Sabtu 23 Aug 2014 12:00 WIB

Menelisik Kontroversi ISIS (Habis) Menjadi Musuh Bersama

Red: operator

Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memicu kontroversi. Tak hanya di Irak dan Suriah, wilayah yang mereka kuasai, tapi juga menggemparkan para pemimpin dunia.Seperti apa sesungguhnya ISIS dan perannya, berikut laporan khusus berseri bagian terakhir.

Ribuan anggota baru Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bergabung.Jumlah pastinya mencapai 6.300 orang. Mereka masuk melalui Suriah.

Lembaga kemanu siaan yang berbasis di London, Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), menyebutnya sebagai ekspansi keanggotaan yang besar.

Perekrutan itu berlangsung dalam kurun Juli 2014. Sekitar 1.000 anggota baru berasal dari negara asing, sisanya dari Suriah. Pendiri SOHR Rami Abdelrahman menyatakan, rekrutmen baru ini memperbesar kekuatan ISIS yang sebelumnya di perkirakan hanya 15 ribu personel.

"Sebagian besar perekrutan terjadi di Raqqa,"kata Abdelrahman, Selasa (19/8). Raqqa merupakan kota yang berada di aliran Sungai Tigris, timur laut Suriah, yang menjadi basis kekuatan ISIS di negara tersebut.

Seorang penduduk Raqqa mengungkapkan, ISIS mendapatkan ribuan pendukung baru di Provinsi Deir al-Zor. Di Irak, mereka diperkirakan mempunyai kekuatan hingga 30 ribu orang. Dengan kekuatan itu, mereka menguasai Irak utara.

Dengan militansinya, mereka mengecundangi pasukan Irak yang jumlahnya 270 ribu personel.Senjata yang diwariskan Amerika Serikat kepada tentara Irak pun akhirnya jatuh ketangan milisi. Misalnya, artileri, senapan M-16, amunisi, Humvee, dan truk antiranjau.

Awalnya, mereka hanya mengandalkan senapan AK-47, mortir, pelontar granat, bom ranjau, dan truk bak  terbuka.Kebanyakan senjata itu buatan Rusia. Kemungkinan mereka memperolehnya melalui pendanaan dari Arab Saudi yang semula digunakan untuk melawan pasukan Suriah.Lawrance Korb dari lembaga independen Center for American Progress bersyukur, ISIS tak memiliki rudal. Jika punya, mereka akan mampu menjatuhkan pesawat-pesawat AS yang mela kukan serangan udara ke Irak utara sejak 8 Agustus lalu. "Saya tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika mereka mempunyai rudal," ujar Korb seperti dilansir laman berita UT-San Diego, Sabtu (16/8).

Harta rampasan berupa sen jata buatan AS juga dimanfaat kan ISIS untuk melakukan perang urat saraf. Salah satu ang gota ISIS asal Kanada yang menyebut dirinya Abu Turaab al-Kanadi, mengunggah lusinan foto senjata yang berhasil dikuasai ISIS, melalui twitter. Di antaranya, senapan M-16 dan night vision goggles.

Ia menyematkan kepsen pada gambar-gambar yang diunggah. Surat kabar Inggris Daily Mailmemuat kepsen tersebut, "Pajak dolar AS berguna" dan "Apa lagi yang ingin Anda berikan kepada kami Obama".

Di samping kepiawaian dalam merekrut anggota baru dan kekuatan senjata, ISIS menghadapi banyak musuh. Tentu sa ja, ia tak hanya menghadapi pasukan Irak dan Kurdi. Dua pasu kan ini bersatu menghadapi ISIS untuk merebut kembali Mosul dan Tikrit.

Bahkan, AS menyebut koalisi keduanya merupakan hal yang unik.Ini pijakan awal yang bagus bagi terbangunnya persatuan.

Mereka mendapatkan pa sokan senjata dari AS. Negaranegara Eropa juga memasoknya.

Pada Rabu (20/8), Jerman dan Italia memutuskan untuk mempersenjatai pasukan Kurdi me merangi ISIS. Keduanya meng ikuti jejak Inggris dan Prancis.Menurut Jerman, ISIS sangat mengancam. Eropa dan dunia tak boleh berpangku tangan.Men teri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menyatakan, negaranya mengirim kan bantuan kemanusiaan dan peralatan militer.

"Kami juga memikirkan untuk memberikan peralatan lainnya termasuk senjata," ujar Stein meier. Dengan menjalin ke sepakatan bersama negaranegara Eropa lainnya, Jerman me lakukannya untuk membantu Peshmerga, pasukan Kurdi, gu na mempertahankan diri.

Steinmeier menyadari risiko yang dihadapi. Karena itu, Jerman memutuskan jenis senjata yang sebaiknya dipasok, termasuk bagaimana cara menyalurkannya. Akhir pekan lalu, ia berkunjung ke Irak dan menegas kan bahwa Jerman berkewajiban moral menyediakan senjata.

Menurut Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, pekan depan Berlin mengkaji apa yang mesti dikirimkan ke pasukan Kurdi. Selama ini, Jerman menolak terlibat konflik militer sejak Perang Dunia II, pascamasa Nazi.

Berlin menentang invasi sekutu yang dipimpin AS ke Afghanistan pada 2003, meski mereka ikut misi militer di sana. Kini, negara pengekspor senjata terbesar ketiga dunia itu mengubah pendirian.

Juru bicara Pemerintah Jerman Steffan Seibert mengungkapkan alasannya. Menurut dia, meluasnya kekuatan ISIS yang mengancam keamanan dan kemanusiaan menjadi alasan Jerman tak ingin berbeda sikap dengan negara-negara Eropa lain dan memutuskan mengirimkan senjata. Hal yang sama diputuskan Italia.

Perdana Menteri Italia Matteo Renzi yang melakukan kunjungan sehari ke Irak, Rabu, siap memenuhi permintaan Kurdi memasok senjata dan amunisi.

Menteri Pertahanan Roberta Pinotti menyatakan, Italia kemungkinan memberikan senjata otomatis ringan dan amunisi.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menekankan, AS tak akan pernah mundur menghadapi ISIS. "ISIS dan para pendukung nya harus dihancurkan. Mereka yang melakukan kejahatan harus mempertanggungjawab kan perbuatannya," kata Kerry.

Hizbullah juga menjadi salah satu pihak yang merasa terancam. SOHR mengungkapkan, Hizbullah membunuh salah satu pimpinan ISIS Abu Abdullah al-Iraqi di Qalamun, Suriah, yang berbatasan dengan Lebanon.

"Dia salah satu pimpinan yang menyiapkan bom bunuh diri,"jelas Hizbullah. Hizbullah menanam bom di jalan yang dipantik saat kendaraan Iraqi lewat di atasnya. Tiga anggota ISIS lainnya tewas dalam peristiwa itu.

Televisi milik Hizbullah, alManar, membenarkan kematian itu, tetapi menyatakan yang membunuh adalah militer Suriah. Menurut al-Manar, Iraqi mempersiapkan bom bunuh diri dan mobil-mobil yang digunakan untuk aksi bom bunuh diri, termasuk yang dilakukan di Lebanon. Hizbullah merupakan sekutu dekat rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mendukung mereka dalam memerangi pasukan oposisi.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyatakan, ISIS telah banyak menguasai Irak dan Suriah. Keberadaan mereka bisa mengancam keamanan regional, termasuk Yordania, Arab Saudi, Kuwait, dan negara Teluk lainnya.

Ia meyakini, Lebanon yang menjadi basis Hizbullah ikut terancam. Hizbullah siap memerangi ISIS jika mereka mengancam Lebanon. Ia mengakui, ISIS mendapatkan perlawanan di Irak dan Suriah. Namun, tampaknya kemampuan, jumlah, dan kapasitas ISIS begitu besar. Ia menyebut ISIS sebagai monster yang semakin berkembang.  rep:Ferry Kisihandi/ap/reuters ed: nur hasan murtiaji

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement