JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 9,9 triliun pada semester I 2015, naik 3,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 9,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Bank Mandiri tidak terlalu menggenjot pertumbuhan laba bersih, tetapi meningkatkan pencadangan.
Menurutnya, kondisi perekonomian saat ini tidak cukup mendukung pertumbuhan perbankan. Sehingga, keuntungan perseroan dimasukkan dalam dana cadangan.
"Profit kita di single digit, lebih baik keuntungannya dimasukkin ke pencadangan," ujarnya di Jakarta, Kamis (30/7).
Budi menyebutkan saat ini dana pencadangan atau coverage rate Bank Mandiri 168 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari tahun lalu sebesar 200 persen. Namun, masih di atas rata-rata industri yang sebesar 130 persen.
Kenaikan laba bersih semester I 2015, ujarnya, didorong kenaikan pendapatan bunga sebesar 18 persen (yoy) menjadi Rp 34,5 triliun dari Rp 29,2 triliun. Pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 21,2 triliun atau naik 13,8 persen (yoy) dari tahun lalu senilai Rp 18,6 triliun.
Selain itu, total pendapatan jasa atau fee based income tumbuh 10,4 persen (yoy) menjadi Rp 8,0 triliun dibandingkan tahun lalu senilai Rp 7,2 triliun. Sedangkan, total beban operasional tercatat sebesar Rp 11,7 triliun atau naik 14,4 persen dari tahun lalu sebesar Rp 10,2 triliun.
Pejabat Eksekutif Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjaatmadja menambahkan, total penyaluran kredit tumbuh sebesar 13,8 persen (yoy) menjadi Rp 552,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 485,4 triliun.
Penyaluran kredit tersebut didukung sektor industri pengolahan yang kreditnya tercatat sebesar Rp 106,5 triliun atau naik 15,8 persen dari tahun sebelumnya senilai Rp 91,9 triliun. Selain itu, kredit infrastruktur khususnya konstruksi tumbuh 18 persen (yoy) menjadi Rp 20,8 triliun.
Sementara, kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan, restoran, dan hotel mencapai Rp 92,3 triliun atau tumbuh 10,3 persen dibandingkan Juni 2014 sebesar Rp 83,6 triliun. Kredit UMKM tercatat sebesar Rp 74,4 triliun dari Rp 65,9 triliun tahun lalu. Peningkatan kredit UMKM didorong pertumbuhan kredit usaha mikro yang mencapai 25,8 persen dan usaha menengah yang tumbuh 19,7 persen.
"Bank Mandiri agresif ke semua sektor ekonomi, tapi hati-hati," ujar Kartika. Pertumbuhan kredit secara total ditargetkan di kisaran 13-15 persen sampai akhir tahun 2015.
Meski demikian, Bank Mandiri mencatat rasio kredit bermasalah kotor (non performing loan/NPL) naik menjadi 2,43 persen dibandingkan 2,23 persen pada semester I 2014. Sedangkan, NPL bersih naik menjadi 1,01 persen dari tahun lalu sebesar 0,81 persen.
Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 17,8 persen (yoy) menjadi Rp 654,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 555,9 triliun. Dari jumlah tersebut, total dana murah (CASA) mencapai Rp 403,9 triliun atau tumbuh 16,9 persen dibandingkan tahun lalu. Bank Mandiri mencatat rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) turun di level 84,11 persen dari 86,97 persen pada Juni 2014.
Dengan pertumbuhan laba tersebut, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) turun menjadi 5,76 persen dibandingkan Juni 2014 sebesar 5,91 persen. Sedangkan, total rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) menjadi 17,63 persen dibandingkan semester I 2014 sebesar 16,04 persen. rep: Binti Sholikah ed: Nur Aini