Ahad 20 Jul 2014 12:00 WIB

Republika Santuni Yatim

Red: operator
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar memberikan bingkisan kepada perwakilan anak yatim pada acara Berbagi Bersama Sahabat dalam rangkaian Republika Ramadhan Fair (RRF) di Masjid At Tin, Jakarta, Sabtu (19/7).
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar memberikan bingkisan kepada perwakilan anak yatim pada acara Berbagi Bersama Sahabat dalam rangkaian Republika Ramadhan Fair (RRF) di Masjid At Tin, Jakarta, Sabtu (19/7).

Panitia Republika Ramadhan Fair (RRF) mem bagikan 1.500 paket.

JAKARTA — Harian Republika memberikan santunan kepada 650 lebih anak yatim dalam acara buka bersama anak yatim.

Ketua Pelaksana Acara Gatot Triyono mengatakan, acara ini sudah menjadi rutinitas Republika sejak 10 tahun yang lalu. ‘’Kita setiap tahun rutin, berbagi kegembiraan untuk anak yatim,’kata dia, Sabtu (18/7).

Ia melanjutkan, dana ini merupakan sumbangan dari pembaca Republika yang ingin menyisihkan uangnya untuk membantu anak yatim.

Dari kalkulasi yang dilakukan, satu anak mendapatkan besaran Rp 300 ribu yang dipecah menjadi tas dan alat  tulis serta uang Rp 150 ribu. Ia menyebutkan, ada 14 pan ti dari Bogor, Johar Baru, Pasar Minggu, Cilandak, Pondok Bambu, Jati Bening, Masjid Attin, Depok, dan Ciganjur.Gatot mengatakan, setiap tahun panti itu tidak selalu sama.

Senyum Ramadhan

Secara terpisah, ESQ Leadership Centre (ESQ LC) kembali mengadakan santunan anak yatim dan dhuafa. Acara yang bertemakan 1000 Senyum an Ramadhan ini tak hanya untuk berbagi tetapi juga mengasah karakter anak.

Ketua Panitia 1000 Senyum Ramadhan, Dessyanah Hermala, mengatakan acara yang sudah sembilan kali di laksanakan ini, memiliki ke khasan. Anak-anak tak hanya mendapatan santunan fisik berupa uang dan bingkisan namun mereka juga mendapatkan pencerahan yang mengasah kecerdasan emosi dan spiritualnya dari trainer ESQ.

Hal ini, imbuh dia, termasuk salah satu sikap dari tujuh Budi Utama. ”Melem butkan hati dan peduli sesama,’ujarnya .Kegiatan di hadiri oleh para alumni ESQ dan Lembaga Kemanusiaan. ESQ Group menyalurkan zakat sebesar Rp 30 Juta kepada Lembaga Kemanusiaan ESQ.

Dalam sambutannya, Pendiri ESQ LC, Ary Ginanjar mengutarakan, Bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang berakhlak mulia lewat mimpi Indonesia Emas 2020 di antaranya melalui nila Tujuh Budi Utama. Ketujuh poin itu yakni jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli.”Kita yakin negara ini akan lebih baik,’ katanya dalam santunan anak yatim dan dhuafa di Jakarta, Sabtu (19/7).

Dalam acara yang bertajuk1000 Senyuman Ramadhan ini, Ary berharap ke giatan ini akan memberi kesan yang mendalam bagi anak-anak sehingga tak hanya terbangun semangatnya untuk meraih cita-cita dan optimis terhadap masa depan saja. Tetapi, teasah pula karakternya anakanak.“Semoga kegiatan ini terlaksana di provinsi lain nya,” paparnya.

Budaya perusahaan

Sebelumnya, pada Kamis (17/7) dalam Seminar bertajuk “Corporate Culture Measu rement, “If We Can Not Measure, We Can Not Ma nage” yang dihelat Accelerated Culture Transformation (ACT)Consulting, salah satu grup ESQ, Ary Ary mendeklarasikan Asean Corporate Culture Forum.

Sebuah forum diskusi bagi kalangan praktisi dan pengamat corporate culture. Forum tersebut diinisiasi oleh ACT

Consulting dan ESQ Bussines School. Melalui forum ini para peserta akan diajak mengeksplorasi langkah serta kiat sukses dalam pembentukan budaya perusahaan.

Ari menjelaskan, data Barret Values Center menyebutkan, entropi budaya umumnya berada pada kisaran lima sampai 55 persen.Entropi pada 11 hingga 19 persen mengindikasikan perlunya perbaikan kultur dan struktural.

Kemudian 20 hingga 29 persen membutuhkan transformasi budaya, struktural,dan kepemimpinan. Sedangkan 30 sampai 39 persen membutuhkan transformasi kultural dan struktural juga leadership coaching/mentoring, dan pengembangan leadership.

Di angka 40 hingga 49 persen, maka akan dibutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam leadership, leadership mentoring/coaching, dan pengembangan leadership. Yang darurat adalah ketika entropi melebihi 50 persen, maka sangat berisiko tinggi berupa kebangkrutan atau takeover.

Ia menambahkan guna menentukan ke arah mana korporasi atau institusi akan berjalan, idealnya setiap perusahaan atau institusi memerlukan diagnosa dan mapping kekuatan dan kelemahannya. rep:wahyu syahputra/c64 ed: nashih nashrullah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement