JAKARTA -Sektor manufaktur Indonesia dinilai bakal menghadapi banyak tantangan pada tahun depan. Pada tahun ini, indeks manajer pembelian sektor manufaktur sampai dengan Agustus menunjukkan kondisi usaha cenderung turun.
"Padahal, dari sisi suplai, sek tor manufaktur masih jadi kontributor utama pertum buhan ekonomi Indonesia," ujar ekonom Asian Development Bank (ADB) Priasto Aji di Jakarta, Jumat (26/9).
Ia menuturkan, pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun depan akan sedikit melambat, yakni hanya 5,1 persen.
Pelambatan ini, menurut Priasto, terjadi karena adanya pengurangan dan jumlah permin taan produk baru. "Tahun depan diharapkan ada perbaikan dalam permintaan domestik dan internal," ujarnya.
Sementara, sektor jasa diperkirakan tumbuh hingga 6,3 persen dan sektor konstruksi tumbuh sekitar 6,6 persen.
Tahun depan, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,8 persen.Hal ini dipenga ruhi ekspor, investasi, dan ekspektasi kebijakan pemerintahan baru.
Sektor pertambangan menjadi salah satu tumpuan harapan membaiknya nilai ekspor. Hal ini diawali dengan kembali dibukanya ekspor barang tambang mineral yang telah diproses sebagian pada semester II 2014.
Namun, Indonesia masih perlu waspada terhadap pemulihan pasar ekspor dan potensi arus modal keluar karena kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Apa lagi, Indonesia ma sih bergantung pada arus modal masuk untuk mendanai defisit transaksi berjalan.
ADB juga menyoroti penting nya pemanfaatan rantai nilai global atau global value chain(GVC). Sejauh ini, mayoritas perdagangan GVC di Asia dan Pasifik dihasilkan oleh negara Asia Timur dan Asia Tenggara.
Potensi GVC, menurut Priasto, belum banyak dimanfaatkan oleh negara di Asia Tengah, Asia Selatan, atau Pasifik. Investasi GVC di negara-negara tersebut terhambat letak lokasi yang terpencil, infrastruktur transportasi yang kurang terbangun, dan lemahnya kebijakan.
Menteri Ke uangan Chatib Basri mengatakan, investasi bisa men jadi komponen utama penyumbang pertumbuhan ekonomi 2015. "Potensi dan minat investor besar untuk Indonesia, tinggal kita merealisasikannya bagaimana."
Chatib mengatakan, untuk mewujudkan pertumbuhan investasi tersebut, pemerintahan baru harus mampu menyediakan iklim investasi dan birokrasi yang memadai agar Indonesia dapat benar-benar menarik minat investasi asing. rep:Meiliani Fauziah/antara, ed: nidia zuraya