Kamis 21 Jul 2016 16:00 WIB

Akhirnya, Nowela…

Red:

Setelah penantian selama 1,5 tahun, Nowela Elizabeth Mikhelia Auparay akhirnya bisa bernapas lega dan tersenyum bahagia. Kendati mulai dikenal publik setelah menjadi juara ajang pencarian bakat menyanyi Indonesian Idol musim kedelapan dan sudah meluncurkan single, hal itu belum cukup membuktikan eksistensinya sebagai seorang penyanyi.

Bagi perempuan kelahiran Wamena itu, album merupakan bukti nyata sebagai seorang penyanyi. Meski sudah berkarya selama bertahun-tahun di dunia musik, Nowela tetap menganggap sebuah album sebagai pembuktian dirinya adalah seorang penyanyi profesional. Jika tidak ada album, menurut penyanyi berusia 28 tahun ini, tidak ada bedanya dengan pekerjaan sebelumnya menjadi penyanyi kafe.

"Rasanya pegang album itu gila banget. Meski penyanyi atau musisi bisa keluarin single, tapi tetap saja album itu lebih hebat," kata penyanyi berdarah Batak dan Papua itu.

Nowela pun mengaku gugup dengan penggarapan album yang berisi 11 lagu tersebut. Baginya, pertama kali merasakan suasana rekaman sangat berbeda dengan menyanyi langsung di atas panggung. Dia mengaku, pada lagu pertama yang berjudul "Membawa Cinta" membutuhkan waktu hingga enam jam untuk proses perekamannya.

Waktu yang cukup lama untuk merekam satu lagu itu diakui sebagai keawamannya di dunia rekaman. Rasa gugup dan tegang membuatnya harus mengulang berkali-kali agar menghasilkan suara yang optimal untuk diperdengarkan pada fan setia atau Nowelation dan pendengar musik Indonesia.

Maka, ketika akhirnya album perdananya #1 rampung dan meluncur ke pasar, dia lantas berkomentar singkat, ''Rasanya seperti pecah telur.''

Di matanya, penyanyi atau musisi tidak hanya dinilai dari jam terbang, tapi juga dari pembuktian karya yang sudah dihasilkan. Nowela berceloteh, jika nanti sudah tua, albumlah yang menjadi bukti dia kepada cucu dan penerusnya jika neneknya tersebut seorang penyanyi. Tanpa album, Nowela tidak bisa membuktikan apa-apa pada keluarganya di masa depan.

Setelah berhasil merampungkan album pertama, target Nowela berikutnya bisa menggarap album berikutnya dengan beberapa karangan lagu sendiri. Album perdananya saat ini masih dikarang oleh beberapa orang yang sudah berpengalaman. Nowela juga turut berkonsultasi soal lirik-lirik lagu dalam album #1. "Saya belum berani memberikan lagu ciptaan sendiri sekarang.''

Lewat albumnya itu pula Nowela siap menyisihkan sebagian penghasilan penjualan album fisik untuk berdonasi buku yang akan disebarkan oleh komunitas Buku untuk Papua. "Saya rasa, peluncuran album ini bisa menjadi sosialisasi ke masyarakat. Harapan saya, ini bisa jadi bantuan yang lebih besar lagi," kata teman duet Kevin Lim dalam lagu "Cinta Kita Beda".

Menjadi figur publik dinilai akan lebih berefek untuk mengenalkan kondisi dan kebutuhan buku yang sangat tinggi di beberapa daerah terpencil di Papua. Lewat albumnya, Nowela ingin melakukan hal lebih dari sekadar berkarier. ''Saya ingin menularkan semangat berjuang untuk berubah dan menjadi sosok yang lebih baik lagi.''    rep: Dwina Agustin, ed: Endah Hapsari

***

Sumbangsih untuk Papua

Dengan darah Papua di tubuh, Nowela Elizabeth Mikhelia Auparay tidak begitu saja melupakan tanah kelahirannya ketika sudah populer seperti saat ini. Malah, dia bertekad untuk memajukan daerah asal ayahnya.

Dia berkomitmen untuk menjadi sosok yang dapat memberikan sumbangsih bagi Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan menjadi duta literasi. Dia melihat, masyarakat Indonesia di beberapa wilayah pedalaman masih banyak yang mengalami buta huruf, minim akses pendidikan, bahkan buku pun sangat sulit didapatkan.

Bagi dia, Papua merupakan salah satu wilayah yang masih jauh dari pendidikan yang memadai. Nowela pun mengungkap pengalamannya bersekolah di pedalaman hutan Papua saat masih kecil.

Ketika itu, Nowela cilik harus mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai salah satu pemuka agama. Dengan pekerjaan tersebut, ayahnya sering ditempatkan di beberapa daerah terpencil, termasuk di pedalaman Papua.

Sebagai anak, Nowela harus mengikuti ayahnya ke mana pun, termasuk bersekolah di tempat ayahnya bertugas. "Waktu itu, aku berangkat dengan seragam lengkap. Pas sudah sampai sekolah, ternyata cuma aku yang pakai seragam," ujar juara pertama ajang pencarian bakat menyanyi di salah satu stasiun televisi.

Selain urusan pakaian, ternyata akses menuju sekolah pun sulit. Nowela kecil harus berjalan jauh melintasi jalanan yang tidak beraspal. Di sekolah pun, bangunan yang ada boleh dibilang ala kadarnya dengan jumlah murid yang terbatas.

Semua murid belajar dalam satu kelas yang sama dengan guru seadanya. "Kalau pernah nonton film Laskar Pelangi, nah, aku tuh hampir sama seperti begitu," ujar penyanyi berkulit gelap ini.

Dengan pengalaman itulah, penyanyi lagu "Kekasih Bukan" ini berkomitmen akan selalu menyempatkan waktu untuk membantu saudara-saudaranya. Sejak sebelum dikenal publik, Nowela memutuskan untuk terlibat aktif dengan komunitas Buku untuk Papua.

Dalam komunitas ini, dia fokus memberikan sumbangan buku-buku untuk disalurkan di tanah Papua. Kebiasaan tersebut pun dibawa Nowela hingga menapaki karier di dunia tarik suara secara profesional. Jika dia punya jadwal mengisi acara di Papua, sebisa mungkin Nowela menyempatkan diri mengunjungi rumah baca yang berada di daerah tersebut. Semua demi Papua tercinta.   ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement