Senin 29 Feb 2016 15:00 WIB

Zootopia, Harmoni Manis Kota Mamalia

Red:

Selamat datang di Zootopia. Inilah kota tempat mamalia terkecil hingga terbesar hidup berdampingan dengan damai, tanpa memangsa dan dimangsa. Seperti manusia, mereka hidup di dunia modern dan bergaya hidup urban.

Minum kopi di kafe, tinggal di apartemen, hingga selfie dan rajin memantau gadget. Kota metropolis utopia itu dihuni sekitar 64 spesies mamalia yang tinggal di beberapa wilayah terpisah. Masing-masing memiliki beragam budaya, tata ruang, dan kondisi cuaca berbeda. Ada Sahara Square yang mewah untuk para hewan gurun, Tundratown yang dihuni oleh beruang dan rusa kutub, hingga Rainforest Distric yang panas dan lembap.

Para mamalia terkecil tinggal di Little Rodentia, sementara pusat kota terletak di Savanna Central di mana semua mamalia bisa datang dan tinggal bersama. Semua kondisi itu sangat memukau Judy Hopps, seekor kelinci perempuan dari Kampung BunnyBurrow. Kelinci mungil itu merantau ke sana untuk mewujudkan mimpinya menjadi polisi.

Sejak kecil, mimpi Judy itu dinilai tak logis oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Memang, selama ini yang diterima menjadi polisi hanyalah hewan jumbo, seperti badak, gajah, macan, banteng, beruang, dan mamalia besar lain. Namun, Judy bersikeras melawan stereotip bahwa kelinci adalah hewan mungil yang lemah dan penakut. Ia berhasil menjadi polisi kelinci pertama di Zootopia dan meraih gelar lulusan terbaik di angkatannya.

Namun, cerita tidak sampai di sana. Petualangan justru baru dimulai. Karier polisi dan awal hari-hari Judy di Zootopia rupanya tak sesuai harapan. Beberapa kali ia mengalami hal tak menyenangkan, seperti diremehkan sebagai kelinci, ditipu rubah licik, hingga menderita karena memiliki tetangga apartemen yang berisik. Sampai pada akhirnya, Judy harus mengungkap sebuah kasus penculikan yang runyam dan mempertaruhkan kariernya. Penyelesaian kasus itu membuat Judy harus bekerja sama dengan rubah penipu yang pernah mengelabuinya bernama Nick Wilde. Padahal, Judy punya trauma masa kecil dilukai oleh rubah teman sekolahnya.

Situasi menjadi semakin kompleks karena ternyata kasus itu berujung pada masalah serius lain. Bayangkan, Zootopia yang selama ini damai terancam kembali primitif karena beberapa hewan tiba-tiba memunculkan sifat alamiah predatornya yang agresif. Bisakah Judy memecahkan kasus yang mempertaruhkan karier polisinya itu? Akankah partnernya, Nick, justru beralih memangsa Judy mengikuti naluri biologis alamiah?

Riset panjang

Mengangkat kisah fabel bisa dibilang bukan hal baru untuk Disney. Kita sudah akrab dengan kisah Mickey Mouse, Bambi, Dumbo, Jungle Book hingga The Lion King. Dalam kisah fabel terbarunya, Disney menghadirkan kesegaran kisah lewat aksi para mamalia yang membaur menjadi satu dalam kota bernama Zootopia.

Untuk menggarap film berdurasi satu jam 48 menit itu, mereka menghabiskan waktu selama 1,5 tahun untuk meneliti dan menerjemahkan perilaku binatang menjadi karakter yang berbicara dan berpakaian. Produser film, Clark Spencer, mengatakan, para kru menjumpai para ahli hewan dari seluruh dunia, termasuk Disney Animal Kingdom di Walt Disney World.

Mereka bepergian sejauh 9.000 mil ke Kenya, Afrika, selama dua minggu untuk memahami lebih jauh kepribadian dan perilaku hewan. "Kami ingin setiap spesies hewan menjadi karakter yang autentik dan harus berdasarkan pada perilaku mereka di dunia nyata," ujar Spencer.

Dan, itulah yang kita dapatkan lewat Zootopia. Kita diajak untuk terkagum-kagum dengan detail animasi spesies yang dihadirkan. Inilah bukti bahwa riset panjang yang mereka lakukan tidak sia-sia.

Namun, Disney tidak lantas menanggalkan kekhasan dengan menyuguhkan suasana yang ceria dan segar sekaligus unik. Kita akan tersenyum melihat keakraban antara kelinci dan rubah. Padahal, dalam rantai makanan fauna, rubah adalah predator bagi kelinci. Atau kita bakal geregetan melihat kelambanan Flash yang merupakan sloth berjari tiga yang merupakan hewan terlambat di dunia.

Namun, lebih dari itu, seperti lazimnya film Disney lain, kita juga diminta untuk merenungkan pesan yang ingin disampaikan lewat film ini.

Menurut para sutradara Zootopia, yakni Byron Howard, Rich Moore, dan Jared Bush, meski komedi adalah aspek penting yang ditonjolkan dalam film tersebut, Disney juga ingin menyampaikan pesan agar jangan pernah terjebak dalam stereotip atau prasangka buruk. Lihatlah Judy, yang distereotipkan sebagai hewan mungil yang penakut dan peragu tapi bisa menjadi polisi pemberani.

"Kami melihat paham stereotip adalah hal yang sering dijadikan masyarakat sebagai cara menilai seseorang. Kami berharap, kehadiran sosok Judy dan upayanya untuk mengalahkan stereotip tentang dirinya dapat menjadi inspirasi untuk penonton," kata para sutradara.

Deretan pengisi suara berkualitas, seperti Ginnifer Goodwin, Jason Bateman, hingga Shakira juga sukses menghidupkan karakter film. Sayangnya, terselip lelucon yang mungkin saja sulit dicerna kita karena kental bernuansa Amerika.

Kendati begitu, setelah menyaksikan film ini, kita jadi punya bahan diskusi menarik untuk dibicarakan dengan teman atau orang tua tentang makna kebersamaan, harmoni, dan berpikir positif.  c34 ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement