JAKARTA -- Realisasi belanja modal pemerintah masih rendah hingga akhir April 2013. Hal ini sesuai dengan perkiraan pemerintah yang ingin menjaga defisit anggaran agar tidak terlalu melebar hingga pertengahan tahun.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, perlambatan ini bukan dirancang sejak awal. Pemerintah perlu menahan belanja modal karena belanja subsidi juga naik. Hingga April, belanja modal baru sekitar tujuh persen.
"Kalau belanjanya terlalu cepat dan belanja subsidi naik, nanti fiskalnya bisa lebih. Dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014, defisit yang terjadi hanya 1,7 persen dan tidak bisa lebih dari itu. Jadi, sebetulnya sampai April angka itu masih inline dan kita harus jaga fiskal," katanya, Rabu (10/6).
Chatib menjelaskan, penyerapan belanja modal maupun belanja barang yang nisbi melambat, bisa menahan pelebaran defisit anggaran lebih awal. Apalagi, realisasi belanja subsidi energi telah mencapai kisaran 27 persen.
Sesuai trennya, defisit anggaran akan meningkat pada triwulan tiga dan triwulan empat. Sehingga, apabila tidak dijaga sejak pertengahan tahun, kondisi ini akan menyulitkan pemerintahan baru. Untuk itu, lanjut dia, sebagai upaya agar pemerintahan baru yang bekerja mulai Oktober 2014 tidak mengalami persoalan fiskal maka defisit anggaran harus terus terjaga agar tidak melebar dari target.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, hingga 30 April 2013 realisasi pendapatan negara mencapai Rp 413,1 triliun atau 24,8 persen dari target APBN 2014 yang mencapai Rp1.667,1 triliun. Sementara, realisasi belanja negara sebesar Rp 432,7 triliun atau 23,5 persen dari pagu Rp 1.842,5 triliun.
Realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp 354,4 triliun atau 27,7 persen dari target APBN Rp 1.280,4 triliun. Sedangkan, penerimaan negara bukan pajak telah mencapai Rp 58,4 triliun atau 15,2 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 385,4 triliun.
Sementara, dari belanja pemerintah, realisasi belanja pegawai mencapai Rp 72,1 triliun atau 27,4 persen dari pagu APBN Rp 263 triliun, belanja barang Rp 27,8 triliun atau 13 persen dari pagu Rp 214,4 triliun. Kemudian, belanja modal Rp 12,8 triliun atau tujuh persen dari Rp184,2 triliun.
Realisasi belanja energi mencapai Rp 76,4 triliun atau 27,1 persen dari pagu Rp 282 triliun yang terdiri dari subsidi BBM Rp 53 triliun atau 25,2 persen dari Rp 210,6 triliun. Subsidi listrik Rp 23,4 triliun atau 32,8 persen dari pagu Rp 71,4 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan, realisasi penyerapan anggaran Kementerian BUMN hingga 6 Juni 2014 baru mencapai sekitar 15 persen atau Rp 21 miliar dari pagu Rp 96 miliar. "Rendahnya penyerapan anggaran, antara lain, karena proyek perbaikan lift gedung yang belum dibayar. Selain kebijakan efisiensi anggaran rapat dan perjalanan dinas," katanya.
Menurut Dahlan, perbaikan lift gedung tersebut merupakan alokasi anggaran yang terbesar. Ia menjelaskan, perbaikan lift dilakukan karena banyak yang sudah tidak berfungsi, sehingga perlu biaya penggantian dan perawatan. rep:meiliani fauziah ed: fitria andayani