Kamis 02 Oct 2014 13:00 WIB

Pinjaman Jepang Terbesar ke Indonesia

Red:

JAKARTA — Pemerintah Jepang memilih Indonesia sebagai negara penerima pinjaman terbesar. Pinjaman tersebut untuk pembangunan infrastruktur.

Perwakilan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Kijima Yoshiko mengatakan, sejak 2008 hingga 2012, Jepang sudah mengalokasikan dana hibah sebesar 276,1 miliar yen ke Indonesia. Negeri Sakura itu juga gencar memberikan pinjaman untuk proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.

Pada kurun waktu yang sama, Jepang sudah mengalokasikan dana pinjaman sebesar 4,639 triliun yen untuk Indonesia.

"Nilai ini yang paling besar di seluruh dunia," kata Kijima di Jakarta, Rabu (1/10).

Pembangunan proyek yang menggunakan dana hibah dan pinjaman dari Jepang dikoordinasikan melalui Japan's Official Development Assistance (ODA). Sekarang ini, Japan's ODA memegang 45 proyek infrastruktur di Indonesia. Dari 45 proyek tersebut, 20 merupakan proyek besar, seperti pembangunan kereta cepat atau mass rapid transit (MRT). Pembangunan MRT di Jakarta menggunakan dana pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Perwakilan JICA, Kazumitsu Muraoka, mengatakan, pihaknya mengalokasikan dana pinjaman Rp 14 triliun untuk pembangunan MRT dari Bundaran HI-Lebak Bulus. JICA juga akan menggelontorkan pinjaman untuk pembangunan MRT tahap kedua, yaitu jalur Bundaran HI-Ancol. Namun, Muraoka tidak bisa memastikan besaran pinjaman. "Tergantung hasil pembangunan fase satu," ujar dia.

JICA juga merekomendasikan pembangunan bandar udara di Karawang, Jawa Barat. Selain itu, JICA bakal terlibat dalam pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat.

Muraoka menyatakan, pembangunan dua proyek infrastruktur itu masih menunggu pembahasan oleh Pemerintah Indonesia. "Soal besaran anggaran juga masih dibahas oleh Pemerintah Indonesia," kata dia.

Kepastian pembangunan Bandara Karawang masih menunggu pemerintahan baru terbentuk pada Oktober. Bandara tersebut direncanakan akan mengusung bandara ramah lingkungan. Berdasarkan kajian JICA, area bandara membutuhkan wilayah seluas 4.000 hektare. Rencananya, bandara akan berada di wilayah selatan Karawang yang memiliki luas hutan 11 ribu hektare.

rep:dessy suciati saputri  ed: nur aini

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement