Kasus pelecehan seksual dan sodomi diduga menimpa siswa Taman Kanak-Kanak Jakarta International School (JIS) Pondok Indah. Polisi sudah menetapkan lima pekerja cleaning service sebagai tersangka. Dua Guru JIS juga menjadi tersangka kasus ini.
Namun, hingga para terdakwa dibawa ke meja hijau, kasus tersebut masih gelap. Wartawan Republika melakukan investigasi untuk mengungkap kasus itu.Berikut laporannya.
Polda Metro Jaya menyatakan punya sederet bukti keterlibatan enam pekerja kebersihan Jakarta International School dalam aksi sodomi terhadap Ak (6 tahun). Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar (Kombes) Rikwanto, Selasa (15/4), menegaskan, satu bukti kuat adalah bakteri di anus korban yang sama pada kelamin para tersangka. Direktur Direktorat Kri minal Umum Polda Metro Jaya Kombes Heru Pranoto, Sabtu (25/4), pernah juga menerangkan bahwa semua tersangka teridentifikasi mengidap virus herpes. Virus menular itu, dikatakan dia, identik dengan virus di tubuh Ak.
Republikaberhasil memperoleh salinan dua hasil visum atas nama Ak dan satu hasil laboratorium kesehatan atas nama Ak. Salinan pertama berasal dari Laboratorium SOS Internasional Medika Klinik bernomor uji laboratorium 14007929. Tertulis Dokter Narain Punjabi sebagai pemeriksanya. Saat ditemui Republika, Punjabi menegaskan, dia tak ingin membicarakan hasil uji laboratorium tertanggal 22 Maret itu.
Namun, Punjabi membenarkan salinan uji laboratorium milik Republikaadalah sama dengan yang asli. Dituliskan di halaman 2 dalam hasil laboratorium itu, Ak positif mengidap herpes. "Dia (AK) diperiksa satu pekan setelah adanya keluhan," terang Punjabi.
Apa itu herpes? Staf Divisi Infeksi Menular Seksual (IMS) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional DR Cipto Mangunkusumo (RSCM), dokter Hanny Nilasari menjelaskan, herpesadalah virus menular dan bersarang dalam darah. Nama aslinya adalah Herpes Simplex (HSV).
Penderita herpes umumnya memiliki semacam luka lenting, melepuh, dan terlihat berkelompok di bagian tubuh tertentu. Virus ini menyerang siapa pun.Hanny menambahkan, HSV punya dua cabang penularan.
Perta ma lewat udara dan ini jarang. Kedua lewat persentuhan antara kulit terinfeksi HSV dan kulit normal. Kebanyakan dikata kan dia, penularan terjadi lewat persentuhan antara kulit dan kulit. Namun, pe nularan jenis kedua ini bercabang dua. Penularan pertama terjadi lewat persentuhan aseksual seperti persentuhan antara kulit terinfeksi dengan kulit yang tidak terinfeksi." Penularan jenis ini diistilahkan Herpes Labialis (HSV-1).
Penularan selanjutnya ialah lewat hubungan seksual. Para pakar mengenalnya sebagai Herpes Genitalis (HSV-2). Penular an lewat hu bungan seksual ini, ujar Hanny, dibagi tiga yaitu pertama, kelamin bertemu dengan kelamin, kedua senggama kelamin lewat anal, dan terakhir senggama antara kelamin dan mulut.
Menurut dia, tak bisa langsung disimpulkan HSV-2 di tubuh Ak ter sebut didapat dari HSV-2 para tersangka. "Itu tidak otomatis," ka tanya. Menjadi penting adalah identifikasi HSV-2 pada permukaan kulit korban dan tersangka.
Selain herpes, dari uji laboratorium SOS Internasional Medika juga dituliskan adanya bakteri Coccus Gram Positive dan Bacil Gram Negative di tubuh Ak. Kedua bakteri itu positif berada di dalam anus korban.
Namun, dokter ahli penyakit kulit dan kelamin di RS Bogor Medical Center (BMC) Rachmah Diana Putri mengatakan, dua bakteri itu tidak mengacu pada aktivitas sod omi. Sebab, dua bakteri itu adalah mikroba biasa dan normal bagi ma nusia. Dengan kondisi tertentu bakteri ini bisa merasuk ke dalam sistem pencernaan. "Biasanya karena diare. Pencernaan yang tidak baik. Dalam kondisi ekstrem mun cul karena adanya gejala proctitis," kata dia.
Dokumen visum kedua berasal dari RSCM yang memeriksa Ak atas permintaan Polda Metro Jaya tertanggal 24 Maret 2014.
Visum bernomor 183/IV/PKT/03/2014 itu, ditandatangani Dokter Oktavinda Safitri sebagai pemeriksa. Ada de lapan angka hasil visum keluaran 25 Maret 2014 itu.
Yang menarik adalah poin no mor enam. Dituliskan dalam pemeriksaan fisik terhadap Ak, Okta vinda tak menemukan adanya ke janggalan apa pun di anus korban. "Pada pemeriksaan bagian lubang pelepas (anus) bagian luar, tidak ditemukan luka lecet atau robekan. Lipatan sekitar lubang pelepas tampak baik. Kekuatan otot lubang pelepas tampak baik." Demikian tertulis dalam visum tersebut.
Selain itu, visum tersebut juga menerangkan tentang adanya ke janggalan lain pada perut korban. Yaitu ditemukannya luka memar ber warna kekuning-kuningan ber ukuran satu sentimeter di bagian perut sisi kanan Ak.
Oktavinda menolak bertemu denganRepublikaterkait hasil visum bernomor 392-62-39 tersebut. Akan tetapi, lewat Kepala De partemen Forensik RSCM Dokter Yuli Budiningsih, RSCM membenarkan keaslian salinan Republika. Ditanya soal maksud poin nomor enam dalam hasil visum itu, Yuli menegaskan sudah terang tertulis dalam kesimpulan visumnya."Tidak ditemukannya luka-luka pa da lubang pelepas (anus).Tidak menyingkirkan kemungkinan peristiwa (sodomi) yang diceritakan terperiksa (korban)."
Ibunda Ak mengatakan, tak ditemukannya luka atau lecet di anus anaknya, lantaran dokter tak memeriksa bagian tersebut.
Dia menceritakan, Ak ketakutan saat mau divisum. "Sampai empat jam anak saya dibujuk buka celana. Sudah dibuka, anak saya nggakmau membuka anusnya. Jadi, mungkin itu kenapa nggakkelihatan adanya luka-luka," ujar dia.
Bukti visum lain merupakan ke luaran RS Pondok Indah (PI).Visum tersebut bernomor surat 02/IV.MR/VIS/RSPI/2014. Tertulis dokter pemeriksa atas nama Dokter Muhammad Lutfi Syafii dan bertanggal 21 April 2014.
Seperti keluaran RSCM, visum et repertum keluaran RSPI ini keluar lantaran permintaan Polda bernomor surat B/2499 /IV/2014 Ditreskrimum, bertanggal 1 April 2014. Manager Humas RSPI Hestia Amriyani memverifikasi salinan visum yang dipegang Republika.
Dalam hasil visum tersebut ada dua angka yang dijadikan hasil dari pemeriksaan dan satu kesimpulan. Dituliskan dalam hasil pemeriksaan bahwa pemerik saan visual pada anus korban, tidak ditemukanadanya kelainan. Untuk perabaan pada anus korban, dituliskan tak ada kelainan.
Hanya saja dituliskan di angka dua hasil pemeriksaan."Anuscopy tampak luka lecet dan nanah pada rectum distal."
Dilanjutkan dalam kesimpulan angka satu, bahwa korban menderita proctitic. Visum RSPI juga menyertakan hasil uji klinis atas nama Ak pada pemeriksaan 27 Maret 2014. Dikatakan dalam laporan selembar itu, korban diperiksa lantaran mengalami luka nyeri pada bagian anal dan badannya panas.
Dokter ahli penyakit kulit dan kelamin di RS Bogor Medical Center (BMC) Rachmah Diana Putri mengatakan, proctitic itu sebenarnya lebih kepada infeksi akut dalam bagian rectum atau di dalam anus dan di usus bagian besar. Aktivitas sodomi memang salah satu penyebabnya," terang dia.
Baik dokter Hanny maupun dokter Rachmah meyakini, HSV2 dalam tubuh korban tak bisa diartikan bahwa korban disodomi. Namun, tak tampak luka lecet pada lubang pelepas Ak menjadi pertanyaan penting tentang sodomi. Sementara itu, proctitis yang dialami Ak justru menunjukkan adanya kemungkinan sodomi. rep:Bambang Noroyono ed:stevy maradona