Gamal Albinsaid
Bank Sampah untuk Kesehatan Masyarakat
Berawal dari sampah, Gamal Albinsaid mendapatkan undangan dari Istana Buckingham, Inggris pada 2014 lalu. Dia berhasil menunjukkan, anak muda memiliki kekuatan untuk memberikan perubahan bagi lingkungan, tidak hanya mampu mengkritik.
Bermula dari keinginannya sejak kecil menjadi dokter anak, dia pun menjadi seorang sociopreneur. Dia memilih bergerak di bidang bank sampah yang menjadi wadah asuransi bagi warga untuk mendapatkan fasilitas kesehatan.
"Ketika saya sudah jadi dokter, ternyata realitas itu lebih jujur. Jadi muncul pertanyaan sederhana ketika di depan kita ada pasien tidak punya uang untuk berobat, apa yang harus dilakukan?" kata pria berusia 26 tahun ini.
Gamal mengaku, lingkungan sekarang bukan merupakan sesuatu yang diminatinya, tapi lebih kepada keinginan untuk membuka akses kesehatan bagi orang luas, terutama bagi orang tidak mampu. "Ketika kesukaan bertemu dengan ketangguhan kita, lalu kita bungkus dengan ketulusan maka Allah akan membesarkan kita," kata Gamal.
Untuk anak muda yang lain, dia pun meminta agar tidak terbuai pada sesuatu yang membuat nyaman. Meski memiliki pilihan untuk berdiam diri, cobalah untuk merasakan situasi tidak nyaman demi mencapai kesuksesan. ''Perlu ada desakan untuk mencoba hal lain yang bisa bermanfaat bagi bersama, keluarkan ide dan gagasan untuk membuat sebuah karya yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan.''
Tidak lupa, Gamal menyarankan untuk anak muda agar banyak belajar dari kisah-kisah orang yang sudah lebih dahulu menghasilkan sesuatu yang hebat. "Ide yang ada mesti dibekali dengan pengetahuan yang berasal dari guru hidup dan teman-teman yang menyertai." Selain itu, "Jangan banyak alasan, anak muda sekarang biasanya lebih banyak alasan ketika akan berbuat," kata Gamal. c27, ed: Endah Hapsari
***
Enda Nasution
Bergerak dengan Komunitas
Ketika era internet merambah Indonesia, Enda Nasution sudah merasakan betapa digdayanya teknologi informasi ini.
Dengan internet, komunikasi menjadi tanpa batasan. Arus informasi pun terus melimpah. "Teknologi ini berefek bagus dan luas buat segalanya, informasi bukan barang mewah lagi. Anak muda sudah tidak bisa berpangku tangan," kata Enda.
Dan, Enda melihat ini sebagai sebuah peluang. Untuknya, peluang itu justru lebih mudah diraih jika dilakukan bersama-sama, tidak sendirian. Caranya, lewat komunitas. Biasanya jika ada ide tapi hanya sendirian, sering kali yang muncul rasa malu untuk bergerak. Bagi Enda, komunitas adalah solusinya. "Di komunitas itu kita bisa saling mencuri ilmu, sebab begitu beragam komunitas bisa dibentuk dari kesamaan pendidikan, kesukaan, dan hal lainnya," ujar Enda.
Dari upaya mengumpulkan beragam ide, Enda pun menciptakan sebangsa.com, sebuah media sosial untuk membangun komunitas. Enda mengatakan, komunitas merupakan sebuah puzzle Indonesia. Ketika puzzle tersebut disatukan, maka akan membantu Indonesia yang beragam tapi saling melengkapi. "Komunitas kecil hingga besar memiliki peran masing-masing yang bisa membesarkan keberadaan Indonesia."
Ketika komunitas kuat, dan para pemuda sudah siap dengan segala pengetahuan, maka segala tantangan dapat diselesaikan. "Cari komunitas, ciptakan solusi. Pemuda bisa bergerak, maka Indonesia maju dan siap menghadapi perubahan," kata pria yang juga dikenal sebagai Bapak Blogger Indonesia ini. c27, ed: Endah Hapsari