SURABAYA -- Warga asli sekitar lokalisasi prostitusi Dolly, Surabaya, Jawa Timur, sepakat apabila lokalisasi tersebut ditutup secara permanen. Lilik Rumiyati, warga di lokalisasi Dolly yang tinggal di Putat Jaya Barat, mengatakan, warga asli di sekitar lokalisasi menyepakati rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup Dolly pada 18 Juni 2014.
“Suara tidak setuju Dolly ditutup justru datang dari pekerja seks komersial (PSK) dan mucikarinya,” kata Lilik saat ditemui Republika di Surabaya, Rabu (4/6) malam.
Menurut Lilik, PSK dan mucikari itu beralasan, jika prostitusi Dolly ditutup tidak ada penghasilan yang masuk ke kantong mereka. Warga menilai, para PSK dan mucikari itu orang malas yang hanya berpikir bisa memperoleh uang dengan keberadaan Dolly. “Padahal, keberadaan maupun aktivitas prostitusi Dolly sangat merugikan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Adanya Dolly membuat kawasan setempat tidak aman. Tak hanya itu, para istri yang memiliki suami dan tinggal di sana merasa takut kalau suaminya terbuai keberadaan PSK. Hal lain yang membuat khawatir kaum ibu adalah anak-anak kecil biasa melihat aktivitas mereka. Anak-anak yang terbiasa melihat pergaulan bebas di sekitar mereka akhirnya mulai berani merokok, minum minuman keras, sampai melakukan seks bebas ketika beranjak dewasa. “Kami juga khawatir PSK yang terkena virus HIV/AIDS menularkan penyakitnya kepada warga. Karena, sudah ada beberapa warga yang tertular virus HIV/AIDS,” kata Lilik.
Lilik sebenarnya ingin segera pindah dari kawasan tersebut. Namun, rumahnya tidak kunjung dibeli orang. Mau tidak mau, Lilik harus hidup di kawasan itu selama 42 tahun dan memendam perasaan keberatannya terkait eksistensi Dolly. Untuk itu, warga asli mendukung penuh rencana Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang memberi kepastian penutupan Dolly pada 18 Juni 2014.
Hingga kemarin, aktivitas di lokalisasi Dolly-Jarak tidak ada yang berubah dari hari-hari sebelumnya. Pada malam hari, suasana Dolly dipenuhi lampu dan cahaya gemerlap yang menerangi para perempuan berdandanan menor. Para PSK tetap bekerja dan memamerkan keseksian tubuhnya dengan duduk-duduk di balik jendela transparan wisma.
Sebagian PSK ada yang duduk di luar wisma sambil merokok dengan menggunakan pakaian minim, seperti tank top dan celana pendek. Beberapa laki-laki hidung belang hilir-mudik memasuki wisma. Gemerlap dunia malam juga terjadi di kafe, panti pijat, hingga tempat karaoke di sepanjang lokalisasi. Tempat parkir yang disediakan terlihat terisi penuh.
Pada waktu yang sama, banyak anak-anak pelajar (SD, SMP, SMA) dan remaja yang lalu-lalang melewati lokalisasi Dolly-Jarak. Di beberapa wisma terpasang spanduk merah yang berisi penolakan penutupan Dolly. Umumnya, spanduk bertuliskan kalimat 'Harga Mati Tolak Penutupan Lokalisasi'.
Humas Front Pekerja Lokalisasi (FPL) Dolly Slamet Sugiono menegaskan, para pekerja Dolly tetap menolak rencana penutupan lokalisasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu. Penutupan lokalisasi menyangkut urusan perut dan bisa membunuh perekonomian pekerja. Dia mengklaim, dampak penutupan Dolly bisa meluas dan tidak hanya menimpa PSK dan mucikari, tapi juga berimbas kepada warga sekitar. “Kalau Pemkot Surabaya tetap menutup Dolly, kami siap bertarung habis-habisan menolak penutupan,” ujar Slamet.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Polisi Awi Setiyono menegaskan, kepolisian akan melakukan pengawalan terhadap rencana Pemkot Surabaya menutup prostitusi Dolly. “Pasukan akan disiapkan dari Polrestabes Surabaya dibantu dari Polda Jawa Timur. Polrestabes Surabaya selalu mengawal kegiatan yang dilakukan Pemkot Surabaya. Polda Jatim tentunya akan back up kewilayahan,” terang Awi.
Wali Kota Surabaya, kata Awi, sudah melakukan audiensi dengan Kapolrestabes Surabaya tentang rencana penutupan Dolly. Kepolisian pun berjanji akan mengamankan dan menyiapkan pasukan tambahan mengantisipasi huru-hara.
Saat penutupan nanti, kata Awi, polisi hanya bertugas melakukan pengawalan. Saat ini, kepolisian dan Pemkot Surabaya sudah melakukan upaya persuasif terhadap warga yang masih menolak penutupan Dolly. “Kita ingin jangan sampai ada hal yang tidak kita inginkan terjadi,” ujar Awi.
rep:rr laeny sulistyawati/wahyu syahputra ed: eh ismail