Sayap PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai ujung tombak industri penerbangan nasional akan kembali terkepak seiring kelanjutan pengembangan pesawat N219. PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah melakukan pemotongan pertama komponen pesawat pada Selasa (9/9) di hanggar produksi PTDI di Bandung, Jawa Barat.
Masa depan industri pesawat terbang negeri ini mulai menunjukkan titik cerah dengan hadirnya N219. Macetnya program N250 yang digadang-gadang akan menjadi pesawat terbaik anak bangsa pun terobati dengan kehadiran "adik" barunya itu.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengungkapkan, pembuatan N219 merupakan suatu kebanggaan untuk PTDI karena bisa kembali melayani penerbangan Indonesia. Ia mengaku pembuatan pesawat bukan hal yang mudah karena membutuhkan sinergi dari banyak pihak. Akan tetapi, ia yakin dengan kerja keras dan semangat, keinginan itu bisa terlaksana. "Dukungan dari pemerintah sangat penting agar pekerjaan bisa selesai tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya," kata Budi.
Indonesia pun bisa berbangga hati karena 150 engineer yang akan mengerjakan N219 seratus persen merupakan putra Indonesia. Lima puluh orang diantaranya merupakan engineer muda yang diproyeksikan untuk menjadi regenerasi para ahli pesawat PTDI masa mendatang. "Dulu saya engineer juga. Supaya tidak putus, harus ada penerusnya dari yang muda-muda," ujar Budi.
Ia juga menegaskan keinginannya untuk mempertahankan nilai Indonesia di proyek N219 dengan menolak beberapa ajakan kerja sama dari luar negeri. Ke depannya, Budi berharap bisa mengembangkan CN235 agar bisa menjadi pesawat komersil dan menghilangkan kesan pesawat militer.
Selain itu, dengan pembuatan N219 Budi juga menargetkan PTDI bisa menjadi partner Airbus. "Kita jangan lagi jadi subkontraktor, tapi harus jadi partner. Oleh karena itu, kita harus membuktikan bahwa kita bisa mendesain dan juga memroduksi," kata Budi tegas.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menyebut pembuatan pesawat N219 menjadi catatan sejarah baru untuk bangsa Indonesia. "Sesuai dengan RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) visi Indonesia adalah Indonesia yang mandiri dan maju," ujar Thomas.
Menurutnya, kemandirian bukan harga yang murah. Oleh karena itu, butuh perhatian besar kepada sektor teknologi penerbangan agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih mandiri dan maju. Teknologi penerbangan memang sempat melejit pada era Orde Baru. Namun, karena beberapa faktor, termasuk krisis moneter yang melanda Indonesia, memaksa pengembangan penerbangan dan dirgantara menjadi redup.
Thomas mengaku cukup bersyukur karena Lapan kembali dipercaya oleh pemerintah untuk membangkitkan kembali teknologi penerbangan serta mewujudkan pembuatan N219. Ia berharap N219 bisa diandalkan dan menjadi simbol kemandirian negeri ini.
Untuk jangka panjang, Lapan pun berharap bisa menjadi lembaga litbang milik pemerintah yang bisa memenuhi kebutuhan industri penerbangan Indonesia.rep:c71 ed: nidia zuraya