JAKARTA — Pemerintah disarankan fokus memperbaiki neraca pembayaran dibandingkan mengejar angka pertumbuhan ekonomi. Dua cara yang dinilai efektif, yakni dengan mengurangi subsidi energi dan menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate.
Senior Economist Head of Goverment Relation Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan bahwa pemerintahan baru harus menyusun strategi ekonomi yang cermat dalam enam hingga sembilan bulan mendatang. Strategi antisipasi dibutuhkan, terutama jika bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (the Fed), menaikkan suku bunga.
Ia pun meyakini bahwa Presiden Joko Widodo akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November. Menurutnya, kenaikan harga BBM bersubsidi yang kemungkinan akan dipatok pemerintah sekitar Rp 3.000 per liter.
"Pengurangan subsidi BBM satu-satunya cara agar pemerintah punya anggaran membangun infrastruktur," kata Fauzi dalam diskusi yang diadakan United States Indonesia Society (USIndo) dan Paramadina Public Policy Institute di Jakarta, Rabu (22/10).
Ia menambahkan, Indonesia masih menjadi tujuan invetasi yang menarik. Namun, investor sedang memantau kebijakan yang akan dilahirkan pemerintah baru.
Menurut Fauzi, beberapa hal yang menjadi perhatian investor, yakni bagaimana proses transisi kepemimpinan terjadi. Lalu, investor juga menunggu susunan kabinet yang baru dan terakhir, bagaimana pemerintah merespons pergerakan rupiah terhadap dolar AS. "Pemerintah harus menaikkan BI Rate pada semester dua tahun depan sebesar 8,6 persen. Kebijakan ini sebagai langkah antisipasi kenaikan suku bunga the Fed," ujar Fauzi.
Lead Economist World Bank, Ndiame Diop, mengatakan bahwa terbuka peluang bagi Indonesia untuk memperbesar ekspor ke Amerika Serikat (AS). Beberapa komoditas yang peluangnya cukup baik, yaitu tekstil, karet, ikan, dan sepatu.
"Konstribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi baru 21 persen, sisanya bergantung pada konsumsi domestik. Ekspor masih bisa ditingkatkan,"katanya saat ditemui dalam acara yang sama.
Namun, menurut Diop, Indonesia perlu untuk meningkatkan daya saing. Selama ini, katanya, produk Indonesia bersaing ketat dengan produk asal Brasil dan Vietnam.
rep: meiliana fauziah ed: nidia zuraya