JAKARTA -- Rendahnya harga minyak mentah dunia telah berimbas terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam negeri. Dari sejumlah daerah yang menjadi lumbung minyak seperti Riau, dilaporkan terjadi pengurangan pekerja hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). PHK bukan hanya di tingkat kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), melainkan juga subkontraktor.
Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan, di tengah situasi bisnis yang tidak menguntungkan, kondisi tersebut tak dapat terhindarkan. Meskipun begitu, Elan meyakini, setiap perusahaan pasti telah memutar otak supaya bisnis tetap berjalan. "Sebab di sisi lain mereka (perusahaan migas) juga ingin mempertahankan keberadaan pekerja," ujarnya, di Jakarta, Selasa (5/1).
SKK Migas, kata Elan, tidak tinggal diam menanggapi situasi ini. SKK Migas telah menginstruksikan kepada KKKS untuk melakukan efisiensi biaya operasi. Bukan berhemat dengan cara mengurangi jumlah pekerja secara langsung.
Elan menyadari dampak tak langsung dari pengurangan kegiatan operasi yang pada akhirnya juga bisa mengurangi jumlah pekerja karena tidak adanya kegiatan usaha di hulu. Meskipun begitu, Elan memastikan jumlah pekerja yang terkena PHK jika dilakukan efisiensi dalam kegiatan operasi tidak akan masif.
Selama satu tahun terakhir, jumlah pemutusan kontrak terhadap pekerja di sektor hulu migas di Indonesia baru kisaran puluhan hingga ratusan orang. Elan sekaligus mengoreksi angka PHK yang sempat beredar sebelumnya yang disebut-sebut menembus puluhan ribu orang.
"Kita bicara PSC, bukan perusahaan penyedia jasa seperti Schlumberger atau Halliburton," ujar Elan. Selain efisiensi dalam kegiatan operasi, bentuk efisiensi juga bisa dilakukan dengan menghentikan sementara perekrutan pekerja baru. Pemberian pensiun dini kepada pekerja senior juga dapat menjadi solusi. "Tentu dengan benefit yang layak bagi yang mendapat pensiun dini," katanya.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro menyebutkan, hingga saat ini, Pertamina berupaya keras tidak melakukan pengurangan pegawai tetap meski harga minyak dunia masih rendah. Efisiensi yang dilakukan Pertamina lebih kepada kegiatan operasi dan pengadaan barang dan jasa. Sampai dengan awal 2016, efisiensi Pertamina menyentuh angka 522 juta dolar AS atau setara dengan Rp 7,2 triliun. "Efisiensi kami lampaui target 500 juta dolar. Kami berupaya tidak ada PHK," ujarnya.
Langkah pemerintah
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja membenarkan terjadinya pengurangan pekerja disertai PHK di sektor migas akhir-akhir ini. Meskipun demikian, kondisi tersebut hanya terjadi di hulu migas sebagai imbas tertundanya proyek eksplorasi dan eksploitasi seturut rendahnya harga minyak.
Menurut Wiratmaja, Kementerian ESDM sedang berupaya menyiapkan langkah strategis untuk menekan jumlah PHK. Salah satunya meminta perusahaan migas melakukan efisiensi tanpa dibarengi adanya PHK. "Kita sedang diskusi dengan industri hulu migas. Mencari solusi supaya investasi hulu tetap berjalan dan menarik serta yang sudah ada tetap bertahan," ujar Wiratmaja. ed: muhammad iqbal