Jumat 14 Oct 2016 17:12 WIB

Pinky Promise, Haru Biru Penyintas Kanker Payudara

Red:

Kartika Rahayu atau akrab disapa Tika (Agni Pratisha) sangat sedih kehilangan calon pasangan hidupnya. Ia memutuskan berpisah dengan tunangannya lantaran merasa dikhianati. Di saat dirinya bersedih hati, datanglah Tante Anind (Ira Maya Sopha) untuk menguatkan dirinya. Tika merasa tantenya ini tidak memahami dirinya karena tidak pernah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Ternyata Tika salah, Tante Anind pernah kehilangan salah satu mahkota dan bagian yang membanggakan dari seorang perempuan, yaitu payudaranya. Rambutnya pun turut berguguran. Tante Anind ini pernah menjalani operasi pengangkatan payudara karena kanker payudara yang dideritanya. Hal ini akhirnya membuka mata Tika bahwa apa yang dialaminya tidaklah seberat yang dialami tantenya.

Tante Anind selalu menyemangati hidupnya. Ia berusaha mengabaikan penyakitnya. Sampai akhirnya Tika memaksanya untuk memerhatikan lagi diri sendiri juga kesehatannya. Akhirnya, Tante Anind mau minum kembali obatnya dan menjalankan kemoterapi yang menyakitkan.

Hingga suatu saat dokter akhirnya memvonis sisa hidupnya tinggal empat bulan. Tante Anind sudah memasrahkan hidup. Yang ia tangisi adalah keponakan tercintanya yang nanti hidup seorang diri. Akhirnya, ia yang peduli dengan penyakit kanker payudara dan juga kehidupan keponakannya kelak berencana membuka Rumah Pink, rumah bagi para penderita dan penyintas kanker payudara. Tika pun mendapat tanggung jawab sebagai ketua Rumah Pink ini.

Di rumah inilah ia kemudian mereka bertemu dengan para penderita dan penyintas kanker payudara lainnya. Bahkan mereka juga mendapatkan para relawan yang mau membantu dirumah tersebut. Salah satu relawan itu adalah Ken (Dhea Seto), seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi.

Ken memiliki perhatian khusus kepada penderita kanker payudara. Ini lantaran dirinya juga menderita penyakit yang sama yang baru diketahui Tika dan Tante Anind. Ken kabur dari rumah lantaran kedua orang tuanya melarangnya untuk melakukan kemoterapi, karena trauma.

Selain Ken, datang pula Baby (Alexandra Gottardo), seorang model cantik yang juga divonis dokter menderita kanker payudara. Namun, karena takut kariernya terhenti lantaran payudaranya harus diangkat, dia mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan Rumah Pink. Namun, akhirnya dia sadar terhadap penyakitnya dan bergabung dalam komunitas itu.

Pada saat bersamaan, datang Vina (Dea Ananda), seorang ibu muda dengan dua anak. Ia juga mengalami kanker payudara yang baru diketahuinya dari sang suami yang diperankan Ringgo Agus Rahman, yang pernah melihat kampanye mengenai kanker payudara yang dilakukan Tante Anind. Inilah yang mengantarkan Vina ke Rumah Pink.

Sayangnya, di saat Rumah Pink sudah diresmikan dan berjalan beberapa waktu, Tante Anind akhirnya meninggal. Sebelumnya Tika sudah berjanji akan terus menjalankan Rumah Pink ini dengan janji pink alias pinky promise.

Kepergian Tante Anind membuatnya sangat sedih dan kehilangan. Namun,  ia terus menjalankan rumah tersebut dan bersahabat bersama Ken, Baby maupun Vina. Tika mendukung mereka melakukan kemoterapi, bahkan sampai tahap operasi.

Cerita nyata

Film Pinky Promise mengangkat cerita nyata tentang perempuan hebat penyintas kanker payudara. Film ini membuka mata kita terhadap penyakit yang membahayakan, bukan hanya bagi para perempuan tapi juga laki-laki. Penyakit ini bisa membunuh siapa pun penderitanya, jika stadiumnya sudah berlanjut.

Film ini juga mengisahkan tentang persahabatan dan janji kebersamaan para perempuan yang berbeda usia. Mereka menghadapi problematika hidup masing-masing dan mereka setia untuk selalu ada saling mendukung satu sama lain. "Kami ingin mengangkat bahwa sebuah persahabatan sangat penting di dalam sebuah kehidupan. Hidup akan terasa hampa kalau kita tidak punya sahabat di dunia ini," ujar Wailan Menayang Routinsulu selaku produser film Pinky Promise.

Hampir keseluruhan isi film ini dipenuhi dengan kisah haru. Setiap penderita kanker payudara mempunyai masalahnya sendiri. Mulai dari konflik dengan orang tuanya mengenai pengobatan, seperti yang dialami Ken, sampai kesulitan biaya untuk operasi dan kemoterapi yang dihadapi Vina dan Baby.

Kesedihan juga sangat terasa, saat Tante Anind pergi meninggalkan Tika. Kesedihan yang sama turut menyeruak ketika mereka saling membotaki kepala sahabatnya masing-masing akibat kemoterapi, bahkan karena solidaritasnya Tika yang tidak menderita kanker payudara pun rela membuat kepalanya botak.

Untuk mengolah alur cerita, sutradara Guntur Soeharjanto tidak menguatkan salah satu karakter dalam film. Semua peran dibagi rata, tidak ada yang lebih menonjolkan diri. Meskipun begitu tetap ada satu karakter utama dalam film ini. Kisahnya pun dibuat mengalir saja yang tidak fokus dalam satu kisah. Dengan apik, Guntur menghadirkan berbagai kisah penderita kanker yang dirangkum dalam balutan drama. Para pemain pun dapat menempatkan diri mereka sebagai penderita kanker payudara.

Film pertama dari PT Muara Prima Entertainment (MP Pro Pictures) diharapkan, bisa membawa dampak positif kepada orang yang menontonnya. "Saya berharap ketika menonton dan keluar dari bioskop, mereka berpikir bahwa apa pun tantangan hidup yang dialami, setiap orang harus bisa kuat dalam menghadapinya agar hidup dapat berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, khususnya orang-orang yang dicintai," ujar Agni Pratisha yang turut terlibat dalam film ini.   rep: Desy Susilawati, ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement