JAKARTA -- Bank Indonesia melakukan penyesuaian jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada 2016 menjadi dua hari. Sebelumnya, RDG bulanan dilaksanakan satu hari.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menjelaskan, RDG bulanan hari pertama dilaksanakan untuk memperdalam hasil asesmen sektor moneter, termasuk materi ekonomi regional (perkembangan ekonomi dari berbagai daerah di seluruh Indonesia). Kemudian, memperdalam sektor stabilitas sistem keuangan, sektor sistem pembayaran, pengelolaan uang rupiah, serta mengintegrasikan opsi-opsi bauran kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia.
Sementara, RDG bulanan hari kedua dilaksanakan untuk menetapkan bauran kebijakan Bank Indonesia. "Perubahan pelaksanaan RDG bulanan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas asesmen kondisi terkini makroekonomi, mikroekonomi, perkiraan ke depan, serta untuk memperkuat perumusan bauran kebijakan Bank Indonesia," jelas Tirta, Senin (11/1).
Menurutnya, RDG bulanan bisa dihadiri oleh pihak di luar Bank Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, RDG dapat dihadiri oleh seorang menteri atau lebih yang mewakili pemerintah dengan hak bicara tanpa hak suara. "Untuk RDG Januari 2016, rencananya akan mengundang perwakilan dari pemerintah, dalam hal ini Menko Perekonomian RI," ucapnya.
Di samping itu, publikasi siaran pers dan atau penyelenggaraan konferensi pers akan dilaksanakan setelah RDG bulanan hari kedua. Konferensi pers RDG bulanan dilaksanakan untuk RDG bulanan dengan cakupan per kuartal.
Penyelenggaraan RDG bulanan dengan cakupan per kuartal dilakukan pada Februari 2016 (Cakupan Kuartal IV-2015), Mei 2016 (Cakupan Kuartal I-2016), Agustus 2016 (Cakupan Kuartal II-2016), November 2016 (Cakupan Kuartal III-2016).
Tirta menambahkan, pelaksanaan RDG Bank Indonesia diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan dilaksanakan RDG untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter. RDG bulanan merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi untuk melakukan evaluasi atas kebijakan moneter yang ditempuh serta untuk menetapkan arah kebijakan moneter ke depan.
BI Rate
Bank Indonesia diproyeksikan masih berpotensi untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 75 basis poin (0,75 persen) sepanjang 2016. Saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia ditetapkan sebesar 7,5 persen.
Ekonom sekaligus Direktur Penelitian KENTA Institute Eric Sugandi mengatakan, BI Rate pada akhir 2016 akan berada di level 6,75 persen, lebih rendah dari perkiraan sebesar tujuh persen.
"Pekan ini akan dipangkas 0,25 persen karena timing-nya masih bagus untuk dipangkas," jelasnya dalam paparan Indonesia's Outlook 2016 di Jakarta, Senin (11/1).
Menurutnya, penurunan sebesar 75 basis poin tidak terlalu besar jika dibandingkan posisi BI Rate pada 2013 yang menyentuh 5,75 persen.
Eric menjelaskan, penurunan BI Rate tahun ini akan dilakukan secara bertahap, tidak langsung berurutan menurunkan 25 basis poin. Pada kuartal pertama Rapat Dewan Gubernur (RDG) 14 Januari 2016 ini ada ruang penurunan BI Rate sebesar 0,25 persen.
Dia menyebutkan, indikator yang dilihat BI dalam pelonggaran kebijakan moneter, antara lain, nilai tukar rupiah yang masih stabil di bawah Rp 14 ribu per dolar AS, inflasi yang terkendali di level 3,35 persen pada akhir 2015 serta defisit transaksi berjalan (CAD) yang terkendali di bawah dua persen dari PDB.
"Penurunan 25 basis poin itu memberikan sinyal BI concern pada pertumbuhan," ucapnya.
Selanjutnya, pada kuartal kedua, BI akan memangkas lagi 25 basis poin pada April. Sebab, pada Maret-April merupakan waktu panen, sehingga inflasi cenderung rendah. Jika pemerintah bisa menggenjot pembangunan infrastruktur, seharusnya ada sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah.
Terakhir, pelonggaran moneter akan dilakukan pada kuartal keempat tahun ini. Jika ekonomi Indonesia tumbuhnya lebih baik dari 2015, lanjutnya, BI punya ruang memangkas BI Rate. Apalagi, inflasi pada akhir 2016 diperkirakan sebesar 4,5 persen, masih dalam koridor BI. Selain itu, CAD diperkirakan di kisaran dua persen, masih menunjang pertumbuhan.
"Forecast lain mengatakan, BI Rate tahun ini akan stay, bahkan naik, rupiah juga akan di atas Rp 14 ribu. Kami tidak memperkirakan seperti itu karena secara fundamental Indonesia tidak sejelek itu," ungkapnya. n ed: ichsan emrald alamsyah