Hari itu, sekolah Dragon School yang terletak di Oxford, Inggris, kedatangan tamu. Berbeda dengan tamu yang lain, mereka membawa misi yang terbilang istimewa: mencari para pemain untuk film pertama Harry Potter. Misi utama mereka adalah mencari tokoh Harry, Ron, dan Hermione.
Untuk memenuhi misi itu, diadakanlah sebuah audisi. Lantaran teman-temannya mengikuti audisi, seorang anak perempuan berusia sembilan tahun juga turut bersemangat mengikuti audisi yang sama. Emma Charlotte Duerre Watson atau yang lebih dikenal dengan Emma Watson ingat betul ia ikut serta dalam audisi untuk mencari peran Hermione.
Namun, agaknya jalan Emma lebih mulus ketimbang teman-temannya yang lain. Ini karena guru dramanya kemudian merekomendasikan Emma pada agensi tersebut. Sang guru melihat potensi dalam diri Emma. Akhirnya, setelah beberapa kali "bongkar-pasang" tokoh Harry, Ron, dan Hermione, Emma dipanggil ke kantor produsen bersama Rupert Grint yang akhirnya memerankan tokoh Ron.
Setelah rilis film Harry Potter dan Batu Bertuah, banyak catatan pada kinerja Emma dalam film. Sejumlah petinggi film di seluruh dunia memujinya. Bahkan, JK Rowling yang saat itu belum bertemu Emma mengatakan, ia yakin Emma merupakan sosok sempurna memerankan Hermione.
Pada kenyataannya, Emma memang tak sekadar mampu memerankan sosok Hermione. Kecerdasannya pun tak diragukan. Emma berhasil melewati 10 ujian kesetaraan sekolah menengah atas pada musim panas 2006 dengan memperoleh nilai 8A, nilai tertinggi yang bisa didapat.
Emma memang mengatakan saat itu bahwa ia sangat ingin melanjutkan kuliah. Namun, ketertarikannya pada banyak hal membuatnya sulit memilih subjek mana yang akan menjadi fokusnya. Meski begitu, Emma menyatakan, dia berkomitmen melanjutkan pendidikannya.
"Untuk orang yang pernah ketinggalan banyak hal tentang sekolah, saya mau kembali dan menemukan apa saja di sana. Saya selalu menyukai sekolah, saya seorang kutu buku, benar-benar kutu buku. Saya hanya ingin itu kembali," kata gadis kelahiran 15 April 1990 tersebut.
Mempertahankan komitmennya pada pendidikan, Emma terdaftar sebagai mahasiswa di Brown University di Providence, Rhode Island, pada musim gugur 2009. Menurut Biography.com, ia memilih sebuah universitas di Amerika karena sistem sekolah tersebut memungkinkan siswa belajar banyak mata pelajaran sekaligus.
Di Brown, Emma mengatakan, ia juga punya kesempatan lebih mudah berbaur. "Aku ingin menjadi normal. Aku benar-benar lebih suka tidak dikenal,'' kata pemain film The Perks of Being a Wallflower (2012) dan The Bling Ring (2013) ini.
Tak hanya berkutat untuk pendidikan, putri pasangan Jacqueline Luesby dan Chris Watson ini juga ingin mengubah citranya sebagai aktris kecil. Apalagi, dengan sosok Hermione Granger dalam film Harry Potter yang begitu lekat dengannya.
Emma pun tampil sebagai fashionista. Gayanya bahkan tertangkap banyak mata para tokoh utama di industri mode. Karenanya pada September 2009, ia memutuskan bekerja dengan People Tree, sebuah label busana yang mempromosikan perdagangan yang adil.
Emma semakin jauh memasuki ranah model kala ia terpilih menjadi wajah koleksi Autumn/Winter 2009 merek mode ternama Burberry. Dan, lagi-lagi Emma terpilih untuk menjadi model koleksi 2010 Spring/Summer.
"Saya sangat suka fashion. Saya pikir itu sangat penting, karena itu menunjukkan bagaimana diri Anda kepada dunia.'' rep: Gita Amanda, ed: Endah Hapsari
***
Kampanye Kesetaraan Gender
Berbeda dengan kariernya yang benderang di dunia layar lebar hingga panggung mode, kali ini Emma Watson menampilkan sisi lain yang boleh jadi belum banyak diketahui orang.
Dua tahun lalu, Emma Watson diangkat oleh PBB sebagai duta UN Women Goodwill. Dengan tugasnya tersebut, Emma pun menjadi tamu kehormatan dalam Sidang Umum tahunan PBB di New York pada 20 September lalu. Ia menyampaikan pidato dengan penuh semangat untuk menandai peluncuran pertama laporan dari dampak kampanye HeForShe.
Aktris 26 tahun ini menuju podium dan membahas tentang perkembangan terbaru kampanye HeForShe. Inilah kampanye yang mempromosikan mengenai kesetaraan gender dan Emma merupakan salah satu juru kampanyenya.
Laporan baru yang disampaikan Emma menjelaskan komitmen yang dibuat 10 universitas di seluruh dunia untuk fokus pada kesetaraan gender di kampus. Kampus-kampus ini berjanji untuk tak menoleransi kekerasan seksual, menghilangkan kesenjangan gender dalam akademisi dan administrasi, serta menyediakan pengarahan mengenai isu gender pada dosen dan mahasiswa.
"Kita harus mendapat penghormatan yang sama. Kampus harus memberi tahu mereka bahwa kemampuan otak mereka berharga, dan mereka bisa mendapatkan kesempatan dalam kepemimpinan di universitas," kata aktris yang pada 2010 lalu tercatat memiliki bayaran tertinggi, seperti dilansir Daily Mail. Benar-benar perempuan multitalenta.
Gita Amanda, ed: Endah Hapsari