Senin 04 Aug 2014 15:30 WIB

Nilai Tukar Mata Uang Asia Terpuruk

Red:

JAKARTA — Mata uang Asia sepanjang pekan mengalami pelemahan mingguan terbesar dalam tiga bulan terakhir. Pelemahan menyusul sinyal pemulihan di Amerika Serikat sejalan dengan tingginya permintaan dolar AS.

Bloomberg Dollar Spot Index menguat 0,9 persen selama lima hari perdagangan. Penguatan ini merupakan yang terbesar sejak November 2013, didorong tekanan AS dan Eropa kepada Rusia atas Ukraina dan penyematan default (gagal bayar) bagi Argentina oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor.

Menguatnya dolar AS membuat sejumlah mata uang Asia melemah. Rupee India sepanjang pekan telah jatuh 1,8 persen. Pada akhir pekan, nilai tukar rupee mencapai level terendah selama tiga bulan terakhir, yaitu 61,19 rupee per dolar AS.

Baht Thailand melemah 1,2 persen ke level 32,23 baht per dolar AS. Ringgit ikut jatuh 1,2 persen ke level 3,213 ringgit per dolar AS.

Pasar keuangan Malaysia ditutup pada 28 Juli sampai 29 Juli 2014. Sedangkan, pasar keuangan Indonesia ditutup sepanjang pekan Idul Fitri. Namun, rupiah telah melemah 2,3 persen selama satu bulan atau yang terbesar sejak November.

"Nilai tukar Asia mengalah pada kekuatan dolar AS. Selain itu, ada unsur risk aversion juga," kata Mitul Kotecha, kepala strategi valuta asing untuk Asia Pasifik di Barclays Plc di Singapura, seperti dilansir Bloomberg, Ahad (3/8).

Produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh pada tingkat tahunan empat persen dari April sampai Juni 2014. Pertumbuhan ini dinilai lebih baik dibandingkan penyusutan 2,1 persen pada kuartal I berdasarkan laporan 30 Juli.

Nilai tukar peso Filipina melemah 1,1 persen pada akhir pekan menjadi 43,68 peso per dolar AS. Sedangkan, won Korea turun 1,1 persen ke 1.037,1 won per dolar AS. Dolar Taiwan terdepresiasi 0,1 persen menjadi 30,069 dolar Taiwan per dolar AS.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, laju rupiah masih dalam tren pelemahan seiring dengan penguatan dolar AS. Ekspektasi rilis kenaikan pemesanan AS membuat laju dolar AS meningkat.

Di sisi lain, terealisasinya ekspektasi pasar terhadap kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) membuat potensi laju kenaikan rupiah berkurang. "Pasar juga cenderung menahan diri karena mencermati langkah Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang mengajukan keberatan terkait pemilihan presiden," kata Reza.

Seperti diketahui, kubu Prabowo-Hatta mengajukan keberatan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil pemilihan presiden (pilpres) yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu. Karena itu, penetapan pemenang pilpres itu harus menunggu keputusan MK.

Laju rupiah diperkirakan berada di bawah level support, yaitu Rp 11.591. Berkurangnya minat pelaku pasar untuk bertransaksi telah membuat rupiah terkoreksi. rep:friska yolandha  ed: irwan kelana

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement