Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Valas Hambat Bunga Bank

Red:

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, penurunan suku bunga tidak dapat segera dilakukan kendati pertumbuhan ekonomi telah melambat. Hal itu disebabkan masih besarnya ketergantungan Indonesia terhadap valuta asing (valas).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak memiliki mata uang internasional, sehingga harus dapat menjaga keseimbangan. "Indonesia harus dapat menjaga confidence dari luar negeri dan investor asing juga menjaga keseimbangan dalam negeri," ujar Mirza, akhir pekan lalu.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki ketergantungan terhadap valas. Mirza mengatakan, untuk mempertahankan stabilitas, Indonesia memerlukan kebijakan moneter yang pruden. Oleh karena itu, suku bunga masih harus ditahan.

Ia membandingkan Indonesia dengan negara maju, seperti Eropa dan Jepang. Di negara-negara tersebut, ketika pertumbuhan ekonomi melambat, bunga dapat langsung diturunkan. Bank Sentral Eropa baru saja menurunkan suku bunga menjadi 0,05 persen dari 0,15 persen. Bahkan, bank yang menyimpan uangnya di Bank Sentral Eropa dikenai biaya sebesar 0,2 persen. Hal tersebut ditujukan agar perbankan menyalurkan kreditnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, baru dua bank nasional yang menurunkan suku bunga, yakni Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA). Penurunan tersebut baru dilakukan terhadap suku bunga deposito. Bank Mandiri memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enam persen pada September ini. Sedangkan, BCA menurunkan suku bunga deposito ke level 8,5 persen dari sembilan persen.

Namun, tidak semua bank nasional mengambil kebijakan serupa dengan yang dilakukan Bank Mandiri dan BCA. Bank OCBC NISP dan Bank Negara Indonesia (BNI), misalnya, belum merencanakan penurunan suku bunga deposito. Meski tak berencana menurunkan suku bunga deposito, menurut Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen, BNI akan lebih selektif dalam memberikan suku bunga spesial kepada nasabah.

"Kami belum merencanakan penurunan bunga pada saat ini karena kondisi makro belum mendukung," ujar Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja, beberapa waktu lalu. Ia pun mengatakan bahwa bunga deposito yang ditawarkan Bank OCBC NISP masih relatif terkendali.

Para ekonom memperkirakan adanya kecenderungan suku bunga akan kembali meningkat melihat tantangan ke depan. Tantangan tersebut, menurut Ekonom BNI Juniman, di antaranya, kenaikan bahan bakar  minyak (BBM), sehingga dapat menyebabkan inflasi. Dan, inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan suku bunga.

rep:satya festiani ed: nidia zuraya

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement