Jumat 29 Aug 2014 14:00 WIB

Pendanaan Bank Melambat

Red:

JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja perbankan nasional hingga akhir Agustus 2014 masih relatif stabil. Rasio keuangan perbankan masih sehat, meski likuiditas perbankan relatif ketat. Berdasarkan data OJK, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sampai pertengahan tahun sebesar 4,44 persen atau 13,4 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (year on year).

Melambatnya pertumbuhan pendanaan bank menyebabkan rasio penyaluran kredit bank terhadap seluruh penerimaan atau loan to deposit ratio (LDR) menjadi 90,25 persen. Angka ini meningkat 0,55 persen dari mulai awal tahun. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, capaian perolehan DPK dan LDR tersebut masih dapat ditoleransi karena sesuai dengan kemampuan dan target setiap bank.

"Pertumbuhan bisnis bank relatif melambat pada awal dan menjelang tutup tahun. Ini sejalan dengan bagian proses rebalancing menuju keseimbangan baru," ujar Muliaman dalam Pembukaan Indonesia Banking Expo 2014, Kamis (28/8).

Muliaman mengatakan, ketahanan likuiditas perbankan atau kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan dana cukup baik. Ini terlihat dari relatif stabilnya suku bunga pasar uang antar bank. Ia juga melihat bahwa modal perbankan berkembang dengan baik untuk mendukung rencana ekspansi.

Data OJK menunjukkan rasio kecukupan modal bank berada pada 19,51 persen pada Agustus, meningkat dari 18,59 persen pada awal tahun. Rasio modal inti dan tier 1 capital pada periode tersebut masing-masing tercatat sebesar 17,79 perssen dan 16,83 persen. "Jauh lebih tinggi dibandingkan persyaratan," ujarnya.

Sementara itu, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross masih relatif stabil di bawah satu persen. Menurut Muliaman, perlambatan bisnis bank juga disebabkan penataan struktur ekonomi atau reformasi struktural. Berdasarkan Rencana Bisnis Bank (RBB), target pertumbuhan kredit dan DPK pun mengalami penurunan.

Target kredit secara keseluruhan dalam RBB sebesar 15-16 persen (year on year), lebih rendah daripada arahan otoritas sebesar 15-17 persen.  Sementara itu, target DPK secara keseluruhan dalam RBB sebesar 13-14 persen, juga lebih rendah dari target awal sebesar 14-15 persen.

Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, kondisi likuiditas perbankan dalam negeri juga dipengaruhi rencana Bank Sentral AS the Federal Reserve menaikkan suku bunga tahun (Fed Fund Rate) depan. "Likuditas akan ketat di domestik pada saat itu. Bank besar dan bank kecil akan mengalami kesulitan karena menaikkan bunga deposito," ujar Chatib, Kamis (28/8).

Chatib memperkirakan, the Fed akan melakukan normalisasi kebijakan moneter pada semester I 2015. Fed Fund Rate diprediksikan meningkat 100 basis poin (bps). "Jika interest (suku bunga) naik 100 bps, maka emerging market punya tekanan pada pasar keuangan," ujarnya.

Muliaman mengatakan, rencana the Fed menaikkan suku bunga harus diantisipasi oleh perbankan nasional. Namun, ia meyakini perbankan mampu menghadapi hal tersebut karena telah memiliki manajemen risiko dan prinsip-prinsip governance yang baik.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memprediksi, sejak 2013 likuiditas tahun ini dan tahun depan akan ketat. Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni mengatakan, ketatnya likuiditas disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang lebih lambat dari kredit serta kenaikan Fed Fund Rate.rep:satya festiani ed: teguh firmansyah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement