dapat dijaga, dampak lanjutannya akan kecil.
Pemerintah juga berencana menaikkan tarif batas atas tarif angkutan udara sebesar 20-25 persen karena kenaikan harga avtur. LPG 12 kilogram dan tarif kereta api ekonomi jarak jauh dan menengah juga rencananya akan dinaikan.
Ia mengatakan, tim pemantauan dan pengendalian inflasi daerah (TPID) telah mengimbau pemerintah pusat agar dalam melakukan penyesuaian tarif komoditas strategis atau menaikkan harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices) memperhatikan aspek ketepatan waktu. Pemerintah diharapkan menghindari momen Ramadhan dan Lebaran bila ingin menaikkan tarif.
El Nino juga dikhawatirkan mengancam Indonesia. Dampak El Nino terjadi pada kenaikan harga beras, minyak kelapa sawit, dan beberapa komoditas lainnya. Pemerintah memonitor dampak El Nino pada komoditas beras, terutama jika intensitasnya meningkat dari moderat menjadi kuat.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan tiga skenario untuk menghadapi kekeringan akibat penyimpangan suhu di permukaan Samudra Pasifik atau dikenal dengan El Nino yang diperkirakan terjadi pada Juli hingga Desember 2014. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.
Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, langkah pertama adalah membuat kalender tanam yang berbeda untuk setiap kabupaten. Selain itu, menganjurkan petani untuk menanam varietas yang umurnya pendek agar cepat dipanen dan tidak terdahului kemarau panjang. Kementan juga akan memanfaatkan embun dan mempertimbangkan mengimpor beras bila benar-benar dibutuhkan.
Officer Ekosistem Pertanian Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) Puji Sumedi menyatakan, sebagai tindakan kuratif impor beras mungkin menjadi solusi dalam menghadapi ancaman El Nino. "Akan tetapi, untuk jangka panjang seharusnya dilakukan pendekatan yang berbasis masyarakat dan keanekaragaman pangan yang kita miliki," ujarnya.Misalnya dengan mendorong kearifan likal pembuatan lumbung untuk membangun sistem cadangan pangan.
rep:satya festiani ed: fitria andayani