Amalia Prabowo (Atiqah Hasiholan) merupakan perempuan perfeksionis yang sukses meniti kariernya. Ia pintar, berprestasi, dan disegani di lingkungan kerja. Hal inilah yang coba ditularkan Amalia pada putra semata wayangnya, Aqil.
Namun, Aqil (Sinyo) tak sama dengan anak-anak pada umumnya. Ia "divonis" disleksia di usianya yang belum genap 10 tahun. Hal itu tu membuat Amalia merasa marah. Ini terutama karena selama ini ia dibesarkan dalam keluarga yang mementingkan nilai akademis. Padahal, bagi para penderita disleksia, prestasi secara akademis hampir tak mungkin dicapai.
Semua cara ia lakukan dalam upaya mengobati Aqil, mulai dari terapi modern hingga tradisional. Dalam perjalanannya mengobati Aqil inilah Amalia menemukan hal lain yang selama ini tak disadarinya. Bahwa upayanya menyembuhkan Aqil hanya demi memenuhi ego dan kepentingannya sendiri.
Film Wonderful Life diangkat dari buku berjudul serupa yang bercerita tentang pengalaman nyata Amalia Prabowo, ibunda Aqil, seorang anak berusia 10 tahun yang menyandang disleksia (kesulitan membaca dan menulis). Bersama ibunya, Aqil menjalani terapi disleksia dengan penuh keseruan dan kebahagiaan.
Sebaliknya, bersama Aqil, sang ibu belajar dan mengenal cara pandang baru dalam menjalani kehidupan. Kebahagiaan seorang anak adalah ketika memiliki orang tua yang bahagia. Film berdurasi sekitar dua jam ini memiliki cerita yang kuat. Mengangkat tema disleksia dalam balutan drama keluarga menjadikan ceritanya begitu dekat dengan penonton.
Sang sutradara, Agus Makkie, pun dengan apik menggambarkan apa yang dialami para penderita disleksia yang terkadang menantang daya imajinasi. Seperti saat Aqil yang diperankan aktor cilik Sinyo mencoba membaca tulisan yang huruf-hurufnya terlihat melayang-layang.
Agus Makkie juga tak pelit menyuguhkan pemandangan-pemandangan yang indah. Selama perjalanan Aqil bersama ibunya yang diperankan Atiqah Hasiholan, Agus banyak menyuguhkan pemandangan yang menyejukkan. Belum lagi, gambaran menarik mengenai bagaimana para penyandang disleksia ini juga memiliki energi yang besar untuk melihat sesuatu lebih detail. Seperti yang tertuang pada gambar-gambar Aqil yang ditampilkan dalam film.
Drama keluarga
Sebagai drama keluarga dengan masalah-masalah yang juga dekat dengan keseharian seperti hubungan orang tua dengan anak, WonderfulLife mampu mengguncang emosi penonton. Dalam satu adegan, penonton dibuat tertawa dengan beberapa dialog yang sarat humor, sementara di kisah yang lain penonton dibuat mengharu biru terbawa dalam konflik keluarga.
Seperti saat Amalia harus menghadapi ayahnya yang sangat keras dan kerap menyudutkannya soal lemahnya Aqil dalam bidang akademis. Saat itu Amalia yang sudah tak tahan dengan sikap ayahnya menuangkan semua keluh kesahnya. Momen itu seolah mengajak kita mengingat kembali banyak kasus serupa dalam keluarga, terutama dalam hal campur tangan kakek atau nenek untuk membesarkan cucu-cucu mereka.
Atiqah Hasiholan cukup apik memerankan sosok Amelia. Meski mengaku agak sulit mendalami peran sebagai seorang ibu karena belum memiliki anak, Atiqah merasa tertantang memainkan peran yang satu ini. "Untuk mendalami karakter, saya banyak berbicara dengan Ibu Amalia. Saya baca bukunya. Saya mencoba tak memikirkan detail-detail untuk menjadi seorang ibu karena saya belum pernah, tapi lebih pada membangkitkan rasanya," ujar Atiqah.
Tak hanya Atiqah, Sinyo juga mampu memerankan sosok Aqil dengan sangat natural. Keduanya, Sinyo dan Atiqah, memang sempat melakukan pendalaman karakter dengan berkegiatan bersama-sama dengan tokoh asli kisah Wonderful Life itu selama beberapa hari. Secara keseluruhan, dari sisi musik, tata cahaya,setting lokasi, aktor, dan plot cerita, film ini cukup menarik.
Meski begitu, ada beberapa cerita tambahan yang rasanya tak terlalu perlu dihadirkan. Seperti kisah Amalia dan Aqil mengunjungi dukun di sebuah desa terpencil. Bagian tersebut justru terkesan dibuat-buat dan mengada-ada.
Namun, pesan yang kuat dan edukasi mengenai apa yang dialami para penderita disleksia membuat film ini rasanya layak ditonton keluarga. Terlebih, untuk orang tua yang memiliki anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sejatinya tak ada yang perlu disesali atau dijadikan beban karena semua anak terlahir sempurna. rep: Gita Amanda, ed: Endah Hapsari