Investor di Indonesia menuntut agar waktu pensiun kerja diperpanjang. Hal ini bertujuan agar investor bisa mendapatkan waktu lebih lama berinvestasi untuk masa pensiun. Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Nur Hasan Kurniawan, mengatakan, usia pensiun di Indonesia pada 55 tahun.
Angka itu ditetapkan ketika angka harapan hidup masyarakat Indonesia hanya 50-60 tahun. “Ini merupakan usia pensiun termuda di wilayah Asia,” katanya. Singapura telah menaikkan usia pensiun menjadi 62 tahun dari 60 tahun pada 1999. Tahun lalu, Malaysia menaikkan usia pensiun menjadi 60 tahun dari 55 tahun. Belum lama ini, pemerintah Australia juga menaikkan usia pensiun dari 65 tahun menjadi 70 tahun.
Indonesia telah mengalami perbaikan usia harapan hidup seiring dengan berkembangnya perekonomian dan perbaikan fasilitas kesehatan. Saat ini, angka harapan hidup diperkirakan 70-80 tahun. Sehingga, gap antara usia pensiun dan harapan hidup sangat jauh.
Investor menilai usia pensiun perlu ditingkatkan, mengingat usia harapan hidup meningkat. Sehingga, investor memiliki lebih banyak waktu melakukan investasi untuk hari tua. Hasan menambahkan, kemungkinan pengeluaran berkurang pada masa depan sangat kecil. Inflasi akan mengurangi daya beli sehingga kebutuhan pada masa depan justru akan meningkat dibandingkan saat ini.
Sejauh ini, dana tunai dan properti perumahan masih menjadi pilihan utama investor Indonesia untuk berinvestasi. Sedikit di antara investor memilih berinvestasi di pasar modal atau lembaga keuangan lainnya.
Riset Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mengungkapkan, sekira 95 persen investor berinvestasi dalam bentuk dana tunai dan 78 persen di antaranya berinvestasi di rumah. “Sisanya berinvestasi melalui asuransi, produk pendapatan tetap, dan reksa dana. Tapi, jumlahnya sangat kecil,” kata Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Putut E Andanawarih.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia dalam berinvestasi. Hal ini juga sejalan dengan hasil riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan. Masyarakat masih lebih paham dengan perbankan dibandingkan lembaga keuangan lain, seperti asuransi dan pasar modal.
Hal inilah yang membuat investasi dana tunai masih populer. Manulife juga melakukan survei pemahaman investor tentang investasi. Sekira 35 persen investor yang disurvei mengaku telah memahami investasi. Namun, hanya 10 persen saja dari jumlah tersebut yang betul-betul mampu menjawab delapan pertanyaan dasar seputar investasi.
Karena masih minimnya pengetahuan investasi, sebagian besar investor akhirnya memilih berinvestasi di satu produk setelah mendapatkan informasi dari orang terdekat. “Tidak banyak yang memutuskan berinvestasi di produk tertentu karena mengetahuinya dari media massa atau media lainnya,” kata Putut.
rep:friska yolandha ed: fitria andayani