Berawal dari balerina, Karina Salim pun akrab dengan dunia akting. Dia pun akhirnya terjun di bidang yang kini dicintainya itu.
Memulai kariernya lewat pementasan musikal, dara berusia 23 tahun itu pun menjejakkan lang kahnya di dunia hiburan negeri ini. Langkahnya kian mantap ketika sejumlah film berhasil dipe rankannya, mulai dari, What They Don’t Talk About, Durable Love, dan yang terbaru Mantan Terindah.
Dalam film hasil adaptasi lagu karya Yovie Widiyanto yang diproduseri oleh aktris Marcella Za lianty ini, Karina didapuk sebagai pemeran utama yang mempunyai kelebihan sebagai anak indigo.
Tak hanya berperan, wanita ke lahiran Jakarta itu juga akan mengisi soundtrack film yang dibintanginya tersebut. Seperti apakah mimpinya setelah ini? Karina Salim menuturkan ceritanya.
Foto:wikipedia
Apa karakter kamu dalam film Mantan Terindah?
Sebagai Nada, tokoh sentral di film ini. Dia anak indigo yang punya kemampuan untuk melihat masa depan. Yang menarik dari film ini, bagaimana cara Nada dengan kemampuannya dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Bagaimana dengan tantangan sebagai anak indigo di film ini?
Seru sih, enggak terlalu susah. Tapi, memang selain acting coach dan reading, ada observasi dulu ke orang-orang indigo dengan datang ke perkumpulan mereka. Setidaknya, pengen tahu hal-hal kecil, seperti bagaimana mereka memandang hidup, ba gaimana tatapan mereka ketika penglihatan datang dan lainnya. Waktu persiapan sebelum syuting kira-kira sebulan.
Apa perbedaan karakter di film ini dengan film-film sebelumnya?
Aku sebelumnya selalu berperan sebagai anak SMA berusia 16-17 tahun. Sekarang usia 24 tahun dan karakternya konservatif, orang yang agak kaku, tegang, serius, dan jauh dari kepribadian aku. Tapi, so far seru sih, enggak susah.
Ada enggak karakter yang paling kamu inginkan?
Ada, aku pengen banget berperan sebagai tokoh sejarah dalam cerita biografi, seperti RA Kartini. Soalnya, orangnya ada, bukan fiksi. Jadi, ketika melakukan observasi, benar-benar nyata dan semua orang punya tolok ukur yang nyata. Terus ada tanggung jawab moral sendiri pada bangsa Indonesia ketika memerankannya. Jadi, itu tantangannya kalau berhasil, kemampuan kita juga bisa diakui.
Kamu juga sering main teater musikal. Apa perbedaan dengan film?
Beda, sebenarnya teater, musikal, dan film itu sudah beda masing-masing. Belum tentu pemain film bisa main musikal, tapi kalau pemain musikal pasti bisa main film. Karena pemain mu sikal harus bisa bernyanyi, menari, acting, pokoknya harus banyak keahliannya. Kalau teater, selain akting juga perlu ekspresi dan gesture untuk bisa memaknai dan akhirnya bisa me nyalurkan ke penonton. Tapi, kalau ke film, kita harus meminimalisasi ekspresi dan gerak-geriknya.
Kamu lebih suka yang mana? Teater, musikal, atau film?
Musikal, karena dasarnya aku dari nari, teater, dan aku bisa nyanyi juga. Jadi, ketika bisa menggunakan yang aku punya, senang saja.
Bagaimana kelanjutan karier sebagai balerina?
Aku lagi menyelesaikan tahap akhir pendidikan balet. Karena, jenjang pendidikannya memang panjang, seperti dari TK sampai kuliah. Sekarang aku lagi di tahap akhir, seperti menyusun skripsi gitu, jadi susah banget. Dari sini aku bakal dapat gelar A.R.A.B, kalau di luar negeri disejajarin kayak D-2 dan D-3 dan itu standardisasi kurikulumnya sama seperti di luar negeri.
Mengapa memilih jadi penari balet?
Awalnya, karena ibu yang ingin anaknya ikut les balet. Namun, akhirnya aku jadi enjoy. Tapi, aku juga belajar tari modern, tari klasik, balet, jazz pop, kontemporer, miracle broadway, dan lainnya. Karena, memang awalnya tertarik ingin jadi penari.
Bagaimana dengan awal terlibat dalam produksi film?
Tahun 2010 aku ikut drama musikal bareng bang Joko Anwar, dari situ dia mengajak aku main di film pendek. Terus film pendek aku itu cukup booming dan aku jadi banyak tawaran untuk main film-film lain. Jadi, bang Joko yang membuka pintu aku ke dunia film.
Setelah menjajaki semuanya, apa ada satu karier yang ingin kamu fokuskan?
Aku mau akting dan nyanyi. Tapi, kalau balet, enggak bakal aku lepas karena balet itu sudah menyatu sama diri aku dari kecil. Mantan Terindah ini film pertama aku yang enggak ada narinya, film-film lainnya ada.
Apa proyek setelah film ini?
Di film ini aku juga mengisi soundtrack juga dan ada film baru. Insya Allah. Jadi, mungkin fokus ke akting dan nyanyi dulu. Kalau tari di Indonesia masih belum berkembang untuk kariernya. Sebenarnya kalau nyanyi, aku sudah dapat tawaran dari label, tapi belum aku ambil karena belum satu visi. Mudahmudahan ke depannya ada tawaran yang cocok. Terus aku bisnis juga, punya salon.
Bagaimana untuk karier dalam jangka panjang?
Yang pasti aku enggak akan meninggalkan tari. Jadi, akan tetap main di pentas atau pertunjukan. Cuma kalau buat karier, yah nasibnya sama seperti pemain musik klasik yang enggak bakal bisa bertahan secara ekonomi, that’s it. Makanya, orangorang yang menggeluti bidang ini biasanya keadaan ekonomi sudah cukup dan mereka melakukan hanya untuk hobi. Jadi, karier utama aku mungkin lebih ke film walaupun berharap semuanya bisa jalan seirama. rep:aghia kumaesi ed: endah hapsari