Robert Langdon (Tom Hanks) terbangun di sebuah rumah sakit di Florence, Italia. Ia tidak mampu mengingat sedikit pun apa yang pernah terjadi sebelumnya. Ia menderita amnesia yang cukup parah sehingga kehilangan ingatan jangka pendeknya, dan tak mampu mengingat mengapa ia bisa tiba di kota itu. Dia pun lantas ditangani oleh sebuah tim pimpinan dokter Sienna Brooks (Felicity Jones), untuk membantu memulihkan ingatannya.
Namun, pada saat yang sama datang seorang polisi perempuan yang ingin membunuhnya. Dalam keadaan cukup panik, Langdon dikejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya juga dijadikan target oleh seorang pembunuh bayaran. Beruntung Sienna menyelamatkannya. Bahkan membawanya ke apartemen miliknya. Di apartemen itu, Sienna menanyakan tentang Langdon. Namun, Langdon tak mampu mengingat apa pun.
Langdon meminta Sienna menghubungi konsulat untuk menyelamatkan dirinya dari perburuan. Namun ketika berganti baju, ia justru menemukan sebuah tabung yang berisikan kode misteri dari jasnya. Ini adalah benda yang menjadi kunci dari seluruh perjalanannya. Langdon yang merupakan seorang ahli simbologi dan ikonologi membuka tabung tersebut dengan sidik jarinya, dan melihat gambar penampakan neraka dalam beberapa tingkatan. Tampak pula lukisan penyiksaan di antara tingkat neraka itu.
Rupanya, di balik kengerian itu, ada kode yang harus dipecahkan. Benda itu adalah stempel kuno yang memberikan sebuah petunjuk. Seluruh rangkaian kejadian ini berhubungan dengan salah satu mahakarya terhebat yang pernah diciptakan. Rangkaian puisi karya Dante Alighieri yang berjudul "Inferno" (neraka).
Ketika sedang berusaha memecahkan kode, pihak konsulat yang dihubunginya sebelum itu justru mengirimkan wanita berseragam polisi yang ingin membunuhnya di rumah sakit. Untung dia memberikan alamat yang berbeda dengan posisi sebenarnya. Ia pun kabur bersama Sienna. Ternyata posisinya malah diketahui oleh pasukan berseragam hitam dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), juga polisi pemerintah.
Perjalanan memecahkan misteri dimulai bersama Sienna. Kode awal ditemukan, yaitu cerca trova yang artinya see and find, lihat dan temukan. Kode-kode ini membawanya ke berbagai tempat, dari museum di Florence, Italia sampai ke Venisia dan Istanbul, Turki. Dengan pengetahuannya tentang simbol-simbol serta bantuan dari Sienna, Langdon berusaha menyelamatkan diri dan berusaha agar bisa memecahkan sebuah misteri sejarah itu.
Penuh misteri
Untuk kali ketiga, sutradara Ron Howard dan aktor kawakan Tom Hanks bersatu untuk menghadapi putaran baru dalam petualangan penuh misteri di Eropa dalam film action thriller, yang dibuat berdasarkan novel Dan Brown berjudul serupa.
Menyusul kerja sama mereka setelah The Da Vinci Code dan Angels & Demons, mereka menawarkan adaptasi ketiga dari kisah perburuan khas Brown yang tetap mengusung sosok ahli simbol Robert Langdon. Seperti kisah-kisah yang lalu, Langdon masih berkeliling Eropa dengan seorang perempuan muda. Hanya kali ini mereka menggunakan petunjuk dari puisi epik Dante, dan beragam karya seni untuk mencari jejak virus mematikan.
Kendati beberapa twist dalam film ini tidak terlalu mengejutkan, sang sutradara mampu mengemasnya dengan apik. Ini diperkuat dengan para pemeran pendukung yang berkarakter kuat dan sajian penuh fantasi, yang menegaskan detail sejarah yang biasa digali dengan cermat oleh Brown.
Dalam aksinya sebagai Langdon, Tom Hanks terlihat sudah memahami dengan baik karakter yang diperankannya. Dia mampu menghadirkan kombinasi profesor yang cerdas dan tangguh, tapi di sisi lain mampu menunjukkan raut penuh ketakutan ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam jiwanya. Perpaduan aktingnya dengan Felicity Jones juga terkesan natural. Karakter lain yang cukup menonjol adalah Irfan Khan yang tampak menikmati perannya sebagai seorang provost.
Untuk mereka yang pernah membaca novel Brown, perbedaan antara kisah dalam buku dan alur cerita dalam film ini terbilang menarik. Tampaknya para sineas tidak khawatir jika para pembaca novel bakal kecewa dengan perbedaan mendasar saat menonton filmnya.
Boleh jadi ini lantaran mereka mengandalkan suguhan penuh visualisasi yang memenuhi fantasi. Kendati begitu, karena berusaha memenuhi detail seperti dalam novel, penjelasan tentang latar belakang sejarah dan seni bisa dibilang cukup melelahkan dan membuat bosan. Belum lagi alur maju mundur yang dihadirkan dalam film ini yang cukup membingungkan. Namun, untuk mereka yang rindu dengan aksi seru penuh latar belakang sejarah ala Robert Langdon, film ini tentu menjadi oase tersendiri. rep: Desy Susilawati, ed: Endah Hapsari