JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk merumuskan kebijakan-kebijakan moneter, Rabu (16/3) sampai Kamis (17/3). Mayoritas analis yang disurvei kantor berita Reuters meyakini BI akan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) dari 7,00 persen menjadi 6,75 persen.
Ekonom OCBC Wellian Wiranto menjelaskan, salah satu dasar di balik penurunan BI Rate, yakni stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Inflasi per Februari berada pada level 4,42 persen. Sedangkan, rupiah dalam kurun waktu belakangan bergerak pada kisaran Rp 13 ribu sampai Rp 13.200 per dolar AS. "BI akan memangkas (suku bunga acuan) pada Kamis ini," ujar Wellian di Jakarta, Rabu (16/3).
Senada dengan Wellian, ekonom Kenta Institute, Eric Sugandi, mengatakan, pasar berekspektasi BI akan kembali menurunkan BI Rate menjadi 6,75 persen. "Kami expect BI Rate cut 25 basis points ke 6,75 persen," kata Eric kepada Republika.
Eric menjelaskan, penurunan tersebut didukung oleh beberapa faktor. Pertama, nilai tukar rupiah yang sedang berada dalam tren penguatan. Berdasarkan kurs tengah BI kemarin, rupiah berada pada level Rp 13.169 per dolar AS. Kedua, inflasi yang terkendali pada level 4,42 persen.
Dan yang terbaru, lanjut Eric, adalah positifnya neraca perdagangan. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/3), neraca perdagangan surplus 1,10 miliar dolar AS.
"Kita juga expect FASBI cut 25 basis points ke 4,75 persen dan REPO cut 25 basis points ke 7,25 persen," ujar Eric. Lebih lanjut, Eric mengatakan, penurunan BI Rate membuat market sekarang sudah melihat arah pelonggaran kebijakan moneter.
"Impact ke growth (pertumbuhan ekonomi) ada, tapi butuh rate cut lebih lanjut dan GWM (giro wajib minimum) primer dalam rupiah cut lebih lanjut agar lebih signifikan," kata Eric. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini pada level 5,3 persen.
Sementara, GWM primer dalam rupiah baru diturunkan dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen. Kebijakan tersebut mulai berlaku pada Rabu (16/3).
Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah telah berkoordinasi dengan BI untuk menurunkan BI Rate hingga ke level 4-5 persen. Tujuannya agar pengucuran kredit lebih deras sehingga berujung pada pertumbuhan ekonomi.
BI yang bersifat independen alias tidak bisa diintervensi pemerintah, telah menegaskan BI Rate tidak mungkin diturunkan hingga empat persen. Sebab, inflasi masih berada di atas empat persen.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmojo menilai BI Rate perlu diturunkan lagi agar bank-bank bisa menurunkan suku bunga kredit. "BI seharusnya bisa menurunkan suku bunga acuannya secara bertahap ke 5-6 persen jika inflasi stabil pada level empat persen," ujarnya. c37/reuters, ed: Muhammad Iqbal