FERGUSON -- Pemerintah Negara Bagian Missouri, Amerika Serikat (AS), akhirnya mengerahkan pasukan Garda Nasional guna meredam kerusuhan di wilayah Ferguson pascainsiden tertembak matinya Michael Brown (18 tahun). Remaja kulit hitam itu tertembak oleh petugas polisi pada 9 Agustus lalu.
Gubernur Missouri Jay Nixon menandatangani keputusan pengerahan Garda Nasional setelah demonstran melemparkan bom molotov dan melepaskan tembakan ke arah polisi, seperti dilaporkan Reuters, Senin (18/8). Tertembaknya Brown oleh polisi berkulit putih memicu kerusuhan rasial di wilayah Ferguson yang 65 persen penduduknya berkulit hitam. Ferguson dihuni 21.250 jiwa.
Garda Nasional merupakan tentara cadangan yang berada di bawah kendali Angkatan Darat dan Angkatan Udara AS. Setiap negara bagian dan wilayah di AS memiliki Garda Nasional yang bisa dikerahkan oleh gubernur setempat untuk mengatasi kondisi darurat, kerusuhan, dan bencana alam. Petugas polisi di Ferguson hanya enam persen yang berkulit hitam.
Pada Ahad (17/8) pagi, bentrokan antara demonstran dan polisi kembali terulang. Tujuh demonstran ditahan. Aksi berlanjut dan menjelma menjadi kerusuhan pada Ahad (17/8) malam waktu setempat.
Sejak sore hari, ratusan demonstran termasuk keluarga yang membawa anak kecil melakukan aksi ke jalan. Satu orang yang belum teridentifikasi dilaporkan tertembak dan terluka parah. Belum jelas penyebab tembakan dan pelakunya masih dalam pencarian.
Kepolisian setempat lantas menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa menjelang jam malam berlaku di Kota Ferguson. Sejak Sabtu (16/8), wilayah ini diberlakukan jam malam. Negara Bagian Missouri juga menetapkan status darurat di wilayahnya.
Menurut petugas Patroli Jalan Raya Missouri, demonstran mencoba menguasai kantor penegak hukum. Khawatir kerusuhan membesar, kendaraan lapis baja dikerahkan demi memastikan keselamatan warga. Polisi juga menggunakan gas air mata dan tabung asap.
Kami perintahkan mereka pulang. Setelah beberapa kali imbauan, kami menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran, kata petugas kepolisian, Justin Wheetley.
Bom-bom asap tidak bisa memprovokasi kami, kata seorang demonstran, Anthony Ellis (45). Demonstran mengklaim hanya menggelar aksi damai. Namun, Reuters melaporkan, sempat terdengar tembakan meski tidak diketahui dari mana asalnya.
Gubernur Nixon mengklaim, pemberlakuan jam malam berlangsung lancar. Saat tampil di CNN, Nixon belum bisa memastikan kapan aturan jam malam akan dicabut. Pemerintah setempat berencana menutup sementara dan meliburkan sekolah-sekolah di Ferguson pada Senin (18/8).
Huffington Post melaporkan, selain menghalau demonstran, polisi juga mengancam para jurnalis yang meliput kerusuhan di Ferguson. Pada Ahad (18/8), seorang wartawan, Mustafa Hussein, mengklaim ia diancam akan ditembak saat mencoba merekam kerusuhan untuk media lokal.
Pergi! Matikan kamera atau kamu akan ditembak dengan ini, kata seorang saksi yang melihat polisi mengacungkan senjata kepada Mustafa. Ancaman polisi itu pun sempat terekam dan kemudian beredar luas di internet.
Kasus penembakan terhadap Michael Brown di Ferguson telah menarik perhatian Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Seperti dilansir New York Times, Obama tetap memantau perkembangan krisis rasis di Ferguson meski sedang berada dalam masa liburan. Obama sempat bertemu dengan Jaksa Agung dari Departemen Kehakiman Federal Eric H Holder.
Pejabat Gedung Putih mengatakan, Gubernur Nixon meminta 40 agen tambahan dari Biro Investigasi Federal (FBI) untuk membantu proses penyelidikan kematian Brown. Menurut Kepala Kantor Gedung Putih, Valerie Jarret, Obama ingin memastikan telah melakukan segala upaya untuk investigasi menyeluruh.
Pada Ahad (17/8), Obama langsung bmenerima laporan dari Eric Holder soal kondisi terakhir Ferguson, rep:ani nursalikah/c92/c73 ed: andri saubani