Foto : Dok Disney
Memiliki kekuatan super ternyata tidak selalu berujung pada dukungan dan pujian dari semua orang. Kekuatan yang dimiliki Avengers justru diragukan setelah banyak korban akibat segala aksi heroik untuk menyelamatkan dunia. Keberadaan para jagoan super itu pun mulai diragukan, apakah memang dibutuhkan untuk menumpas kejahatan atau justru hanya menambah korban jiwa bagi orang tidak berdosa.
Captain America (Chris Evans) bersama rekan-rekan pahlawan supernya merasa tetap harus menuntaskan misi-misi yang mengancam dunia. Hanya, pekerjaan tersebut menuntut adanya pertarungan di depan umum yang berujung pada jatuhnya korban jiwa. Melihat keresahan atas korban jiwa dan kerusakan yang ditimbulkan, politikus dari pelbagai negara mendorong agar Avengers memiliki pengawas yang memonitor aksi mereka.
Di bawah pengawasan PBB, Avengers tidak bisa sesuka hati turun tangan melakukan aksi penyelamatan. Hal ini memicu munculnya dua pendapat yang berbeda di tubuh kelompok superhero tersebut.Captain America menginginkan Avengers tetap berada dalam independensinya, sedangkan Iron Man (Robert Downey Jr) menginginkan Avengers mendapatkan pengawasan agar tidak menimbulkan korban dari masyarakat sipil. Keduanya kokoh dalam pendirian mereka dalam memandang bagaimana langkah yang harus dibuat sebagai orang yang tidak biasa.
Kedua pahlawan super ini memiliki alasan masing-masing atas sikap yang diberikan. Hal ini berefek pula pada rekan-rekan lain di Avengers yang juga terbelah menjadi dua kubu, menjadi pahlawan super di bawah pengawasan pemerintah yang penuh politisasi atau bergerak sendiri dengan risiko korban yang lebih banyak berjatuhan.
Perbedaan pendapat ini semakin diperparah dengan tuduhan kepada Winter Soldier atau Bucky (Sebastian Stan), sahabat baik Captain America yang melakukan pengeboman ketika akan ditandatanganinya kesepakatan politis tersebut. Sebagai sahabat Captain America atau Steve Rogers tentu membela sahabat baiknya, sedangkan Iron Man atau Tony Strak ingin menangkap dalang kerusuhan tersebut atas perintah pemerintah.
Saling serang
Film ketiga Captain America ini memang tidak bisa berdiri sendiri. Ketika menikmati cerita yang dibawakan, sebelumnya penonton harus mengikuti minimal dua film Marvel Studio sebelumnya, Captain America: Winter Soldier dan Avengers: Age of Ultron.
Ini lantaran kedua cerita tersebut menjadi fondasi cerita Captain America: Civil War bermula. Dengan begitu, ini akan mempermudah kita memahami aksi jagoan super yang senang sekali saling adu jotos. Bahkan, aksi serupa terpapar nyaris pada setiap adegan.
Film arahan Anthony dan Joe Russo ini sangat menunjukkan dengan jelas alasan kedua kubu akhirnya harus saling menyerang. Cara lain yang cukup menarik dinikmati dari awal fase Marvel Cinematic Universe ini merupakan pengenalan karakter-karakter baru, seperi Black Panther (Chadwick Boseman) dan Spider Man (Tom Holland). Keduanya berhasil ditampilkan dengan cara yang lebih mengalir serta hadir pula alasan kuat mengapa keduanya bisa terlibat dalam perseteruan antara kubu Captain America dan kelompok Iron Man.
Seperti biasa, Marvel selalu royal menghadirkan beragam adegan pertempuran yang ciamik dengan dentuman, tembakan, serta baku hantam di sana sini. Boleh jadi, kehadiran aksi gempur yang terasa merata nyaris di sepanjang durasi bisa menghadirkan kesan monoton dalam kisah kali ini.
Di samping ledakan pertarungan yang menemani dari awal film hingga akhir, naskah film yang digarap oleh Jack Kirby, Mark Millar, dan Joe Simon ini berhasil menyisipkan lelucon yang bisa membuat tersenyum bahkan tawa. Candaan khas Marvel muncul kembali dengan segar tanpa merusak suasana meski sering diselipkan dalam tiap adegan, termasuk ketika adegan pertarungan antara manusia super.
Sepertinya, Russo bersaudara berhasil memunculkan ketengilan Peter Paker yang masih anak sekolahan dan Ant Man yang merupakan masyarakat biasa yang mendapatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang luar biasa, bahkan hingga mereka harus melakukan pertarungan yang memicu ledakan dan hancurnya wilayah sekitar. Maka, kisah ini menghadirkan beragam rasa dari cerita perselisihan jagoan super itu. Tidak hanya kisah senang dan sedih, tetapi juga kesan spektakuler sekaligus ada jejak satire di sana. c27 ed: Endah Hapsari