Rabu 16 Dec 2015 14:00 WIB

Impor Naik, Ekspor Anjlok

Red:

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, impor Indonesia pada November 2015 naik dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, ekspor pada November 2015 justru turun.

Neraca perdagangan Indonesia pada November 2015 mengalami defisit sebesar 346,4 juta dolar AS. Ini merupakan defisit pertama kalinya sepanjang tahun 2015 setelah 10 bulan sebelumnya selalu surplus.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin memaparkan, impor pada November 2015 mencapai 11,51 miliar dolar AS atau naik 3,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 11,10 miliar dolar AS.

Namun, kata Suryamin, kenaikan impor tersebut bukan hal negatif. Sebab, impor melonjak karena dipicu meningkatnya impor barang yang berkaitan dengan investasi. "Ada peningkatan impor pada empat golongan barang pada November dibandingkan Oktober 2015. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu masih mengalami penurunan," kata Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (15/12).

Suryamin memerinci, nilai impor Indonesia naik 3,61 persen menjadi 11,51 miliar dolar AS. Pada Oktober nilai impor tercatat 11,11 miliar dolar AS. Sedangkan, nilai ekspor turun 7,91 persen dari Oktober sebesar 12,12 miliar dolar AS menjadi 11,16 miliar dolar AS pada November 2015.

Ia mengatakan, defisit perdagangan terjadi karena menurunnya kinerja ekspor. Sedangkan, nilai impor malah meningkat. "Selama 2015 baru pada bulan November terjadi defisit. Sebelumnya selalu surplus," katanya.

Secara kumulatif dari Januari-November 2015, neraca perdagangan masih surplus 7,81 miliar dolar AS. Angka ini masih jauh lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencatatkan defisit 1,65 miliar dolar AS.

Penyumbang impor

Menurutnya, ada empat golongan barang penyumbang kenaikan impor. Keempat golongan tersebut adalah mesin dan peralatan listrik naik sebesar 11,71 persen, besi dan baja (17,65 persen), kendaraan dan bagiannya (0,96 persen), dan benda dari besi dan baja (21,79 persen). "Yang saya sebutkan itu merupakan bagian dari investasi, mulai ada sedikit peningkatan," katanya.

Sedangkan, jika dibandingkan dengan bulan sama 2014, Suryamin mengatakan, kinerja impor masih mengalami penurunan 18,03 persen karena pada bulan sama tahun tersebut tercatat impor 14,04 miliar dolar AS.

Untuk impor nonmigas pada November 2015 mencapai 9,87 miliar dolar AS atau naik 5,60 persen dibandingkan Oktober 2015 sebesar 9,34 miliar dolar AS. Namun, angka itu dianggap turun 6,62 persen bila dibandingkan November 2014.

Peningkatan impor nonmigas terbesar 2015 adalah golongan perhiasan permata sebesar 255,7 juta dolar AS atau mencapai 607,36 persen. Sedangkan, penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar 75,5 miliar dolar AS atau 72,53 persen.

Kemudian impor migas pada bulan sama mencapai 1,64 miliar dolar AS atau turun 6,95 persen jika dibandingkan Oktober 2015. Demikian pula apabila dibandingkan November 2014 turun 52,76 persen, di mana tercatat sebesar 3,47 miliar dolar AS.

Secara kumulatif, nilai impor Januari-November 2015 mencapai 130,61 miliar dolar AS atau turun 20,24 persen dibanding periode sama 2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar 22,82 miliar dolar AS yang turun 43,06 persen dan nonmigas 107,79 miliar dolar AS yang turun 12,84 persen.

Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar pada periode yang sama adalah Cina dengan nilai 26,45 miliar dolar AS atau mencapai 24,54 persen, Jepang sebesar 12,24 miliar dolar AS atau 11,35 persen, dan Singapura 8,17 miliar dolar AS atau 7,58 persen.

"Impor dari Cina mencapai 24,54 persen atau hampir seperempat dari total impor Indonesia. Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 21,95 persen dan Uni Eropa 9,48 persen," jelas Suryamin.

Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal selama Januari-November 2015 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 15,17 persen, 21,39 persen, dan 17,06 persen.

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics Mohammad Faisal menilai, ada sinyal positif dari defisit neraca perdangangan Indonesia pada November 2015 sebesar 346 juta dolar AS. Menurutnya, ada sinyal bahwa produktivitas industri meningkat dan pembangunan infrastruktur mulai berjalan.

Faisal mengatakan, meningkatnya produktivitas industri bisa tercermin dengan naiknya impor barang bahan baku/penolong sebesar 3,12 persen menjadi 8,5 miliar dolar AS terhadap posisi Oktober 2015.

"Meningkatnya impor menandakan ada kenaikan permintaan. Kita tahu bahwa bahan baku industri kebanyakan berasal dari impor," kata Faisal kepada Republika.

Selain itu, tambah dia, pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas pemerintah memang baru bisa tereksekusi pada kuartal terakhir. Impor naik karena memang bahan-bahan baku untuk membangun infrastruktur masih banyak yang menggunakan komponen impor.

"Kalau pembangunan infrastruktur berjalan, otomatis impor kita meningkat. Tapi, ini pertanda ekonomi kita mulai bergerak meskipun baru terlihat dari sisi kenaikan impor," ujarnya.

Faisal berharap, dengan adanya kenaikan impor untuk bahan baku atau penolong, kinerja ekspor juga meningkat seiring mulai membaiknya sejumlah produksi industri. Apalagi, pemerintah melalui paket kebijakan telah memberikan insentif bagi industri yang berorientasi ekspor. "Sebelumnya, industri banyak yang menahan produksi. Mungkin sekarang mulai menggenjot lagi," ujar dia. rep: Satria Kartika Yudha, ed: Zaky Al Hamzah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement