Kamis 14 Aug 2014 12:00 WIB

Mewaspadai Propaganda LGBT Lewat Komik

Red:

Sepekan belakangan ini, dunia pendidikan diresahkan oleh kontroversi peredaran komik yang isinya memuat kisah 'cinta sesama jenis'. Awalnya, komik berjudul "Why? Puberty" dijajakan di toko-toko buku mainstream seperti Grup Gramedia.

Kemudian pada Kamis (7/8), giliran My Wondering Body ditemukan oleh Komisi Perlindungan Anak (KPAI). Tak jauh berbeda dari komik pendahulunya, My Wondering Body juga berisikan propaganda kaum lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), dan melegalkan hubungan sesama jenis. Dalam komik itu, dialog yang berisikan pemaksaaan dan pemahaman seputar LGBT kepada anak-anak ditemukan.

Ketua Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya, Fahira Fahmi Idris, mengungkapkan, dialog doktrinasi dalam komik My Wondering Body lebih berbahaya ketimbang Why? Puberty. "Anak-anak tidak semestinya dicekoki hal seperti itu," kata Fahira, Senin (11/8).

Ketua KPAI Asrorun Niam kepada Republika mengatakan, KPAI awalnya mengetahui adanya peredaran komik itu lewat media sosial pada Selasa (5/8). Tak lama kemudian lembaga perlindungan anak ini juga menerima laporan dari masyarakat mengenai peredaran Why? Puberty. Keesokan harinya (6/8), KPAI melakukan konfirmasi kepada penerbit PT Elex Media Komputindo dan mengimbau untuk melakukan penarikan terhadap komik tersebut.

Niam juga mengaku telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membicarakan hal yang sama. Namun, ternyata tidak hanya Why? Puberty yang menjadi dagangan PT Elex Media Komputindo, tapi juga ada My Wondering Body. "Maka dari itu, kami memanggil penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia Group," kata Niam, Rabu (13/3).

Niam menjelaskan, telah terjadi kesepakatan antara KPAI dan PT Elex Media Komputindo. Pertama, penerbit berkomitmen untuk menarik buku bertema "cinta sesama jenis", baik yang telah diketahui atau belum diketahui.  Kedua, Gramedia berkomitmen tak akan menerbitkan kembali buku yang mengandung unsur kelainan seksual ataupun LGBT. Ketiga, KPAI juga berkomitmen membantu penerbit melakukan sensor buku yang layak bagi anak.

Pihak penerbit dan Gramedia sebagai jaringan ritel penjualan buku-buku terbitan Elex memilih bungkam soal kontroversi komik Why? Puberty dan My Wondering Body. Saat Republika menyambangi toko buku Gramedia di daerah Matraman, Jakarta Timur, Surya, salah satu staf toko mengaku tidak dapat mengecek data penjualan kedua komik itu.

Surya lalu memanggil seorang wanita yang mengaku sebagai supervisor bernama Rini. Kepada Republika, Rini juga mengatakan hal yang sama dan mengaku harus bertanya ke bagian Komunikasi Pemasaran di kantor Gramedia Pusat, kawasan Palmerah, Jakarta.

Kedua komik itu kini memang tidak terlihat di rak-rak buku Gramedia. "Sudah seminggu sejak buku tersebut ditarik, sistemnya juga ditutup," kata Rini.

Pihak penerbit yang dihubungi Republika juga tidak bersedia menjawab data jumlah peredaran komik Why? Puberty dan My Wondering Body. Seorang staf bernama Nana enggan menyebutkan angka penjualan kedua komik itu sejak 2012, dengan alasan tidak berhak menjawab.

Adapun General Manager PT Elex Media Komputindo Aloysius Ari Subagijo enggan memberikan keterangan di sela-sela pertemuannya dengan KPAI pada Rabu (13/8) sore. Saat datang bersama dua koleganya, yakni Widi Krastawan dan Bambang, Aloysius menghindari kejaran wartawan.

Peredaran dua komik yang terkesan menjadi alat propaganda LGBT ini disayangkan sekaligus dikecam oleh sebagian kalangan. KPAI menilai, kedua komik tersebut menyebarkan pelajaran seksual yang bertentangan dengan norma sosial, agama, dan budaya.

Tidak hanya bertentangan dengan norma, LGBT juga bertentangan dengan UU Perlindungan Anak yang menjamin anak untuk memperoleh informasi secara baik tentang agama dan budaya, termasuk mengenai pendidikan seksualitas.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi meminta Kemendikbud segera bertindak menyikapi beredarnya komik yang di dalamnya terkandung isi yang melegalkan hubungan sesama jenis. "Saya mohon agar pihak Kemendikbud segera melakukan tindakan, buku dan komik tersebut harus diteliti isinya," kata Kak Seto, panggilan akrab Seto, Selasa (12/8).

Menurut Kak Seto, jika Kemendikbud menemukan ada hal yang menyimpang dari isi buku dan komik itu, Kemendikbud harus segera menarik dari peredaran. "Jika tidak ditarik akan merusak mental anak-anak Indonesia," kata Kak Seto.

Sikap keras diambil Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengancam akan mengambil langkah hukum jika penerbit komik Why? Pubertydan My Wondering Body tidak menarik dua komik itu dari toko-toko buku. MUI menilai, konten komik tersebut bertentangan dengan Pancasila dan ajaran agama.

"Jika tidak ditarik, proses ini akan kami serahkan ke aparat hukum," ujar Ketua MUI bidang Pendidikan Anwar Abbas, Senin (11/8). n c60/c83/c67 ed: andri saubani

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement