BALIKPAPAN — Perpanjangan kontrak operator eksplorasi cadangan minyak dan gas (migas) Blok Mahakam dinilai perlu segera diputuskan. Kepastian perpanjangan kontrak dari pemerintah dapat menghindari potensi kerugian.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai, cadangan migas Blok Mahakam akan habis pada 2032. Namun, hingga kini pemerintah belum memutuskan perpanjangan kontrak Blok Mahakam. "Masa depan Blok Mahakam harus segera ditentukan," ujar Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Aussie B Gautama di Balikpapan, Senin (15/9).
Cadangan migas di Blok Mahakam selama ini dioperatori Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation. Kedua operator tersebut masing-masing memiliki saham 50 persen di Blok Mahakam. Namun, kontrak keduanya akan habis pada 2017.
Meski masa kontrak masih tiga tahun, kepastian perpanjangan kontrak dinilai perlu segera diputuskan. "Tidak seperti pergantian sopir bajaj, harus ada persiapan," kata Aussie.
Keterlambatan dalam perpanjangan kontrak operator cadangan migas Blok Mahakam akan berpotensi merugikan negara. Kondisi itu memengaruhi persepsi investor terkait kepastian hukum di Indonesia. Keputusan yang cepat dinilai bisa memberikan kepastian dalam investasi.
Sulitnya penentuan masa depan Blok Mahakam diperkirakan Aussie karena pemerintah memiliki banyak pertimbangan. Ia pun mengingatkan setiap keputusan yang diambil pemerintah akan memberikan dampak. Semakin lama dalam membuat keputusan bisa mendatangkan tantangan yang semakin besar.
Presiden Total E&P Indonesie Hardy Pramono mengatakan, pihaknya telah mengusulkan solusi peralihan atau transisi Blok Mahakam pasca-2017. Usulan itu diberikan agar ada kesinambungan produksi dan pendapatan negara. Pada 2013 Total menyumbang pendapatan negara sekitar Rp 61 triliun.
Transisi operator Blok Mahakam pasca-2017 juga bertujuan agar pemenuhan pasokan gas untuk kebutuhan domestik dan luar negeri terjaga. "Oleh karena itu, semakin cepat ada kepastian akan lebih baik," ujarnya.
Total E&P Indonesie beroperasi di Indonesia sejak 1968 dengan proyek utama di blok lepas pantai Mahakam di Kalimantan Timur meliputi lapangan-lapangan gas Peciko, Tunu, dan South Mahakam. Total juga menjadi operator di lapangan gas Sisi-Nubi dengan saham 47,9 persen.
Saat ini, Total mampu memasok 80 persen kebutuhan gas kilang LNG Bontang. Produksi Total di Indonesia pada 2012 mencapai 132 ribu barel setara minyak per hari. Total E&P Indonesie memproduksi 1.747 juta kaki kubik dan 65.960 barel kondensat dan minyak per hari. rep:aldian wahyu ramadhan Ed: nur aini