Rabu 27 Aug 2014 12:00 WIB

Cool Chic Syar’i Hijab

Red:

Foto-foto yang bertebaran di jagat maya dan media sosial itu sungguh membuat tidak nyaman. Olok-olok yang ditujukan untuk para Muslimah yang mengenakan busana ketat plus ungkapan bernada merendahkan tak pelak membuat jengah.

Namun sejatinya, olok-olok semacam itu bukan hal baru. Sebelum istilah menghina macam "jilboob" yang belakangan merebak, ada juga istilah semacam jilbab lepet yang memiliki arti serupa, yaitu penggunaan busana Muslim yang kendati menutup tubuh, tapi sangat melekat pada kulit sang pemakai.

Akan tetapi, boleh jadi inilah yang dinamakan proses belajar. Setiap orang agaknya harus melalui proses yang berbeda-beda. Ada yang membutukan waktu singkat untuk belajar beradaptasi dengan perubahan berpakaian dari busana konvensional menjadi busana Muslim yang sebenarnya. Namun, ada pula yang membutuhkan waktu lama dan merasa agak kesulitan untuk meninggalkan pakem berbusana yang lama.

Desainer busana Muslim Irna Mutiara menilai anak muda saat ini sesungguhnya lebih dimudahkan ketika berniat untuk mengenakan busana Muslim. Ini karena dia melihat makin banyak pengajian dan acara workshop yang dihadiri oleh anak muda sebagai ajang untuk menambah ilmu serta menjalin tali silaturahim.

Dunia fashion hijabers juga semakin berkembang akhir–akhir ini. Apalagi, dengan munculnya banyak desainer busana Muslim yang mengeluarkan koleksi busana terbaru yang bagus dan trendi. Para desainer muda itulah yang memberikan kemudahan akses bagi Muslimah untuk memilih pakaian yang sesuai dengan pribadi dan ajaran Islam.

Kita hanya perlu belajar dan berusaha lebih keras untuk beradaptasi dan menyesuaikan dengan kepribadian sendiri. Beruntung juga kita karena saat ini banyak bertebaran aneka literatur yang memandu untuk bisa berbusana Muslim yang menutup aurat, tetapi juga tetap elegan dan gaul. "Mungkin para ahli agama dan desainer bisa bergabung untuk membuat literatur tersebut sehingga industri fashion Muslim di Indonesia dapat terus bergulir dan tidak layu," kata Irna.

Atau , kalau malas membaca buku, cobalah rajin-rajin browsing video tutorial yang bertebaran di sana-sini untuk membuat hijab yang menarik dan menutupi bagian dada. Mungkin agak rumit pada awalnya. Namun, jika kita sudah menemukan gaya yang pas sesuai keinginan, tugas kita berikutnya hanyalah memadupadankan busana yang pas dengan kerudung yang akan dikenakan.

Tidak perlu juga mengeluarkan banyak dana untuk tampil elegan dan syar’i. Aneka bahan dan model bisa disiasati dengan trik padu padan yang tepat. Lagi-lagi beragam informasi soal ini dapat ditemukan mudah di toko buku atau internet.

Akhirnya, semua itu tergantung pada niat kita. Bila ingin benar-benar total berubah menjadi Muslimah sesungguhnya, segala jalan akan terbuka dengan sendirinya. Tidak perlu ragu untuk berubah. Apalagi, jika itu untuk kebaikan kita sendiri. Mau tahu apa pendapat teman kamu soal ini? Berikut kata mereka.

***

Simpel, Nyaman, tidak Ketat

Devi Sillia, Siswi MAN Tangerang

Berkarier sebagai model hijabers tidak membuatnya lepas kontrol dalam berpakaian. Dia mengaku lebih suka memakai pakaian Muslimah yang longgar dan tidak ketat. Meskipun tak dimungkiri sebagai remaja dan model, dirinya ingin tetap terlihat cantik, chic, modis, keren, dan menarik tiap harinya.

Nah, supaya tetap mengikuti zaman, dia sering mengeksplorasi gaya kerudung dan mengombinasikan beragam model pakaian, tapi tetap syar’i dan tidak keluar batas wajar. "Dengan tampil modis dan chic, tidak harus ketat atau jilboobs. Banyak cara yang bisa kita lakukan," ujar Devi.

Untuk itu, dara yang telah berhijab sejak duduk di sekolah dasar ini mengaku lebih sering memadupadankan warna-warni dan aksesori lucu untuk penggunaan pakaian dan jilbabnya sehari-hari.

Misalnya, dengan memakai celana gombrong bertali gaya aladin dengan outer yang menarik. Selain itu, memakai rok atau gamis yang lucu dan lebar serta berwarna–warni. Pada usianya yang baru menginjak 18 tahun, Devi ingin tetap terlihat menarik dan sesuai usianya. Asalkan, menurutnya, pakaian Muslim yang dipakai harus nyaman, simpel, dan tentunya menutup aurat. "Yang penting itu enggak ketat dan menutup bagian dada serta belakang tubuh kita," kata Devi.

Pakaian Muslimah pun, menurut Devi, tidak harus mahal. Yang penting sederhana, tebal, lebar, dan tentunya tidak ketat. Dengan berhijab, dirinya harus menjaga identitas wanita Muslimah. Karena, menurutnya, hal itu bisa jadi "dakwah" bagi para wanita yang belum berhijab. Hal itu pulalah yang membuat dia memutuskan untuk menjadi model sejak kelas dua SMP. "Ingin sekalian berdakwah juga. Kalau berhijab itu, enggak norak dan tetap bisa modis dan keren."

***

Tampil Modis Sesuai Usia

Dwi Handayani Syah Putri, Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Sebagai Runner Up 1 World Muslimah Beauty (WMB) 2012 dan model,  Dwi Handayani Syah Putri boleh dibilang mengetahui soal fashion hijabers. Namun, hal itu tidak membuatnya berpenampilan glamor dan berlebihan.

Dara berusia 20 tahun ini tetap berpakaian sesuai usianya. Dengan gaya kasual dan simpel khas anak muda, dia tampil tetap catchy dan modis. Misalnya saja, dia memilih menggunakan kaus dan celana sebagai atasan dan bawahannya.

Selain itu, Dwi mengaku suka tampil dengan padu padan dan warna-warna yang sederhana yang dibalut dengan jilbab bergaya dan aksesori sebagai pemanis. Baginya asalkan nyaman dipakai dan tidak berlebihan.

"Paling banyak aku pakai tiga warna. Kalau banyak-banyak, juga enggak pede. Takutnya nabrak,  yah pokoknya sesuai dengan atasan dan bawahannya," ujar Dwi.

Tentunya pakaian yang dikenakannya pun harus tetap syar’i dan menutup aurat. Karena menurutnya, sebagai orang yang berhijab tanggung jawabnya besar. Tidak hanya berhijab, tapi juga harus syar’i dan sesuai ajaran Islam, baik itu cara berpakainnya maupun akhlak perilakunya.

Secara tidak langsung, menurutnya, wanita berhijab adalah representasi identitas seorang Muslimah dan ajaran agama Islam. Untuk itu, mahasiswi Universitas Mercu Buana tersebut lebih suka memakai pakaian longgar dan menutup dada.

Karena dengan busana jilbab dan pakaian menutup aurat, Muslimah terlihat lebih anggun, menawan, dan terhormat dibandingkan dengan wanita berpakaian seksi yang mengumbar aura.

Sehingga, dirinya menyayangkan adanya jilboobs, jipon, atau gaya pakaian berhijab yang kurang syar’i lainnya. Sebab, hal itu justru menodai norma-norma orang yang berhijab. "Harusnya mereka lebih tahu kondisi diri masing-masing aja." 

Meskipun tak dimungkiri, demi tampilan modis, catchy, dan trendi, Dwi sering kali—atas bantuan pakaian terbaru buatan para desainer Muslimah—tetap menyesuaikan penampilannya sesuai dengan usianya, yakni simpel dan tidak berlebihan.

Apalagi, dia juga mengaku tidak selalu suka dengan busana Muslimah terbaru karya para desainer. "Enggak harus model terbaru dari desainer, soalnya kadang-kadang ada yang enggak sesuai dengan style aku, yang penting harus nyaman."

***

Hati-Hati Memilih Busana

Deshinta Mutia Rani, Mahasiswi Universitas Gadjah Mada

Untuk urusan busana, Deshinta mengaku tidak terlalu ikut arus dengan tren fashion Muslim masa kini. Menurutnya, busana Muslim masa kini kebanyakan hanya untuk  wanita bertubuh tinggi dan bermuka tirus.

Deshinta yang memiliki wajah bulat cenderung berhati-hati dalam memilih hijab agar sesuai dengan kepribadiannya. Selain itu, dia juga lebih suka memakai pakaian yang kasual dan tidak terlalu ribet. Ini karena dia banyak melakukan mobilitas dengan sepeda motor.

Meski kasual, perempuan yang sudah berhijab sejak SMA itu juga memperhatikan tata cara berbusana sesuai ajaran Islam, yakni tidak memakai pakaian yang terlalu ketat sehingga menonjolkan bagian tubuh tertentu.

Memakai jilbab tidak boleh sembarangan dan harus tetap memperhatikan kaidah dalam ajaran Islam. Industri fashion Muslim yang berkembang pesat di Indonesia, seharusnya tidak menjadi alasan bagi wanita Muslimah untuk berlebihan dalam berbusana.

Deshinta mengatakan, berhijab sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi individu masing-masing. Selain itu, mengenakan busana Muslim juga harus sesuai dengan ketentuan dalam Islam. Misalnya saja, tidak memakai pakaian yang terlalu ketat dan sebisa mungkin mengenakan hijab yang menutup dada. "Memakai hijab yang sederhana saja dan disesuaikan dengan tempatnya," kata Deshinta.

Menurutnya, hijab tak hanya berfungsi untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan, tapi juga dapat menjaga wanita untuk melakukan hal-hal negatif. Sehingga, dengan hijab akhlak Muslimah akan lebih baik dan hal tersebut dirasakan sendiri oleh Deshinta.

Selama ini dia dikenal sebagai wanita yang suka berbicara seenaknya ketika marah. Namun, setelah menggunakan hijab, dia bisa meredam emosinya dan berusaha agar tidak terlalu meledak ketika marah.

Berhijab tak sekadar menutup aurat, tapi akan lebih baik jika melakukan kebaikan kepada sesama. Deshinta mencontohkan, mengingatkan teman untuk shalat dan beribadah merupakan langkah kecil untuk melakukan kebaikan. Tak hanya itu, berhijab juga akan membuat tiap-tiap individu merasa dekat dengan Sang Pencipta.

Maka, dia pun berharap teman-teman lain yang kini berhijab bisa tetap istiqamah dan tak sekadar ikut-ikutan saja. "Semoga anak-anak muda yang baru memakai hijab melakukannya untuk Allah dan untuk kebaikan diri mereka sendiri," ujar Deshinta.

N rep: aghia khumaesi, rizky jaramaya ed: endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement