Rabu 06 Aug 2014 16:18 WIB

Into the Storm Menggantang Badai

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Slamet Riyanto

Sang sutradara berusaha menunjukkan bahwa tornado memiliki keindahan yang mematikan sekaligus spektakuler.

Kota Silverton seperti bersinonim dengan kedamaian. Pen duduk kota yang hidup nyaman, aktivitas normal, dan keseharian yang menyenangkan. Hingga, tibalah hari yang penuh bencana itu.Kota ini diguncang badai tornado yang sangat dahsyat dan belum pernah terjadi sebelum- nya. Seluruh warga Silverton tak bisa menduga badai tornado tersebut akan muncul, sebab tidak ada tanda-tanda alam yang mencurigakan dan mampu dijadikan petunjuk.

Badai tornado tersebut telah memorak-porandakan isi kota dan menelan banyak korban. Kantor-kantor di pusat kota, bandara, dan sekolah ikut raib terbawa pusaran tornado tersebut. Seluruh warga kota tak memiliki persiapan karena tornado datang secara mendadak dan dira- malkan akan terjadi tornado susulan dengan kekuatan lebih besar. Warga yang panik berlarian menyelamatkan diri dari tiga pusaran tornado yang menyambangi kota mereka.

Bencana tersebut seketika membuat Silverton tampak seperti kota mati yang sangat berantakan. Tak sedikit warga yang kehilangan rumah, harta benda, dan anggota keluaranya.

Termasuk, Trey (Nathan Kress) yang masih memiliki optimisme bahwa sepupunya masih hidup dan berusaha mencarinya ke segala penjuru. Hal yang sama juga dialami oleh Gary Morris (Richard Armitage), seorang ayah tunggal yang berusaha mati- matian untuk menyelamatkan putra semata wayangnya dari bencana tornado.

Namun, di sisi lain sekelompok siswa sekolah menengah atas nekat untuk mendokumentasikan bencana tersebut dan justru memilih untuk mendekati sumber tornado. Mereka menyadari bahwa tornado yang melanda kota mereka merupakan bencana alam paling ekstrem dan langka.

Menurut mereka, video yang didokumentasikan nantinya akan menjadi bukti sejarah bagi kota mereka. Tak hanya itu, beberapa warga juga nekat untuk mendokumentasikan bencana dahsyat tersebut secara amatir.

Bencana yang sama itu pula yang me micu penasaran seorang ahli meteorologi bernama Allison Stone (Sarah Wayne Callies) dan seorang pemburu badai (storm chaser)

Pete (Matt Walsh) untuk meneliti jenis tornado tersebut. Pertaruhan nyawa tak menjadi penghalang bagi mereka agar dapat lebih dekat dengan tornado dan meng umpulkan data-data yang dibutuhkan.

Nyata dengan efek visual

Formula yang diramu Into the Storm untuk membuat sebuah kisah tentang bencana alam boleh dibilang mirip dengan film Twisteryang dirilis pada 1996. Tapi, seiring dengan berkembangnya teknologi efek visual, Into the Stormmampu tampak lebih nyata dengan efek-efek yang mendukung.

Sang sutradara Steven Quale mengaku mengambil tema badai tornado karena sudah hampir dua dekade belum ada film yang bercerita tentang bencana tersebut di layar lebar. Selain itu, Quale juga melihat dalam lima tahun belakangan bencana tornado kerap menyambangi sejumlah negara dan banyak warga yang mempost- ingnya melalui situs Youtube.

Melalui film, sutradara yang pernah menggarap Final Destination 5tersebut ingin menunjukkan bahwa tornado memiliki sifat keindahan yang mematikan dan spektakuler. Melalui film Into the Storm, Quale mempunyai tujuan untuk membuat tornado tampak seperti nyata sehingga dapat mengajak penonton untuk berpetualang dan merasakan sensasi yang berbeda.

Into the Stormmemang banyak meng- gunakan teknologi efek visual yang mumpuni. Kendati begitu, demi membuat nyata dan ogah hanya mengandalkan visual efek, Quale juga menggunakan blowerberkeku- atan 100 mph untuk mendapatkan efek hempasan angin yang dihasilkan oleh tornado.

Tak hanya itu, sebelum dilepas ke layar lebar, Quale sempat menunjukkan film hasil karyanya kepada sutradara James Cameron yang dikenal sebagai sineas yang gemar menyuguhkan film dengan efek visual fantastis.

Setelah mendapatkan lampu hijau dari ahlinya, Quale dengan percaya diri mele pas kan Into the Storm kepada publik pada 8 Agustus.

Hasilnya, film berdurasi 89 menit ini diprediksi akan menembus box officedan membuat para penikmat film terpesona. Jika Gravityberhasil mengajak penonton men- jelajah ke luar angkasa, Into the Stormakan meyuguhkan sebuah petualangan mengejar dan berhadapan dengan gempuran badai tornado. (ed:endah hapsari)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement