JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprediksi akan ada 300 ribu industri skala kecil yang mati suri akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL), bahan bakar minyak (BBM), serta gas elpiji 12 kilogram (kg). Industri kecil yang akan terkena imbas kenaikan ini adalah industri produk makanan dan industri fashion.
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan, jumlah industri kecil yang ada di Indonesia saat ini mencapai 3,2 juta. Dari jumlah tersebut, 10 persennya terprediksi akan terkena dampak langsung dari kenaikan TDL, BBM, dan gas elpiji 12 kg. "Kalau ketiga komponen itu naik, 300 ribu industri kecil kita mati suri," ujarnya kepada Republika, Ahad (7/9).
Foto:sigid kurniawan/ANTARAFOTO
Seorang pekerja mengangkut karung berisi kerupuk yang selesai dijemur di tempat pembuatan krupuk DK, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Kenaikan ketiga komponen tersebut, lanjut Euis, akan memberikan 'serangan psikologis' terhadap pelaku industri kecil. Sebab, industri kecil ini tak bisa lepas dari listrik, BBM, serta gas elpiji. Karena itu, jika ketiganya naik secara berbarengan, akan memukul pelaku industri kecil tersebut. "Tapi, kami yakin para pelaku industri kecil ini bisa survive," jelasnya.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Raja Sapta Oktohari mengatakan, ancaman mati suri terhadap industri kecil menengah tak bisa dihindari. Karena, kenaikan listrik, gas, yang kemudian akan disusul oleh BBM bisa menyebabkan lonjakan biaya produksi bagi pelaku usaha kecil tersebut. Pihaknya memprediksi pelaku usaha yang terancam kolaps hingga mati suri itu akan lebih dari 300 ribu unit.
Dengan kondisi ini, sangat diperlukan intervensi dari pemerintah. Guna meminimalisasi, efek dari kenaikan tiga komponen penunjang usaha itu. Intervensinya, pemerintah bisa memberikan bantuan, subsidi, atau mempermudah untuk mendapatkan kredit.
Bahkan, lanjut dia, bisa saja fasilitas umum yang dimiliki pemerintah bisa dimaksimalkan untuk menopang modal kerja bagi para pelaku bisnis skala kecil tersebut. "Pemerintah jangan diam saja, sudah saatnya untuk bergerak dan melindungi pelaku usaha kecil," ujar Okto, Ahad (7/9).
Untuk menghindari ancaman mati suri ini, Kemenperin berupaya memberi proteksi terhadap para pelaku industri kecil. Salah satu proteksinya dengan memberikan bantuan.
Bantuan tersebut, menurut Euis, salah satunya diberikan dalam bentuk peralatan. Ia mencontohkan, untuk industri makanan, Kemenperin memberikan bantuan sebesar Rp 40 juta untuk membeli peralatan penggorengan dan lainnya.
Sedangkan, bantuan untuk pembelian peralatan bagi industri fashion, jumlahnya berkisar antara Rp 30 juta-Rp 300 juta. Selain itu, pihaknya juga memberikan bantuan untuk pelatihan dan konsultasi gratis untuk mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) serta kemasan yang menarik.
Sementara itu, pengusaha kerajinan kayu berencana akan menaikkan harga jual produk mereka berkisar 20-25 persen. Kenaikan tersebut menyusul rencana naiknya TDL. "Kalau listrik naik, berarti biaya produksi juga naik. Makanya, kami ikut menaikkan harga," ujar Abdul Rozak, perajin kaligrafi kayu asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kepada Republika, Ahad (7/9).
Saat ini, menurut Rozak, harga kaligrafi dari bahan kayu jati bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 700 ribu. Dia menyebutkan, untuk mengolah kayu sebanyak satu mobil pikap, dibutuhkan biaya listrik sebesar Rp 600 ribu untuk proses pengerjaan selama tiga bulan. Sedangkan, omzet yang diperoleh dari satu pikap berkisar Rp 18 juta-Rp 20 juta.
rep:ita nina winarsih ed: nidia zuraya