oleh:Aghia Khumaesti -- Bencana tsunami yang meluluhlantakkan Aceh adalah mimpi buruk sekaligus motivasi besar bagi Madi Gofur (Ahmad Reza Hariyadi). Sebelum diterjang tsunami, bocah SMP ini terobsesi menjadi juara karate nasional seperti Diwa, sang abang.
Namun, jalan hidupnya berubah saat tsunami datang. Diwa, sosok yang didewakannya, serta sang ayah meninggal diterjang tsunami. Bersama ibu (Artika Sari Devi) dan adik perempuannya (Annisa Asegaf), Madi harus berjuang mati-matian meraih mimpi.
Berjuang menata kembali hidupnya itu, Madi tekun belajar karate didukung talenta dan gemblengan dua sensei ternama, Azwar dan Kus. Perjuangan Madi pun berbuah manis. Dia mampu membuktikan diri menjadi kampiun di kelasnya.
Namun, menjadi juara sejati dibutuhkan tekad dan keberanian untuk mengubah nasib di saat-saat genting. Dia membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan dan kekuatan untuk bangkit setiap kali tersungkur dijatuhkan lawan.
Film keluarga Sang Pemberani ini diangkat dari kisah nyata tentang seorang bocah karateka korban tsunami Aceh.
Mengambil latar di Aceh, Bali, dan Odaiba Jepang membuat film produksi B Edutainment dan Eclips Film serta didukung Mahaka Pictures dan ESQ Business School ini memberikan pelajaran yang baik untuk segala jenis usia, khususnya anak-anak dalam merangkai mimpinya.
Mereka, terutama para karateka dan pencinta seni bela diri lainnya, diajak untuk berani bermimpi dan mengejarnya hingga tingkat internasional. Selain itu, film ini juga bertujuan untuk memberikan kejelasan makna di balik seni karate.
''Film ini menggambarkan betapa karate itu memiliki makna yang dalam bagi kehidupan. Jadi, tidak hanya untuk bela diri,”ujar eksekutif produser Reza B Surinegara.
"Film ini ingin menyampaikan pesan tujuh budi utama karate, seperti keadilan, keberanian, kesetiaan, kesopanan, ketulusan, dan tanggung jawab," kata eksekutif produser Bakhtiar Rakhman.
Untuk menyelesaikan seluruh proses produksi, film yang dibintangi pula oleh Tio Pakusadewo serta juara karateka nasional yang terpilih dari hasil audisi di sembilan kota, yaitu Ahmad Reza Hariyadi serta pemain asal Jepang Kaname Kawabata dan Rina Takeda ini membutuhkan waktu sekitar tiga tahun.
Diharapkan, dengan lamanya proses ini, film yang skenarionya ditulis Salman Aristo ini dapat memenuhi keinginan masyarakat pada film yang berkualitas dan mampu menyampaikan pesan moral yang menyentuh.
"Melalui film ini kita ingin bangsa kita bangkit karena biasanya kita puas hanya menjadi mediocre. Tapi, kali ini kita ingin anak-anak bangsa punya semangat dan mental juara, juga rasa nasionalisme yang tinggi," kata Ary Ginanjar yang juga eksekutif produser Sang Pemberani. ed: endah hapsari