Karsiyem (56 tahun) harus pulang gigit jari. Keinginannya untuk mendapatkan rumah idaman kembali pupus. Setelah berjam-jam mengelilingi stan pameran perumahan rakyat di Jakarta Convention Centre (JCC), Jumat (5/9), tak ada satu pun tawaran yang sregdengan hatinya.
Ibu tiga anak ini punya dua syarat rumah ideal. Pertama, dia memimpikan rumah yang tak jauh dari Jakarta. Kedua, dengan harga yang terjangkau sesuai dengan kocek penghasilannya per bulan. Keinginan yang mungkin menjadi impian banyak orang, terutama para pencari nafkah di Jakarta.
"Kalau jaraknya dekat dengan Jakarta, uang muka dan cicilan murah, mimpi saya untuk punya rumah bisa terwujud," ujarnya kepada Republika, Jumat siang.
Daerah pinggiran Ibu Kota yang dia incar adalah Depok. Maklum, sumber mata pencahariannya selama ini berada di wilayah sebelah selatan Jakarta itu. Karsiyem bekerja dengan seorang majikan dan memiliki rata-rata penghasilan sekitar 1,5 juta per bulan.
"Empat belas tahun mengontrak," katanya ketika ditanya bagaimana dia dan keluarga hidup saat ini. Karsiyem sekarang menghuni rumah di Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere, Kota Depok. Tak ingin hidup terlalu lama mengontrak, dia pun rela datang jauh-jauh ke Pameran Rumah Rakyat Expo 2014 yang diselenggarakan Kementerian Perumahan Rakyat pada 3-7 Sep tember.
Dia mendengar kabar, pameran ini menawarkan harga rumah terjangkau.Seperti keterangan Kemenpera, dalam pameran itu pembeli dengan kantong paspasan dapat membeli rumah melalui subsidi pemerintah, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Kaki Karsiyem melangkah melewati stan demi stan, tapi hasilnya nihil. Ada raut kekecewaan di wajahnya. Karena, mayori tas pengembang menawarkan rumah di Banten. Bahkan, ada yang di Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Padahal, lanjut Karsiyem,kalau ada di Depok dia akan mengambil satu unit.
Apalagi, jika dana awalnya di bawah Rp 12 juta dan cicilannya di bawah Rp 1 juta, pasti dia sudah bisa memiliki rumah impian.
"Saya punya majikan yang rumahnya di Jakarta. Jadi, lokasi ru mah saya harus dekat," ujar ibu dengan rambut terikat ini.
Republikajuga bertemu pasangan suami istri (pasutri) yang berburu peruntungan di Pameran Rumah Rakyat. Me reka adalah Anis (31) dan suaminya Matsudi (33) asal Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Pasutri yang telah menikah delapan tahun ini, mengaku masih tinggal dengan orang tua.Mendengar informasi pameran rumah murah sontak membuat keduanya berharap-harap. Anis bahkan membawa anak semata wayangnya mendatangi JCC Hall A. Akan tetapi, setelah keliling-keliling gedung tersebut, Anis dan Matsudi harus kembali memendam mimpi rumah sendiri.
"Lokasinya jauh-jauh," ujar Anis, ibu yang berhijab ini.Padahal, dia bermimpi bisa memiliki rumah yang dekat dengan rumah orang tuanya. Kalaupun harus jauh, minimalnya di Depok atau Bekasi. Ternyata, kebanyakan pengembang perumahan di pameran ini, menawarkan rumah di Serang, Tangerang, dan Banten.
Selain itu, kendala lain untuk memiliki rumah impian ini, yakni soal angsurannya. Karena, kebijakan perbankan mengenai kredit perumahan ini 30 persen dari gaji pokok. "Aduhsangat berat cicilannya. Belum lagi, saya masih punya cicilan motor," ujarnya, mengeluh.
Lucunya, kesulitan juga menerpa pihak pengembang. Salah satu marketing perumahan yang ditanya Republika di pameran mengungkapkan, harga tipe 29/60 yakni luas bangunan 29 meter persegi dan tanah 60 meter persegi senilai Rp 105 juta.
De ngan uang muka Rp 10,5 juta dan angsuran bisa sampai 20 tahun. Namun, rumah tersebut ter letak di Serang.
Kosasih, marketing PT Puri Cipta Citrajaya, Serang, mengatakan, selama ini pihaknya kesulitan dalam mencari calon kon sumen. Dalam setahun saja, rata-rata hanya ada 100 calon konsumen. Itu pun, yang terealisasi sekitar 80 persen. "Makanya, ikut pameran ini salah satu trik untuk mencari calon konsumen," ujarnya, Jumat (5/9).
Namun sayang, pameran ini lokasinya jauh dari Serang. Sehingga, peminatnya juga minim.Pada pameran ini, lanjut dia, memang banyak pengunjung yang datang ke stannya. Tetapi, yang kali pertama mereka tanyakan yaitu lokasi. Ketika lokasinya di Serang, banyak pengunjung langsung tak berminat.
Dirut Pusat Pembiayaan Peru mahanan (PPP) Budi Hartono mengatakan, pameran ini dilaksanakan di 11 kota di antaranya Ja karta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Pontianak. Tujuan pameran untuk mendorong pengem bang besar menegakkan pelaksanaan hunian berimbang 1:2:3 atau rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
Sehingga, pasokan rumah sederhana dapat terjaga penyediaannya. "Bahkan, rumah seder hana ini mengusung bunga tetap yakni 7,25 persen dengan tenor sampai 20 tahun," ujarnya.Dalam pameran kali ini, diikuti oleh 89 perusahaan.
Jakarta memang tak ramah bagi warga yang berkantong pas-pasan yang mau mencari ru mah. Berdasarkan survei Knight Frank Asia Pacific beberapa waktu lalu, kenaikan harga rumah di Jakarta per tahun sem pat menjadi tertinggi di dunia.
Di pinggiran Jakarta, seperti Tangerang dan Depok, harga rumah dengan luas tanah 80 hingga 100 meter persegi sudah berada di kisaran Rp 300 juta sampai Rp 500 juta.
Pemerintah mencoba membantu masyarakat tak mampu untuk memperoleh rumah dengan subsidi FLPP. Tapi, sayang serapan subsidi itu masih sangat rendah.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dari total Kredit Perumahan Rakyat (KPR) yang dikucurkan bank hingga Juni 2014, sebanyak 95,64 persen masyarakat menggunakan KPR biasa. Hanya 4,36 persen masyarakat berpenghasilan rendah yang memanfaatkan FLPP dari pemerintah. rep:ita nina winarsih ed:teguh firmansyah